Ketika Indonesia Tak Ber-Tuhan
Oleh Marianus
Rago Kristeno
Judul:
3
Penulis:
Primadona Angela
Penerbit:
PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun
terbit: 2015
Tebal:232
hlm; 20 cm
ISBN:
978-602-03-2094-6
B
|
agaimana jadinya jika
Indonesia menjadi negara liberal dan melupakan Tuhan? Itulah gambaran Indonesia
pada masa depan. Konflik ada di mana-mana, perlawanan terhadap agama mencuat,
bahkan orang mulai menghalalkan segala cara tanpa memperdulikan Tuhan untuk
memperoleh kedudukan tinggi. Tapi, Indonesia sangat menjunjung tinggi HAM
sehingga meniadakan peluru tajam dan menggantinya menjadi peluru karet bagi
aparat negara dan ini yang menjadi keunggulan sekaligus kelemahan di Indonesia
di bidang pertahanan.
Tiga
saudara seperguruan yang memilih jalan berbeda sejak Indonesia menjadi “negara
tak ber-Tuhan” dan orang-orang yang ada di padepokanlah yang teguh percaya
kepada Tuhan. Tiga sekawan ini mulai mengalami konflik dalam pertemanan mereka
hanya untuk berjuang membela negara, keluarga, dan sahabat sehingga batasan antara teman dan lawan mulai
menghilang. Pada akhir cerita guru silat mereka, yang mengajarkan mereka supaya
tetap menjunjung tinggi kebenaran dan memakai ilmu yang mereka punyai untuk
membela kaum lemah yang malah menjadi pembunuh mematikan. Ketiga tokoh utama
dalam cerita mempunyai sifat berbeda tetapi mempunyai satu sikap yang sama,
yaitu berani berkorban untuk orang yang mereka sayangi.
Novel
ini merupakan novel adaptasi dari film yang memiliki judul yang sama. Bahasa
yang digunakan oleh Primadona Angela cupup tajam dalam menceritakan kisah yang
cukup detail, dari kepribadian tokoh sampai jalan cerita. Cara berbicara tokoh
juga menunjukan bahwa dia benar-benar berada di masa depan yang terpengaruh
dengan budaya barat dengan campuran bahasa Inggris. Novel ini juga memberikan
pelajaran tentang pentingnya suatu kebersamaan dalam persahabatan dan kekuatan
untuk tetap tabah menghadapi segala konflik dan masalah. Sebagai penutup,
penulis menggunakan akhir yang cukup dramatis di mana dua tokoh utama bertarung
mati-matian dan satu tokoh lagi berjuang untuk mengusut sumber segala kekacauan
yang adalah aparat negara sendiri.
“Fight and
never lose hope.”
Begitulah bunyi kalimat yang
dilontarkan oleh tokoh Laras/ Kapten Nayla untuk menyemangati kita. Bahwa kita
harus merenungi kutipan hadits yang digunakan untuk menutup novel ini :
“Islam muncul dalam keadaan asing,
dan ia akan kembali dalam keadaan asing,
maka beruntunglah orang-orang yang
terasingkan itu”.
Untuk itu, janganlah pernah putus
asa dan hilang harapan. Karena sebaik-baik tempat berharap hanya kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar