Rabu, 09 November 2016

teks pidato hari Bumi



Assalamualaikum Wr. Wb.
Selamat siang dan salam sejahtera bagi kita semua.
Yth, para juri,
Yang saya hormati bapak/ibu tamu undangan serta para hadirin yang berbahagia.
Sebelumnya marilah kita mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan kasih-Nya sehingga kita dapat hadir di tempat ini tanpa kurang suatu apapun.
Saudara sekalian,
Hutan merupakan rumah bagi flora dan fauna sekaligus sebagai tempat mencari nafkah bagi sebagian orang. Hutan juga digunakan sebagai tempat bernaung dari panas terik, daerah resapan air, dan penghasil oksigen terbesar yang diperlukan oleh semua makhluk hidup, bahkan masih banyak manusia yang menggantungkan hidupnya dari hasil hutan sebagai sumber nafkah. Perlu diketahui, bahwa akar pohon turut berperan dalam penyerapan air dan sebagai pengikat tanah yang kokoh. Begitu banyak manfaat hutan bukan? Keberadaan hutan tidak lepas dari peranan bumi sebagai tempat bagi makhluk hidup dan benda mati. Tapi sekarang bumi kita ini sedang sekarat sebagai akibat dari perilaku kita yang merusak. Dulu manusia masih hidup tradisional dan masih memiliki kesadaran untuk memelihara bumi, berbeda dengan sekarang: banyak manusia yang merusak daripada yang memelihara bumi dengan cara membuang sampah sembarangan, menggunduli hutan tanpa reboisasi, membuka lahan dengan membakar hutan, dan masih banyak lagi.
Saudara sekalian,
Tuhan memberikan bumi ini kepada kita untuk dijaga, dipelihara, dan diolah, bukannya untuk dihancurkan. Lihatlah keadaan bumi kita sekarang yang sangat berbeda jauh dengan keadaan alam 30 tahun yang lalu. Dulu bumi masih hijau dengan rimbunnya pohon, bahkan bumi kalimantan kita tercinta ini dijuluki sebagai paru-paru dunia karena alamnya yang masih asri. Tetapi sekarang, banyak hutan yang telah gundul dan alam yang sudah mulai rusak yang dapat mengakibatkan banjir, longsor, kabut asap, serta pemanasan global yang kita rasakan sendiri. Kelakuan manusia dulu dengan yang sekarang sangat jauh berbeda: dulu manusia mengambil hasil bumi hanya secukupnya sesuai dengan keperluan, namun sekarang manusia memaksa bumi mengeluarkan hasil tanpa memperbaikinya kembali ataupun membiarkan bumi memulihkan diri dengan beristirahat sejenak untuk dapat membaharui dirinya yang rusak. Seandainya saja bumi bisa berbicara, pasti dia akan marah dan mengeluh dengan kelakuan kita yang semena-mena dalam menggunakan hasil bumi. Tetapi sayang, bumi tak dapat berbicara, bumi hanya bisa menegur kita lewat bencana-bencana alam yang menimpa kita. Penggundulan hutan yang mengakibatkan banjir, longsor, dan pemanasan global, sampah yang berserakan dan menyumbat sungai atau selokan yang mengakibatkan banjir, polusi yang mengakibatkan gangguan kesehatan, dan masih banyak lagi. Bayangkan semua akibat dari perilaku kita, bayangkan bencana yang akan merenggut nyawa orang-orang yang kita sayangi. Ingat perilaku kita sekarang dapat mendatangkan kiamat lebih cepat. Rasakan bahwa bumi sedang menangis dan menumpahkan air matanya lewat banjir, rasakan kalau bumi sedang sakit dari suhunya yang semakin panas.
Hadirin sekalian yang berbahagia,
Bumi terbentuk sejak berjuta-juta tahun silam dengan melalui tahapan-tahapan yang lumayan lama. Jika diibaratkan, bumi itu seperti sebuah taman yang sangat indah dan kita adalah penjaga taman itu. Taman itu sudah mengalami periode-periode yang sangat lama untuk membentuknya menjadi taman yang indah. Sekarang pertanyaannya adalah akankah kita menghancurkan taman yang sudah dipercayakan kepada kita oleh tuan taman demi kesenangan kita pribadi? Jika kita merusaknya maka akan tiba saatnya kita akan menerima balasaan dari yang empunya taman, bahkan kita akan dimintai ganti rugi dari apa yang kita miliki untuk membayar kerusakan yang kita buat, entah dengan harta atau bahkan dengan nyawa kita sendiri. Begitu juga dengan bumi yang kita rusak, akan tiba saatnya Yang Maha Kuasa menimpakan malapetaka kepada kita dan anak cucu kita nanti. Kalau bumi rusak, terus bagaimana nasib anak cucu kita nanti, mau hidup dari mana mereka? Memang sekarang kita yang jadi pelaku tapi bukan hanya kita yang merasakan dampaknya tetapi juga keturunan kita nanti. Jangankan makan, mungkin udara bersih saja akan susah didapatkan. Secara tidak sadar kita juga pelan-pelan sudah banyak merusak bumi dengan banyak memakai kertas dan tisu lalu membuang sampahnya di sembarang tempat. Dari perilaku itu, kita sudah dapat mendatangkan beberapa dampak negatif seperti banjir, pencemaran lingkungan, longsor, dan pemanasan global. Bayangkan jika seratus orang membuang sampah sembarangan dalam satu hari, maka sudah berapa pohon yang ditebang, berapa meter tumpukan sampah yang ada, belum lagi sampah plastik. Perlu diketahui, perlu bertahun-tahun agar plastik dapat hancur di tanah dan hal tersebut dapat merusak ekosistem dan keseimbangan bumi. Kalau seperti ini terus maka yang ada hanyalah tanah kumuh, bukannya tanah subur.
Saudara sekalian,
Kita patut menjaga, memelihara, bahkan ikut memperbaiki bumi kita ini karena itulah salah satu cara mengamalkan dasa dharma yang kedua yaitu: cinta alam dan kasih sayang sesama manusia. Lapisan ozon makin lama makin menipis dan sudah banyak bolongnya, hal ini akan membahayakan kehidupan manusia, siapa yang bertanggung jawab atas kasus ini? Ya siapa lagi kalau bukan manusia. Tumbuhkanlah rasa memiliki bumi ini karena dengan rasa itu kita sudah meletakan pondasi untuk dapat memelihara bumi ini. Hal berikutnya yang harus kita lakukan adalah melakukan kegiatan memelihara bumi dengan cara menumbuhkan rasa sadar dalam diri kita untuk tidak membuang sampah sembarangan, tidak menebang pohon sembarangan atau dapat juga dengan menggunakan sistem tebang pilih. Lalu yang harus kita lakukan selanjutnya adalah reboisasi atau penghijauan. Pohon diibaratkan seperti uang, semakin banyak pohon maka hidup kita akan semakin terjamin dalam hal kesehatan bahkan makmur. Rasakan rasa segar, sejuk, dan nyaman jika kita berada di bawah pohon yang rindang. Nah, agar rasa segar itu dapat bertahan lama maka mulailah untuk menumbuhkan kesadaran untuk tidak membuang sampah sembarangan apalagi ke sungai atau selokan, dan jangan lupa untuk menanam pohon.
Marilah kita tanamkan kesadaran untuk menjaga lingkungan, peliharalah bumi dengan melestarikan hutan demi kelangsungan hidup kita dan sebagai warisan bagi keturuan kita nanti.
Hadirin sekalian,
Demikian pidato yang saya sampaikan ini, semoga bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata saya mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kata-kata yang tidak berkenan di hati saudara sekalian.
Terima kasih dan selamat siang.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar