A. Sejarah Gerakan
Perang Solferino
Pada tanggal 24 Juni 1859 di Solferino, sebuah kota kecil yang terletak di daratan rendah Propinsi Lambordi, sebelah utara Italia, berlangsung pertempuran sengit antara prajurit Perancis dan Austria. Pertempuran yang berlangsung sekitar 16 jam dan melibatkan 320.000 orang prajurit itu, menelan puluhan ribu korban tewas dan luka-luka. Sekitar 40 ribu orang meninggal dalam pertempuran.
Banyaknya prajurit yang menjadi korban, dimana pertempuran berlangsung antar kelompok yang saling berhadapan, memang merupakan karakteristik perang yang berlangsung pada jaman itu. Tak ubahnya seperti pembantaian massal yang menghabisi ribuan orang pada satu waktu. Terlebih lagi, komandan militer tidak memperhatikan kepentingan orang yang terluka untuk mendapatkan pertolongan dan perawatan. Mereka hanya dianggap sebagai ‘makanan meriam’. Ribuan mayat tumpang tindih dengan mereka yang terluka tanpa pertolongan. Jumlah ahli bedah pun sangat tidak mencukupi. Saat itu, hanya ada empat orang dokter hewan yang merawat seribu kuda serta seorang dokter untuk seribu orang. Pertempuran tersebut pada akhirnya dimenangkan oleh Perancis.
Akibat perang dengan pemandangannya yang sangat mengerikan itu, menggugah Henry Dunant, seorang pengusaha berkebangsaan Swiss (1828 – 1910) yang kebetulan lewat dalam perjalanannya untuk menemui Kaisar Napoleon III guna keperluan bisnis. Namun menyaksikan pemandangan yang sangat mengerikan akibat pertempuran, membuat kesedihannya muncul dan terlupa akan tujuannya bertemu dengan kaisar. Dia mengumpulkan orang-orang dari desa-desa sekitarnya, dan tinggal di sana selama tiga hari untuk dengan sungguh-sungguh menghabiskan waktunya untuk merawat orang yang terluka.
Ribuan orang yang terluka tanpa perawatan dan dibiarkan mati di tempat karena pelayanan medis yang tidak mencukupi jumlahnya dan tidak memadai dalam tugas/keterampilan, membuatnya sangat tergugah. Kata-kata bijaknya yang diungkapkan saat itu, Siamo tutti fratelli (Kita semua saudara), membuka hati para sukarelawan untuk melayani kawan maupun lawan tanpa membedakannya.
Komite Internasional
Sekembalinya Dunant ke Swiss, membuatnya terus dihantui oleh mimpi buruk yang disaksikannya di Solferino. Untuk menghilangkan bayangan buruk dalam pikirannya dan untuk menarik perhatian dunia akan kenyataan kejamnya perang, ditulisnya sebuah buku dan diterbitkannya dengan biaya sendiri pada bulan November 1862. Buku itu diberi judul “Kenangan dari Solferino” (Un Souvenir De Solferino).
Buku itu mengandung dua gagasan penting yaitu:
> Perlunya mendirikan perhimpunan bantuan di setiap negara yang terdiri dari sukarelawan untuk merawat orang yang terluka pada waktu perang.
> Perlunya kesepakatan internasional guna melindungi prajurit yang terluka dalam medan perang dan orang-orang yang merawatnya serta memberikan status netral kepada mereka.
Selanjutnya Dunant mengirimkan buku itu kepada keluarga-keluarga terkemuka di Eropa dan juga para pemimpin militer, politikus, dermawan dan teman-temannya. Usaha itu segera membuahkan hasil yang tidak terduga. Dunant diundang kemana-mana dan dipuji dimana-mana. Banyak orang yang tertarik dengan ide Henry Dunant, termasuk Gustave Moynier, seorang pengacara dan juga ketua dari The Geneva Public Welfare Society (GPWS). Moynier pun mengajak Henry Dunant untuk mengemukakan idenya dalam pertemuan GPWS yang berlangsung pada 9 Februari 1863 di Jenewa. ternyata, 160 dari 180 orang anggota GPWS mendukung ide Dunant. Pada saat itu juga ditunjuklah empat orang anggota GPWS dan dibentuklah KOMITE LIMA untuk memperjuangkan terwujudnya ide Henry Dunant. Mereka adalah :
1. Henry Dunant
2. Gustave Moynier
3. dr. Louis Appia
4. dr. Theodore Maunoir
5. Jenderal Guillame-Hendri Dufour
Adapun Henry Dunant, walaupun bukan anggota GPWS, namun dalam komite tersebut ditunjuk menjadi sekretaris. Pada tanggal 17 Februari 1863, Komite Lima berganti nama menjadi Komite Tetap Internasional untuk Pertolongan Prajurit yang Terluka sekaligus mengangkat ketua baru yaitu jenderal Guillame – Henri Dufour.
Pada bulan Oktober 1863, Komite Tetap Internasional untuk Pertolongan Prajurit yang Terluka, atas bantuan Pemerintah Swiss, berhasil melangsungkan Konferensi Internasional pertama di Jenewa yang dihadiri perwakilan dari 16 negara (Austria, Baden, Beierem, Belanda, Heseen-Darmstadt, Inggris, Italia, Norwegia, Prusia, Perancis, Spanyol, Saksen, Swedia, Swiss, Hannover,dan Hutenberg). Beberapa Negara tersebut saat ini sudah menjadi Negara bagian dari Jerman.
Adapun hasil dari konferensi tersebut, adalah disepakatinya satu konvensi yang terdiri dari sepuluh pasal, beberapa diantaranya merupakan pasal krusial yaitu digantinya nama Komite Tetap Internasional untuk Menolong Prajurit yang Terluka menjadi KOMITE INTERNASIONAL PALANG MERAH atau ICRC (International Committee of the Red Cross) dan ditetapkannya tanda khusus bagi sukarelawan yang memberi pertolongan prajurit yang luka di medan pertempuran yaitu Palang Merah diatas dasar putih.
Pada akhir konferensi internasional 1863, gagasan pertama Dunant – untuk membentuk perhimpunan para sukarelawan di setiap negara pun menjadi kenyataan Beberapa perhimpunan serupa dibentuk beberapa bulan kemudian setelah konferensi internasional di Wurttemburg, Grand Duchy of Oldenburg, Belgia dan Prusia. Perhimpunan lain mengikuti seperti di Denmark, Perancis, Italy, Mecklenburgh-schwerin, Spain, Hamburg dan Hesse. Pada waktu itu mereka disebut sebagai Komite Nasional atau Perhimpunan Pertolongan.
Selanjutnya, dengan dukungan pemerintah Swiss kembali, diadakanlah Konferensi Diplomatik yang dilaksanakan di Jenewa pada tanggal 8 sampai 28 Augustus 1864. 16 negara dan empat institusi donor mengirimkan wakilnya. Sebagai bahan diskusi, sebuah rancangan konvensi disiapkan oleh Komite Internasional. Rancangan tersebut dinamakan “Konvensi Jenewa untuk memperbaiki kondisi tentara yang terluka di medan perang” dan disetujui pada tanggal 22 Agustus 1864. Lahirlah HPI modern. Konvensi itu mewujudkan ide Dunant yang kedua, yaitu untuk memperbaiki situasi prajurit yang terluka pada saat peperangan dan membuat negara-negara memberikan status netral pada prajurit yang terluka dan orang-orang yang merawatnya yaitu personil kesehatan.
B. Komponen Gerakan
Liga Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah
Pada akhir perang dunia pertama sebagian besar daerah di Eropa sangat kacau, ekonomi rusak, populasi berkurang drastis karena epidemi, sejumlah besar pengungsi yang miskin dan orang yang tidak mempunyai kewarganegaraan memenuhi benua itu. Perang tersebut sangat jelas menunjukkan perlunya kerjasama yang kuat antara perhimpunan Palang Merah, yang karena aktivitasnya dalam masa perang dapat menarik ribuan sukarelawan. Henry P. Davison, Presiden Komite Perang Palang Merah Amerika, mengusulkan pada konferensi internasional medis (April 1919, Cannes, Perancis) ”untuk memfederasikan perhimpunan palang merah dari berbagai negara menjadi sebuah organisasi setara dengan liga bangsa-bangsa, dalam hal peperangan dunia untuk memperbaiki kesehatan, mencegah penyakit dan mengurangi penderitaan.”
Liga Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah[1] kemudian secara formal terbentuk dengan markas besarnya di Paris oleh Perhimpunan Palang Merah dari Perancis, Inggris, Itali, Jepang, Amerika Serikat pada tanggal 5 Mei 1919 dengan tujuan utama memperbaiki kesehatan pada negara-negara yang telah sangat menderita setelah perang. Liga itu juga bertujuan untuk ‘memperkuat dan menyatukan aktivitas kesehatan yang sudah ada dalam Perhimpunan Palang Merah dan untuk mempromosikan pembentukan perhimpunan baru.’ Bagian penting dari kerja Federasi adalah menyediakan dan mengkoordinasi bantuan bagi korban bencana alam dan epidemi. Sejak 1939 markas permanennya ada di Jenewa. Pada tahun 1991, keputusan diambil untuk merubah nama Liga Perhimpunan Palang Merah menjadi Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah atau IFRC (International Federation of the Red Cross and Red Crescent Societis).
Selanjutnya, baik IFRC, ICRC dan Perhimpunan Nasional, merupakan bagian dari komponen Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah atau biasa disebut dengan ”Gerakan” saja. Komponen Gerakan dalam menjalankan tugasnya sesuai Prinsip Dasar dan mandat masing-masing sebagaimana yang disebut dalam Statuta Gerakan.
International Committee of the Red Cross
Sebagai sebuah lembaga swasta dan mandiri, ICRC bertindak sebagai penengah yang netral antara dua negara yang berperang atau bermusuhan dalam konflik bersenjata Internasional, konflik bersenjata non-Internasional dan pada kasus-kasus kekerasan internasional. Selain itu, juga berusaha untuk menjamin bahwa korban kekerasan di atas, baik penduduk sipil maupun militer serta menerima perlindungan dan pertolongan.
Pada kasus-kasus konflik bersenjata Internasional maupun non-Internasional, aksi kemanusiaan ICRC didasarkan pada Konvensi dan protokol-protokolnya. Ini alasan mengapa kita mengatakan bahwa sebuah mandat khusus telah dipercayakan kepada ICRC oleh komunitas negara-negara peserta konvensi tersebut. Pada kasus-kasus kekerasan internal, ICRC bertindak berdasar pada hak inisiatif kemanusiaan seperti tercantum dalam statuta gerakan.
ICRC adalah pelindung prinsip-prinsip dasar gerakan dan pengambil keputusan atas pengakuan perhimpunan-perhimpunan nasional, dimana dengan itu mereka menjadi bagian resmi dari gerakan. ICRC bekerja untuk mengembangkan HPI, menjelaskan, mendiseminasikan dan mempromosikan Konvensi Jenewa. ICRC juga melaksanakan kewajiban yang ditimpakan padanya berdasarkan Konvensi-konvensi tersebut dan memastikan bahwa konvensi-konvensi itu dilaksanakan dan mengembangkannya apabila perlu.
Perhimpunan Nasional
Perhimpunan Nasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah adalah organisasi kemanusiaan yang ada di setiap negara anggota penandatangan Konvensi Jenewa. Tidak ada negara yang dapat memiliki lebih dari satu Perhimpunan Nasional. Sebelum sebuah perhimpunan baru disetujui oleh ICRC dan menjadi anggota Federasi, beberapa syarat ketat harus dipenuhi. Menurut statuta gerakan Perhimpunan Nasional yang baru didirikan harus disetujui oleh ICRC. Untuk dapat memperoleh persetujuan dari ICRC, sebuah Perhimpunan Nasional harus memenuhi 10 syarat yaitu:
• Didirikan disuatu Negara Peserta Konvensi Jenewa 1949
• Satu-satunya Perhimpunan PM/BSM Nasional di Negaranya
• Diakui oleh Pemerintah Negaranya
• Memakai nama dan lambang Palang Merah atau Bulan Sabit Merah
• Bersifat mandiri
• Memperluas kegiatan di seluruh wilayah
• Terorganisir dalam menjalankan tugasnya dan dilaksanakan diseluruh wilayah negaranya
• Menerima anggota tanpa membedakan latar belakang
• Menyetujui statuta Gerakan
• Menghormati Prinsip-prinsip Dasar Gerakan dan menjalankan tugasnya sejalan dengan prinsip-prinsip HPI
Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah
Badan ini mendukung aktivitas kemanusiaan yang dilaksanakan oleh perhimpunan nasional atas nama kelompok-kelompok rentan dan bertindak sebagai juru bicara dan sebagai wakil Internasional mereka. Federasi mendukung Perhimpunan Nasional dan ICRC dalam usahanya untuk mengembangkan dan menyebarluaskan pengetahuan tentang HPI dan mempromosikan Prinsip-prinsip Dasar Gerakan.
Statuta Gerakan
Statuta Gerakan adalah salah satu dasar yang menentukan struktur dan kewajiban ICRC, Federasi, dan Perhimpunan Nasional. Statuta Gerakan disusun pada tahun 1928. Kemudian direvisi pada tahun 1952 direvisi lagi pada tahun 1986, tepatnya pada Konferensi Internasional yang ke-25 yang dilaksanakan di Jenewa.
Statuta ICRC
ICRC menetapkan statutanya pada tahun 1915. Semenjak itu mereka sudah merevisinya beberapa kali. Khususnya, mereka berefleksi dan mengembangkan pokok-pokok pikiran dari pasal 5 Statuta Gerakan. Untuk lebih persisnya, sebagai tambahan atas apa yang sudah disebutkan di atas, statuta itu menyebutkan bahwa ICRC harus:
> Melindungi dan mempromosikan penghormatan kepada prinsip-prinsip dasar gerakan, demikian juga dengan penyebarluasan pengetahuan HPI yang dapat dipakai dalam konflik bersenjata;
> Mengakui semua Perhimpunan Nasional yang dibentuk berdasarkan persyaratan yang tercantum dalam statuta gerakan;
> Mengemban tugas yang diberikan oleh Konvensi Jenewa dan memastikan bahwa HPI dilaksanakan dangan setia.
> Menyediakan perlindungan dan bantuan, dalam kapasitasanya sebagai penengah netral kepada militer dan korban sipil dari konflik bersenjata.• Mengelola, menjalankan Badan Pusat Pencarian;
> Melaksanakan mandat yang dipercayakan kepadanya oleh Konferensi Internasional.
Statuta Federasi
Statuta Federasi memutuskan tanggung jawab Federasi sebagai berikut:
> Bertindak sebagai badan penghubung dan koordinasi permanen dari Perhimpunan-Perhimpunan Nasional;
> Memberikan bantuan kepada Perhimpunan Nasional yang mungkin memerlukan dan memintanya;
> Mempromosikan pembentukan dan pengembangan Perhimpunan Nasional;
> Mengkoordinasi operasi bantuan yang dilaksanakan oleh Perhimpunan Nasional dalam rangka membantu korban bencana alam dan pengungsi di tempat di mana tidak ada konflik bersenjata.
Statuta Perhimpunan Nasional
Setiap Perhimpunan Nasional memiliki statuta sendiri-sendiri. Walaupun mungkin berbeda satu dengan yang lain, statuta itu harus mencerminkan semangat gerakan dan memperhatikan ketentuan-ketentuan umum dalam statuta gerakan. Harus diperhatikan bahwa seperangkat “model statuta” tersedia untuk digunalan oleh perhimpunan nasional. Tujuan untuk pembuatan model tersebut pada tahun 1952 tidak untuk digunakan sebagai satu-satunya peraturan bagi semua perhimpunan nasional tetapi untuk mewujudkan prinsip-prinsip konvensi dan gerakan, yang merupakan aplikasi universal. Model statuta ini sudah diubah sampai berkali-kali dan pantas untuk menjadi pedoman bagi perhimpunan nasional baru dalam membuat rancangan statutanya sendiri.
ORGANISASI PALANG MERAH
A. GERAKAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH INTERNASIONAL
SEJARAH LAHIRNYA GERAKAN
Pada tanggal 24 Juni 1859 di kota Solferino, Italia Utara, pasukan Perancis dan Italia sedang bertempur melawan pasukan Austria dalam suatu peperangan yang mengerikan. Pada hari yang sama, seorang pemuda warganegara Swiss, Henry Dunant , berada di sana dalam rangka perjalanannya untuk menjumpai Kaisar Perancis, Napoleon III. Puluhan ribu tentara terluka, sementara bantuan medis militer tidak cukup untuk merawat 40.000 orang yang menjadi korban pertempuran tersebut. Tergetar oleh penderitaan tentara yang terluka, Henry Dunant bekerjasama dengan penduduk setempat, segera bertindak mengerahkan bantuan untuk menolong mereka.
Beberapa waktu kemudian, setelah kembali ke Swiss, dia menuangkan kesan dan pengalaman tersebut kedalam sebuah buku berjudul "Kenangan dari Solferino", yang menggemparkan seluruh Eropa. Dalam bukunya, Henry Dunant mengajukan dua gagasan;
* Pertama, membentuk organisasi kemanusiaan internasional , yang dapat dipersiapkan pendiriannya pada masa damai untuk menolong para prajurit yang cedera di medan perang.
* Kedua, mengadakan perjanjian internasional guna melindungi prajurit yang cedera di medan perang serta perlindungan sukarelawan dan organisasi tersebut pada waktu memberikan pertolongan pada saat perang.
Pada tahun 1863, empat orang warga kota Jenewa bergabung dengan Henry Dunant untuk mengembangkan gagasan pertama tersebut. Mereka bersama-sama membentuk "Komite Internasional untuk bantuan para tentara yang cedera", yang sekarang disebut Komite Internasional Palang Merah atau International Committee of the Red Cross (ICRC).
Dalam perkembangannya kelak untuk melaksanakan kegiatan kemanusiaan di setiap negara maka didirikanlah organisasi sukarelawan yang bertugas untuk membantu bagian medis angkatan darat pada waktu perang. Organisasi tersebut yang sekarang disebut Perhimpunan Nasional Palang Merah atau Bulan Sabit Merah.
Berdasarkan gagasan kedua, pada tahun 1864, atas prakarsa pemerintah federal Swiss diadakan Konferensi Internasional yang dihadiri beberapa negara untuk menyetujui adanya "Konvensi perbaikan kondisi prajurit yang cedera di medan perang". Konvensi ini kemudian disempurnakan dan dikembangkan menjadi Konvensi Jenewa I, II, III dan IV tahun 1949 atau juga dikenal sebagai Konvensi Palang Merah . Konvensi ini merupakan salah satu komponen dari Hukum Perikemanusiaan Internasional (HPI) suatu ketentuan internasional yang mengatur perlindungan dan bantuan korban perang.
PALANG MERAH INTERNASIONAL
1. Komite Internasional Palang Merah / International Committee of the Red Cross (ICRC), yang dibentuk pada tahun 1863 dan bermarkas besar di Swiss. ICRC merupakan lembaga kemanusiaan yang bersifat mandiri, dan sebagai penengah yang netral. ICRC berdasarkan prakarsanya atau konvensi-konvensi Jenewa 1949 berkewajiban memberikan perlindungan dan bantuan kepada korban dalam pertikaian bersenjata internasional maupun kekacauan dalam negeri. Selain memberikan bantuan dan perlindungan untuk korban perang, ICRC juga bertugas untuk menjamin penghormatan terhadap Hukum Perikemanusiaan internasional.
2. Perhimpunan Nasional Palang Merah atau Bulan Sabit Merah, yang didirikan hampir di setiap negara di seluruh dunia, yang kini berjumlah 176 Perhimpunan Nasional, termasuk Palang Merah Indonesia. Kegiatan perhimpunan nasional beragam seperti bantuan darurat pada bencana, pelayanan kesehatan, bantuan sosial, pelatihan P3K dan pelayanan transfusi darah. Persyaratan pendirian suatu perhimpunan nasional diantaranya adalah :
* mendapat pengakuan dari pemerintah negara yang sudah menjadi peserta Konvensi Jenewa
* menjalankan Prinsip Dasar Gerakan
Bila demikian ICRC akan memberi pengakuan keberadaan perhimpunan tersebut sebelum menjadi anggota Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.
3. Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah / International Federation of Red Cross and Red Crescent (IFRC), Pendirian Federasi diprakarsai oleh Henry Davidson warganegara Amerika yang disahkan pada suatu Konferensi Internasional Kesehatan pada tahun 1919 untuk mengkoordinir bantuan kemanusiaan, khususnya saat itu untuk menolong korban dampak paska perang dunia I dalam bidang kesehatan dan sosial. Federasi bermarkas besar di Swiss dan menjalankan tugas koordinasi anggota Perhimpunan Nasional dalam program bantuan kemanusiaan pada masa damai, dan memfasilitasi pendirian dan pengembangan organisasi palang merah nasional.
PERTEMUAN ORGANISASI PALANG MERAH INTERNASIONAL
Sesuai dengan Statuta dan Anggaran Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah menyebutkan empat tahun sekali diselenggarakan Konferensi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah ( Internasional Red Cross Conference) . Konferensi ini dihadiri oleh seluruh komponen Gerakan Palang Merah Internasional ( ICRC, perhimpunan nasional dan Federasi Internasional ) serta seluruh negara peserta Konvensi Jenewa. Konferensi ini merupakan badan tertinggi dalam Gerakan dan mempunyai mandat untuk membahas dan memutuskan semua ketentuan internasional yang berkaitan dengan kegiatan kemanusiaan kepalangmerahan yang akan menjadi komitmen semua peserta.
Dua tahun sekali , Gerakan Palang Merah Internasional juga mengadakan pertemuan Dewan Delegasi (Council of Delegates) , yang anggotanya terdiri atas seluruh komponen Gerakan. Dewan Delegasi akan membahas permasalahan yang akan dibawa dalam konferensi internasional. Suatu tim yang dibentuk secara khusus untuk menyiapkan pertemuan selang antar konferensi internasional yaitu Komisi Kerja ( Standing Commission).
Bersamaan dengan pertemuan tersebut khusus untuk Federasi Internasional dan anggota perhimpunan nasional juga mengadakan pertemuan Sidang Umum (General Assembly) sebagai forum untuk membahas program kepalangmerahan dan pengembangannya.
KOMITMEN KEMANUSIAAN
Berikut adalah garis besar program kemanusiaan kepalangmerahan yang terakomodasi antara lain dalam kesepakatan Federasi Internasional ( Strategi 2010) ; Komitmen Regional anggota Perhimpunan ( Deklarasi Hanoi ) dan kesepakatan Konferensi Internasional ( Plan of Action ).
1. STRATEGI 2010
Strategi 2010 (S-2010) adalah seperangkat strategi Federasi Internasional dalam menghadapi tantangan kemanusiaan pada dekade menantang. Dokumen yang diadopsi Sidang Umum pada tahun 1999 ini menjabarkan misi Federasi yaitu: "memperbaiki hajat hidup masyarakat rentan dengan memobilisasi kekuatan kemanusiaan".
Tiga tujuan utama yang strategis adalah:
1. Memperbaiki Hajat Hidup masyarakat Rentan
Strategi ini terfokus melalui empat bidang inti, yaitu:
+ Promosi Prinsip-Prinsip dasar Gerakan dan nilai-nilai kemanusiaan;
+ Penanggulangan Bencana;
+ Kesiapsiagaan penanggulangan bencana; dan
+ Kesehatan dan perawatan di masyarakat.
Keempat bidang ini adalah suatu paket yang integral dan saling terkait satu sama lain, yang memiliki dua dimensi yaitu pelayanan dan advokasi.
2. Memobilisasi Kekuatan Kemanusiaan
Pengerahan kapasitas organisasi untuk pelayanan ini akan terjadi bila perhimpunan nasional berfungsi dengan baik. Artinya ada mekanisme organisasi, pengembangan kapasitas, memobilisi sumber keuangan dengan mengembangkan kemitraan dan mengoptimalkan komunikasi dalam Perhimpunan Nasional.
3. Bekerjasama Secara Efektif
Adanya perhimpunan nasional yang kuat akan membentuk sebuah Federasi yang kuat , efektif dan efisien yaitu dengan mengembangkan kerjasama subregional dan mengimplementasikan strategi gerakan, kemitraan dengan organisasi internasional lain, memobilisasi publik dan advokasi penentu kebijakan serta mengkomunikasikan pesan-pesan dan misi Federasi Internasional.
2. DEKLARASI HANOI "United for Action"
Dokumen ini disahkan melalui Konferensi Regional V di Hanoi, Vietnam pada tahun 1998, yang disepakati oleh 37 perhimpunan nasional se Asia Pasifik dan Timur Tengah yang bertekad , walau beragam budaya, geografis dan latar belakang lain, untuk bersatu demi suatu aksi kemanusiaan.
Kecenderungan bencana alam serta krisis moneter secara global telah melanda wilayah regional dan berdampak pada permasalahan imigrasi penduduk karena menghendaki perbaikan hidup, krisis ekonomi yang menyebabkan angka pengangguran yang semakin meningkat serta berjangkitnya wabah penyakit. Hal ini menjadi tantangan bagi Palang Merah untuk membantu meringankan penderitaan umat manusia.
Deklarasi Hanoi memfokuskan penanganan program pada isu-isu berikut:
+ Penanggulangan bencana
+ Penanganan wabah penyakit
+ Remaja dan Manula
+ Kemitraan dengan pemerintah
+ Organisasi dan Manajemen kapasitas sumber daya
+ Hubungan masyarakat dan promosi
3. PLAN OF ACTION 2000 - 2003
Plan of Action 2000 - 2003 merupakan keputusan Konferensi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah ke-27 di Jenewa pada tahun 1999 . Pemerintah Indonesia dan PMI sebagai peserta menyatakan ikrarnya di bidang kemanusiaan.
Komitmen Pemerintah Indonesia
* Memenuhi komitmen untuk meratifikasi Protokol Tambahan I dan II dari Konvensi-Konvensi Jenewa 1949
* Memperkuat Legislasi yang berkaitan dengan penggunaan Lambang Palang Merah
* Memperkuat aspek-aspek kelembagaan dalam perencanaan kesiapsiagaan penanggulangan bencana
* Mengintensifkan pendidikan dan diseminasi Hukum Humaniter Internasional dan karya-karya organisasi kemanusiaan kepada masyarakat sipil dan militer
* Memperkuat kemitraan dengan lembaga-lembaga nasional untuk membantu masyarakat rentan
Komitmen Palang Merah Indonesia
* Program diseminasi nilai-nilai kemanusiaan kepada anggota dan kelompok sasaran tertentu serta mendorong pemerintah untuk menyusun peraturan nasional mengenai lambang dan perjanjian terkait.
* Mengintensifkan program kesiapsiagaan penanggulangan bencana di daerah-daerah yang rawan bencana melalui program "community based" dan meningkatkan kemampuan manajemen bencana dan pelatihan sukarelawan serta penyediaan peralatan standar operasional.
* Melaksanakan program sosial dan kesehatan dalam hal pelayanan darah, pendidikan remaja sebaya sebagai upaya pencegahan penyebaran HIV/AIDS atau kegiatan-kegiatan yang berorientasikan pada pelayanan P3K yang berbasis masyarakat, masalah air dan sanitasi, kesejahteraan kelompok masyarakat rentan di daerah tertinggal dan memperbaiki pelayanan ambulan dan pos P3K.
1. DONOR DARAH
a. Syarat-syarat Teknis Menjadi Donor Darah :
umur 17 - 60 tahun
( Pada usia 17 tahun diperbolehkan menjadi donor bila mendapat ijin tertulis dari orangtua. Sampai usia tahun donor masih dapat menyumbangkan darahnya dengan jarak penyumbangan 3 bulan atas pertimbangan dokter )
Berat badan minimum 45 kg
Temperatur tubuh : 36,6 - 37,5o C (oral)
Tekanan darah baik ,yaitu:
Sistole = 110 - 160 mm Hg
Diastole = 70 - 100 mm Hg
Denyut nadi; Teratur 50 - 100 kali/ menit
Hemoglobin
Wanita minimal = 12 gr %
Pria minimal = 12,5 gr %
Jumlah penyumbangan pertahun paling banyak 5 kali, dengan jarak penyumbangan sekurang-kurangnya 3 bulan. Keadaan ini harus sesuai dengan keadaan umum donor.
b. Seseorang tidak boleh menjadi donor darah pada keadaan:
Pernah menderita hepatitis B
Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah kontak erat dengan penderita hepatitis
Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah transfusi
Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah tattoo/tindik telinga
Dalam jangka waktu 72 jam sesudah operasi gigi
Dalam jangka wktu 6 bulan sesudah operasi kecil
Dalam jangka waktu 12 bulan sesudah operasi besar
Dalam jangka waktu 24 jam sesudah vaksinasi polio, influenza, cholera, tetanus dipteria atau profilaksis
Dalam jangka waktu 2 minggu sesudah vaksinasi virus hidup parotitis epidemica, measles, tetanus toxin.
Dalam jangka waktu 1 tahun sesudah injeksi terakhir imunisasi rabies therapeutic
Dalam jangka waktu 1 minggu sesudah gejala alergi menghilang.
Dalam jangka waktu 1 tahun sesudah transpalantasi kulit.
Sedang hamil dan dalam jangka waktu 6 bulan sesudah persalinan.
Sedang menyusui
Ketergantungan obat.
Alkoholisme akut dan kronik.
Sifilis
Menderita tuberkulosa secara klinis.
Menderita epilepsi dan sering kejang.
Menderita penyakit kulit pada vena (pembuluh darah balik) yang akan ditusuk.
Mempunyai kecenderungan perdarahan atau penyakit darah, misalnya, defisiensi G6PD, thalasemia, polibetemiavera.
Seseorang yang termasuk kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi untuk mendapatkan HIV/AIDS (homoseks, morfinis, berganti-ganti pasangan seks, pemakai jarum suntik tidak steril)
Pengidap HIV/ AIDS menurut hasil pemeriksaan pada saat donor darah.
2. BAGAIMANA MENDAPATKAN DARAH
a. Prosedur Permintaan Darah
Dokter yang merawatlah yang menentukan pasien membutuhkan darah atau tidak
Membawa formulir khusus rangkap 4 atau 5 untuk permintaan darah yang telah diisi oleh dokter yang merawat disesrtai contoh darah pasien dengan identitas yang jelas.
Formulir dan contoh darah tersebut dikirim ke Bank Darah di rumah sakit atau laboratorium UTDC PMI setempat. Untuk Daerah Jakarta, darah dapat diperoleh di UTDD PMI DKI Jakarta, Jl. Kramat Raya No.47, apabila persediaan darah yang diminta oleh dokter tidak ada di bank darah rumah sakit tmaka bawalah donor pengganti ke UTDC setempat.
Atas dasar permintaan dokter di RS tersebut UTDC melakukan pemeriksaan reaksi silang antara contoh darah donor dengan contoh darah pasien, yang memakan waktu lebih kurang 1,5 jam.
Pemeriksaan ini mutlak harus dilakukan walaupun golongan darah pasien dengan golongan darah donor sama. Bila dalam pemeriksaan silang tidak terdapat kelainan maka barulah darah donor diberikan kepada pasien. Bila pada pemeriksaan ditemukan kelainan atau ketidakcocokan perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk mencari sebab kelainan atau ketidakcocokan tersebut.
3. PENGELOLAAN DARAH & BIAYA PENGGANTIAN PENGELOLAAN (Service Cost )
Upaya kesehatan Transfusi Darah adalah upaya kesehatan yang bertujuan agar penggunaan darah berguna bagi keperluan pengobatan dan pemulihan kesehatan . Kegiatan ini mencakup antara lain :pengerahan donor,penyumbangan darah, pengambilan, pengamanan, pengolahan, penyimpanan, dan penyampaian darah kepada pasien.
Kegiatan tersebut harus dilakukan dengan sebaik-baiknya sesuai standar yang telah ditetapkan, sehingga darah yang dihasilkan adalah darah yang keamanannya terjamin. Demikian juga dengan donornya, donor yang menyumbagkan darahnya juga tetap selalu sehat.
Kelancaran pelaksanaan upaya kesehatan transfusi darah di atas sangat terkait dengan dukungan faktor ketenagaan, peralatan, dana dan sistem pengelolaannya yang hakikatnya kesemuanya itu memerlukan biaya.
Biaya yang dibutuhkan untuk proses kegiatan tersebut diatas adalah biaya pengelolaan darah ( Service Cost) , yang pada prakteknya manfaatnya ditujukan kepada pengguna darah di rumah sakit. Penarikan service cost/biaya pengelolaan darah untuk pemakaian darah dilakukan semata-mata sebagai penggantian pengelolaan darah sejak darah diambil dari donor sukarela sampai darah ditransfusikan pada orang sakit dan bukan untuk membayar darah.
Pengelolaan Darah
Yang dimaksud dengan pengelolaan darah adalah tahapan kegiatan untuk mendapatkan darah sampai dengan kondisi siap pakai, yang mencakup antara lain :
Rekruitmen donor.
Pengambilan darah donor.
Pemeriksaan uji saring.
Pemisahan darah menjadi komponen darah.
Pemeriksaan golongan darah.
Pemeriksaan kococokan darah donor dengan pasien.
Penyimpanan darah di suhu tertentu
Dan lain-lain.
Untuk melaksanakan tugas tersebut dibutuhkan sarana penunjang teknis dan personil seperti :
Kantong darah.
Peralatan untuk mengambil darah.
Reagensia untuk memeriksa uji saring, pemeriksaan golongan darah, kecocokan darah donor dan pasien.
Alat-alat untuk menyimpan dan alat pemisah darah menjadi komponen darah.
Peralatan untuk pemeriksaan proses tersebut.
Pasokan daya listrik untuk proses tersebut dan
Personil PMI yang melaksanakan tugas tersebut
Peranan ketersediaan prasarana di atas sangat menentukan berjalannya proses pengolahan darah. Untuk itu pengadaan dana menjadi penting dalam rangka menjamin ketersediaan prasarana tersebut, PMI menetapkan perlunya biaya pengolahan darah ( service cost).
"Service Cost "
Besarnya jumlah Service Cost yang ditetapkan standar oleh PMI adalah sebesar Rp 128.500,- Namun demikian dalam prakteknya di beberapa rumah sakit, terutama swasta, jumlahnya bisa disesuaikan dengan keadaan RS-nya. oleh karena adanya kebijakan "subsidi silang". Bagi yang tak mampu, pembebasan service cost juga dapat dikenakan sejauh memenuhi prosedur administrasi yang berlaku.
"Service cost" tetap harus dibayar walaupun pemohon darah membawa sendiri donor darahnya. Mengapa demikian? Karena bagaimanapun darah tersebut untuk dapat sampai kepada orang sakit yang membutuhkan darah tetap memerlukan prosedur seperti tersebut diatas.
Demikian pula Service Cost tetap ditarik walaupun PMI telah menerima sumbangan dari masyarakat karena hasil sumbangan masyarakat tersebut masih jauh dari mencukupi kebutuhan operasional Unit Darah Daerah PMI DKI Jakarta.
Penarikan service cost di Jakarta khususnya dapat dilakukan di :
+ Rumah Sakit
Rumah sakit yang sudah mempunyai Bank Darah atau yang belum mempunyai Bank Darah tetapi permintaan darahnya banyak.
Kemudian UTDD PMI DKI akan menagih setiap bulan ke rumah sakit tersebut, berdasarkan jumlah pemakaian darah.
+ UTDD ( Unit Transfusi Darah Daerah ) PMI DKI Jakarta
Untuk rumah sakit-rumah sakit yang letaknya jauh dari UTDD dan permintaan darahnya sedikit/jarang maka service cost akan ditarik langsung oleh UTDD.
Setiap pembayaran service cost disertai tanda bukti pembayaran yang sah dari rumah sakit atau dari UTDD PMI DKI Jakarta.
4. PEMAKAIAN DARAH
+ Pemecahan Darah menjadi Komponen
Darah terdiri dari bagian-bagian atau komponen darah dengan fungsinya masing-masing. Komponen-komponen darah yang penting adalah eritrosit, leukosit, trombosit, plasma dan faktor pembekuan darah. Dengan kemajuan teknologi kedokteran, komponen-komponen darah tersebut dapat dipisah-pisahkan dengan suatu proses.
+ Pengguna Darah sesuai Komponen
Keuntungan terapi komponen darah, bagi penderita jelas, oleh karena hanya menerima komponen darah yang dibutuhkan.
Darah dapat pula disimpan dalam bentuk komponen-komponen darah yaitu: eritrosit, luekosit, trombosit, plasma dan faktor-faktor pembekuan darah dengan proses tertentu yaitu dengan Refrigerated Centrifuge.
5. GOLONGAN DARAH
Apakah Golongan Darah itu?
Golongan darah ditentukan adanya suatu zat/antigen yang terdapat dalam sel darah merah. Dalam system ABO yang ditemukan Lansteiner tahnu 1900, golongan darah dibagi:
Gol Sel Darah Merah Plasma
A Antigen A Antibodi B
B Antigen B antibodi A
AB Antigen A & B tak ada antibodi
O Tak ada antigen Antibodi Anti A & Anti B
Siapa yang menemukan asal muasal golongan darah pada manusia?
Landsteiner adalah orang yang menemukan 3 dari 4 golongan darah dalam ABO system pada tahun 1900 dengan cara memeriksa golongan darah beberapa teman sekerjanya. Percobaan dilakukan dengan melakukan reaksi antara sel darah merah dan serum dari donor. Hasilnya adalah dua macam reaksi dan dan satu macam tanpa reaksi. Kesimpulannya ada dua macam antigen A dan B di sel darah merah yang disebut golongan A dan B, atau samasekali tidak ada reaksi yang disebut golongan O.
Lantas, siapa yang menemukan golongan darah AB?
Von Decastello dan Sturli pada tahun 1901 yang menemukan golongan darah AB di mana kedua antigen A dan B ditemukan secara bersamaan pada sel darah merah sedangkan pada serum tidak ditemukan antibody.
Apakah Rh/Rhesus Faktor itu?
Rh Faktor adalah juga semacam sistem golongan darah, dengan melihat ada/tidak adanya antigen Rh di dalam sel darah merahnya.
Apakah ada macam golongan darah lain?
Selain ABO dan Rh, masih ada banyak sistem penggolongan darah menurut antigen yang terdapat dalam sel darah merah antara lain : MWSP, Lutheran, Duffy, Lewis, Kell dan sebagainya.
Berapa kalikah kita boleh menyumbangkan darah?
Sebaiknya secara teratur, maksimal 4-6 kali setahun, atau 2-3 bulan sekali penyumbangan dengan jarak waktu sangat dekat adalah sangat berbahaya karena tidak baik untuk kesehatan.
1. Pertolongan Pertama
Pertolongan Pertama
Apakah Definisi Pertolongan Pertama ?
Pertolongan Pertama (PP) adalah perawatan pertama yang diberikan kepada orang yang mendapat kecelakaan atau sakit yang tiba-tiba datang sebelum mendapatkan pertolongan dari tenaga medis. Ini berarti :
• Pertolongan Pertama harus diberikan secara cepat.
• Pertolongan Pertama harus tepat sehingga akan meringankan sakit korban bukan menambah sakit korban
Apa saja Tujuan utama Pertolongan Pertama?
Tujuan utama pertolongan pertama adalah untuk :
• Mempertahankan penderita tetap hidup atau terhindar dari maut
• Membuat keadaan penderita tetap stabil
• Mengurangi rasa nyeri, ketidak-nyamanan dan rasa cemas
• Menghindarkan kecacatan yang lebih parah
Siapa saja Pelaku Pertolongan Pertama ?
Pelaku pertolongan pertama adalah penolong yang pertama kali tiba di tempat kejadian yang memiliki kemampuan dan terlatih dalam penanganan medis dasar. Secara umum semua orang boleh memberikan pertolongan.
Klasifikasi Penolong:
a. Orang Awam : Tidak terlatih atau memiliki sedikit pengetahuan pertolongan pertama
b. Penolong pertama : Kualifikasi ini yang dicapai oleh KSR PMI
c. Tenaga Khusus/Terlatih :
Tenaga yang dilatih secara khusus untuk menanggulangi kedaruratan di Lapangan
Apa saja Kualifikasi Seorang Pelaku Pertolongan Pertama ?
Agar dapat menjalankan tugas, petugas penolong harus memiliki kualifikasi sebagai berikut
• Jujur dan bertanggungjawab.
• Memiliki sikap profesional, kematangan emosi. dan Kemampuan bersosialisasi.
• Selalu dalam keadaan siap, khususnya secara fisik
• Kemampuannya nyata terukur sesuai sertifikasi PMI.
Apa saja Kewajiban Pelaku Pertolongan Pertama ?
• Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita dan orang sekitarnya
• Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa
• Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan keadaan korban
• Meminta bantuan / rujukan
• Ikut menjaga kerahasiaan dengan petugas lain yang terlibat
• Mempersiapkan untuk ditransportasikan
Peralatan Dasar Pelaku Pertolongan Pertama (Alat Pelindung Diri)
Sarung Tangan Lateks
berguna untuk melindungi diri karena pada dasarnya semua cairan tubuh dianggap dapat menularkan penyakit
Kacamata Pelindung
berguna untuk melindungi mata dari percikan darah maupun mencegah cedera akibat benturan atau kelilipan pada mata saat melakukan pertolongan.
Baju pelindung
berguna untuk mencegah merembesnya cairan tubuh penderita melalui baju penolong.
Masker Penolong
berguna untuk mencegah penularan penyakit penyakit melalui udara.
Masker RJP
diperlukan bila akan melakukan tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Helm
Dipakai apabila akan bekerja di tempat yang rawan akan jatuhnya benda untuk mencegah terjadinya cedera pada kepala saat melakukan pertolongan.
Apa saja Peralatan yang dibutuhkan dalam Pertolongan Pertama?
• Penutup Luka misalnya kasa steril
• Pembalut misalnya pembalut segitiga (mitella) dan pembalut gulung
• Cairan Antiseptik misalnya alkohol
• Cairan Pencuci Mata misalnya boorwater
• Peralatan stabilisasi misalnya bidai dan papan spinal panjang
• Gunting
• Senter • Tandu
• Tensimeter dan Stetoskop
• Kapas
• Pinset
• Senter
• Alat Tulis
• Kartu penderita
Bagaimana Prinsip Dasar Pertolongan Pertama ?
Adapun prinsip-prinsip dasar dalam menangani suatu keadaan adalah sebagai berikut:
• Pastikan Anda bukan menjadi korban berikutnya. Seringkali kita lengah atau kurang berfikir panjang bila kita menjumpai suatu kecelakaan. Sebelum kita menolong korban, periksa dulu apakah tempat tersebut sudah aman atau masih dalam bahaya
• Pakailah metode atau cara pertolongan yang cepat, mudah dan efesien. Pergunakanlah sumberdaya yang ada baik alat, manusia maupun sarana pendukung lainnya. Bila Anda bekerja dalam tim, buatlah perencanaan yang matang dan dipahami oleh seluruh anggota.
• Biasakan membuat catatan tentang usaha-usaha pertolongan yang telah Anda lakukan, identitas korban, tempat dan waktu kejadian, dsb. Catatan ini berguna bila penderita mendapat rujukan atau pertolongan tambahan oleh pihak lain
Alat Bantu pada Pertolongan Pertama
1. Perban
Perban adalah bahan yang digunakan untuk menutup luka dengan tujuan untuk membantu menghentikan pendarahan dan menyerap cairan yang keluar dari luka juga mencegah terjadinya kontaminasi kuman.
Bila perban tidak tersedia dapat digunakan bahan lain seperti sapu tangan, sarung tangan, lembaran kain atau pakaian yang bersih. Jika memungkinkan, bahan tersebut disterilkan dengan merebusnya selama 15 menit kemudian baru dikeringkan. Pada saat menutup luka usahakan perban lebih lebar beberapa sentimeter dari pinggiran luka untuk mencegah kontaminasi kotoran atau kuman.
2. Pembalut / bebat
Bebat atau balutan adalah bahan yang sering digunakan untuk melapis luka sehabis diperban. Kegunaannya adalah untuk menbantu menghentikan pendarahan, mengurangi terjadinya pembengkakan dan mendukung bagian otot yang terluka supaya menyatu kembali.
3. Mitella (pembalut segitiga)
• Bahan pembalut dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki dengan berbagai ukuran. Panjang kaki antara 50-100 cm
• Pembalut ini biasa dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku, telapak tangan, pinggul, telapak kaki, dan untuk menggantung lengan.
• Dapat dilipat-lipat sejajar dengan alasnya dan menjadi pembalut bentuk dasi.
4. Dasi (cravat)
• Merupakan mitella yang dilipat-lipat dari salah satu ujungnya sehingga berbentuk pita dengan kedua ujung-ujungnya lancip dan lebarnya antara 5-10 cm.
• Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi (atau bagian kepala yang lain), rahang, ketiak, lengan, siku, paha, lutut, betis, dan kaki yang terkilir.
• Cara membalut:
o Bebatkan pada tempat yg akan dibalut sampai kedua ujungnya dapat diikatkan
o Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor, dengan cara sebelum diikat arahnya
saling menarik
o Kedua ujung diikatkan secukupnya
5. Pita (pembalut gulung)
Dapat terbuat dari kain katun, kain kasa, flanel atau bahan elastis. Yang paling sering adalah kasa. Hal ini dikarenakan kasa mudah menyerap air dan darah, serta tidak mudah kendor.
Macam ukuran lebar pembalut dan penggunaannya:
1. 2,5 cm : untuk jari-jari
2. 5 cm : untuk leher dan pergelangan tangan
3. 7,5 cm : untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis dan kaki
4. 10 cm : untuk paha dan sendi pinggul
5. 10-15 cm : untuk dada, perut dan punggung.
Cara membalut anggota badan (tangan/kaki):
1. Sangga anggota badan yang cedera pada posisi tetap
2. Pastikan bahwa perban tergulung kencang
3. Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salah satu ujung yang diletakkan dari proksimal ke distal menutup sepanjang bagian tubuh, yang akan dibalut dari distal ke proksimal (terakhir ujung yang dalam tadi diikat dengan ujung yang lain secukupnya). Atau bisa dimulai dari bawah luka (distal), lalu balut lurus 2 kali.
4. Dibebatkan terus ke proksimal dengan bebatan saling menyilang dan tumpang tindih antara bebatan yang satu dengan bebatan berikutnya. Setiap balutan menutupi dua per tiga bagian sebelumnya.
5. Selesaikan dengan membuat balutan lurus, lipat ujung perban, kunci dengan peniti atau jepitan perban.
6. Plester (pembalut berperekat)
• Pembalut ini untuk merekatkan penutup luka, untuk fiksasi pada sendi yang terkilir, untuk merekatkan pada kelainan patah tulang. Cara pembidaian langsung dengan lester disebut strapping. Plester dibebatkan berlapis-lapis dari distal ke proksimal dan untuk membatasi gerakan perlu pita yang masing-masing ujungnya difiksasi lengan plester.
• Untuk menutup luka yang sederhana dapat dipakai plester yang sudah dilengkapi dengan kasa yang mengandung antiseptik (Tensoplast, Band-aid, Handyplast dsb).
Cara membalut luka terbuka dengan plester:
1. Luka diberi antiseptik
2. Tutup luka dengan kassa
3. Baru letakkan pembalut plester.
7. Kassa Steril
• Kasa steril ialah potongan-potongan pembalut kasa yang sudah disterilkan dan dibungkus sepotong demi sepotong. Pembungkus tidak boleh dibuka sebelum digunakan.
• Digunakan untuk menutup luka-luka kecil yang sudah didisinfeksi atau diobati (misalnya sudah ditutupi sofratulle), yaitu sebelum luka dibalut atau diplester.
8. Bidai
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak (immobilisasi), memberikan istirahat dan mengurangi rasa sakit. Maksud dari immobilisasi adalah:
1. Ujung-ujung dari ruas patah tulang yang tajam tersebut tidak merusak jaringan lemah,
otot-otot, pembuluh darah, maupun syaraf.
2. Tidak menimbulkan rasa nyeri yang hebat, berarti pula mencegah terjadinya syok karena
rasa nyeri yang hebat.
3. Tidak membuat luka terbuka pada bagian tulang yang patah sehingga mencegah terjadinya
infeksi tulang.
Pembidaian tidak hanya dilakukan untuk immobilisasi tulang yang patah tetapi juga untuk sendi yang baru direposisi setelah mengalami dislokasi. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor sehingga gampang mengalami dislokasi kembali, untuk itu setelah diperbaiki sebaiknya untuk sementara waktu dilakukan pembidaian.
9. Pembalut Lainnya
• Snelverband : pembalut pita yang sudah ditambah kasa penutup luka, dan steril. Baru dibuka saat akan digunakan, sering dipakai untuk menutup luka-luka lebar.
• Sofratulle : kasa steril yang sudah direndam dalam antibiotika. Digunakan untuk menutup luka-luka kecil.
Kasus kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama
A. Asma
Asma yaitu penyempitan/gangguan saluran pernafasan.
Gejala
• Sukar bicara tanpa berhenti, untuk menarik nafas
• Canned be heard the voice of the additional breath
• Otot Bantu nafas terlihat menonjol (dileher)
• Irama nafas tidak teratur
• Terjadinya perubahan warna kulit (merah/pucat/kebiruan/sianosis)
• Kesadaran menurun (gelisah/meracau)
Penanganan
1. Tenangkan korban
2. Bawa ketempat yang luas dan sejuk
3. Posisikan setengah duduk 4. Atur nafas
5. Beri oksigen (bantu) bila diperlukan
B. Lemah Jantung
Lemah jantung yaitu nyeri jantung yang disebabkan oleh sirkulasi darah kejantung terganggu atau terdapat kerusakan pada jantung.
Gejala
• Nyeri di dada
• Penderita memegangi dada sebelah kiri bawah dan sedikit membungkuk
• Kadang sampai tidak merespon terhadap suara
• Denyut nadi tak teraba / lemah
• Gangguan nafas • Mual, muntah, perasaan tidak enak di lambung
• Kepala terasa ringan
• Lemas
• Kulit berubah pucat/kebiruan
• Keringat berlebihan
Tidak semua nyeri pada dada adalah sakit jantung. Hal itu bisa terjadi karena gangguan pencernaan, stress, tegang.
Penanganan
1. Tenangkan korban
2. Istirahatkan
3. Posisi duduk
4. Buka jalan pernafasan dan atur nafas
5. Longgarkan pakaian dan barang barang yang mengikat pada badan
6. Jangan beri makan/minum terlebih dahulu
7. Jangan biarkan korban sendirian (harus ada orang lain didekatnya)
C. Mimisan
Mimisan yaitu pecahnya pembuluh darah di dalam lubang hidung karena suhu ekstrim (terlalu panas/terlalu dingin)/kelelahan/benturan.
Gejala
• Dari lubang hidung keluar darah dan terasa nyeri
. Korban sulit bernafas dengan hidung karena lubang hidung tersumbat oleh darah
• Kadang disertai pusing
Penanganan
1. Bawa korban ke tempat sejuk/nyaman
2. Tenangkan korban
3. Korban diminta menunduk sambil menekan cuping hidung
4. Diminta bernafas lewat mulut
5. Bersihkan hidung luar dari darah
6. Buka setiap 5/10 menit. Jika masih keluar ulangi tindakan Pertolongan Pertama
D. Mual-Mual
Maag/Mual yaitu gangguan lambung/saluran pencernaan.
Gejala
• Perut terasa nyeri/mual
• Berkeringat dingin
• Lemas
Penanganan
1. Istirahatkan korban dalam posisi duduk ataupun berbaring sesuai kondisi korban
2. Beri minuman hangat (teh/kopi)
3. Jangan beri makan terlalu cepat
E. Memar
Memar yaitu pendarahan yang terjadi di lapisan bawah kulit akibat dari benturan keras.
Gejala
• Warna kebiruan/merah pada kulit
• Nyeri jika di tekan
• Kadang disertai bengkak
Penanganan
1. Kompres dingin
2. Balut tekan
3. Tinggikan bagian luka
F. Keseleo
Keseleo yaitu pergeseran yang terjadi pada persendian biasanya disertai kram.
Gejala
• Bengkak dan nyeri bila ditekan
• Kebiruan/merah pada derah luka
• Sendi terkunci
• Ada perubahan bentuk pada sendi
Penanganan
1. Korban diposisikan nyaman
2. Kompres es/dingin
3. Balut tekan dengan ikatan 8 untuk mengurangi pergerakan
4. Tinggikan bagian tubuh yang luka
G. Kram
Kram yaitu otot yang mengejang/kontraksi berlebihan.
Gejala
• Nyeri pada otot
• Kadang disertai bengkak
Penanganan
1. Istirahatkan
2. Posisi nyaman
3. Relaksasi
4. Pijat berlawanan arah dengan kontraksi
H. Histeria
Histeria yaitu sikap berlebih-lebihan yang dibuat-buat (berteriak, berguling-guling) oleh korban; secara kejiwaan mencari perhatian.
Gejala
• Seolah-olah hilang kesadaran
• Sikapnya berlebihan (meraung-raung, berguling-guling di tanah)
• Tidak dapat bergerak/berjalan tanpa sebab yang jelas
Penanganan
1. Tenangkan korban
2. Pisahkan dari keramaian
3. Letakkan di tempat yang tenang
4. Awasi
I. Keracunan Makanan atau Minuman
Gejala
• Mual, muntah
• Keringat dingin
• Wajah pucat/kebiruan
Penanganan
1. Bawa ke tempat teduh dan segar
2. Korban diminta muntah
3. Diberi norit
4. Istirahatkan
5. Jangan diberi air minum sampai kondisinya lebih baik
Evakuasi Korban
Evakuasi korban adalah salah satu tahapan dalam Pertolongan Pertama yaitu untuk memindahkan korban ke lingkungan yng aman dan nyaman untuk mendapatkan pertolongan medis lebih lanjut.
Prinsip Evakuasi
1. Dilakukan jika mutlak perlu
2. Menggunakan teknik yang baik dan benar
3. Penolong harus memiliki kondisi fisik yang prima dan terlatih serta memiliki
semangat untuk menyelamatkan korban dari bahaya yang lebih besar atau
bahkan kematian
Alat Pengangkutan
Dalam melaksanakan proses evakusi korban ada beberapa cara atau alat bantu, namun hal tersebut sangat tergantung pada kondisi yang dihadapi (medan, kondisi korban ketersediaan alat). Ada dua macam alat pengangkutan, yaitu:
1. Manusia
Manusia sebagai pengangkutnya langsung. Peranan dan jumlah pengangkut mempengaruhi cara angkut yang dilaksanakan.
Bila satu orang maka penderita dapat:
• Dipondong : untuk korban ringan dan anak-anak
• Digendong : untuk korban sadar dan tidak terlalu berat serta tidak patah tulang
• Dipapah : untuk korban tanpa luka di bahu atas,
Bila dua orang maka penderita dapat:
Maka pengangkutnya tergantung cidera penderita tersebut dan diterapkan bila korban tak perlu diangkut berbaring dan tidak boleh untuk mengangkut korban patah tulang leher atau tulang punggung.
• Dipondong : tangan lepas dan tangan berpegangan
• Model membawa balok
• Model membawa kereta
2. Alat bantu
• Tandu permanen
• Tandu darurat
• Kain keras / ponco / jaket lengan panjang
• Tali / webbing
Persiapan :
Yang perlu diperhatikan:
1. Kondisi korban memungkinkan untuk dipindah atau tidak berdasarkanpenilaian kondisi dari: keadaan respirasi, pendarahan, luka, patah tulang dan angguan persendian
2. Menyiapkan personil untuk pengawasan pasien selama proses evakuasi
3. Menentukan lintasan evakusi serta tahu arah dan tempat akhir korban diangkut
4. Memilih alat
5. Selama pengangkutan jangan ada bagian tuhuh yang berjuntai atau badan penderita yang tidak daolam posisi benar.
Kasus kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama
Gigitan Binatang
Gigitan binatang gigitan binatang dan sengatan, biasanya merupakan alat dari binatang tersebut untuk mempertahankan diri dari lingkungan atau sesuatu yang mengancam keselamatan jiwanya. Gigitan binatang terbagi menjadi dua jenis; yang berbisa (beracun) dan yang tidak memiliki bisa. Pada umumnya resiko infeksi pada gigitan binatang lebih besar daripada luka biasa.
Pertolongan Pertamanya adalah:
• Cucilah bagian yang tergigit dengan air hangat dengan sedikit antiseptik
• Bila pendarahan, segera dirawat dan kemudian dibalut
Ada beberapa jenis binatang yang sering menimbulkan ganguan saat melakukan kegiatan di alam terbuka, diantaranya:
Gigitan Ular
Tidak semua ular berbisa, akan tetapi hidup penderita/korban tergantung pada ketepatan diagnosa, maka pad keadaan yang meragukan ambillah sikap menganggap ular tersebut berbisa. Sifat bisa/racun ular terbagi menjadi 3, yaitu:
1. Hematotoksin (keracunan dalam)
2. Neurotoksin (bisa/racun menyerang sistem saraf)
3. Histaminik (bisa menyebabkan alergi pada korban)
Nyeri yang sangat dan pembengkakan dapat timbul pada gigitan, penderita dapat pingsan, sukar bernafas dan mungkin disertai muntah. Sikap penolong yaitu menenangkan penderita adalah sangat penting karena rata-rata penderita biasanya takut mati.
Penanganan untuk Pertolongan Pertama :
• Telentangkan atau baringkan penderita dengan bagian yang tergigit lebih rendah dari jantung.
• Tenangkan penderita, agar penjalaran bisa ular tidak semakin cepat
• Cegah penyebaran bias penderita dari daerah gigitan
o Torniquet di bagian proximal daerah gigitan pembengkakan untuk membendung sebagian aliran limfa dan vena, tetapi tidak menghalangi aliran arteri. Torniquet/ toniket dikendorkan setiap 15 menit selama + 30 detik
o Letakkan daerah gigitan dari tubuh
o Berikan kompres es
o Usahakan penderita setenang mungkin bila perlu diberikan petidine 50 mg/im untuk menghilangkan rasa nyeri
• Perawatan luka
o Hindari kontak luka dengan larutan asam Kmn 04, yodium atau benda panas
o Zat anestetik disuntikkan sekitar luka jangan kedalam lukanya, bila perlu pengeluaran ini dibantu dengan pengisapan melalui breastpump sprit atau dengan isapan mulut sebab bisa ular tidak berbahaya bila ditelan (selama tidak ada luka di mulut).
• Bila memungkinkan, berikan suntikan anti bisa (antifenin)
• Perbaikan sirkulasi darah
o Kopi pahit pekat
o Kafein nabenzoat 0,5 gr im/iv
o Bila perlu diberikan pula vasakonstriktor
• Obat-obatan lain
o Toksoid tetanus 1 ml
o Antibiotic
Gigitan Lipan
Ciri-ciri
1. Ada sepasang luka bekas gigitan
2. Sekitar luka bengkak, rasa terbakar, pegal dan sakit biasanya hilang dengan sendirinya setelah 4-5 jam
Penanganan
1. Kompres dengan yang dingin dan cuci dengan obat antiseptik
2. Beri obat pelawan rasa sakit, bila gelisah bawa ke paramedik
Gigitan Lintah dan Pacet
Ciri-ciri
Pembengkakan, gatal dan kemerah-merahan (lintah)
Penanganan
1. Lepaskan lintah/pacet dengan bantuan air tembakau/air garam
2. Bila ada tanda-tanda reaksi kepekaan, gosok dengan obat atau salep anti gatal
Sengatan Lebah/Tawon dan Hewan Penyengat lainnya
Biasanya sengatan ini kurang berbahaya walaupun bengkak, memerah, dan gatal. Namun beberapa sengatan pada waktu yang sama dapat memasukkan racun dalam tubuh korban yang sangat menyakiti.
Perhatian :
Dalam hal sengatan lebah, pertama cabutlah sengat-sengat itu tapi jangan menggunakan kuku atau pinset, Anda justru akan lebih banyak memasukkan racun kedalam tubuh. Cobalah mengorek sengat itu dengan mata pisau bersih atau dengan mendorongnya ke arah samping. Balutlah bagian yang tersengat dan basahi dengan larutan garam inggris.
Kasus kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama
Patah Tulang
Patah tulang dapat terjadi akibat adanya cidera berat pada bagian tubuh sehingga tulang menjadi terbelah dan menimbulkan rasa sakit. Jika kita menemukan orang yang tulangnya patah sebaiknya kita harus berhati-hati jika ingin menolongnya karena jika salah maka cideranya akan bertambah parah.
Orang yang patah tulang sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit, puskesmas, klinik, dokter, ahli patah tulang atau pusat kesehatan lainnya agar dapat segera diberi perawatan yang intensif agar tulang yang patah bisa berangsur-angsur pulih kembali.
Gejala
• Adanya tanda ruda paksa pada bagian tubuh yang diduga terjadi patah tulang: pembengkakan, memar, rasa nyeri.
• Nyeri sumbu: apabila diberi tekanan yang arahnya sejajar dengan tulang yang patah akan memberikan nyeri yang hebat pada penderita.
• Deformitas: apabila dibandingkan dengan bagian tulang yang sehat terlihat tidak sama bentuk dan panjangnya.
• Bagian tulang yang patah tidak dapat berfungsi dengan baik atau sama sekali tidak dapat digunakan lagi.
• Perubahan bentuk
• Nyeri bila ditekan dan kaku
• Bengkak
• Terdengar/terasa (korban) derikan tulang yang retak/patah
• Ada memar (jika tertutup)
• Terjadi pendarahan (jika terbuka)
Beberapa Jenis/Macam Patah Tulang dan langkah – langkah penanganannya :
1. Patah Tulang Tertutup
Patah tulang tertutup adalah kasus patah tulang di mana patahan tulangnya tidak melukai/merobek daging dan kulit yang ada di dekatnya. Patah tulang ini bisa menjadi terbuka jika patahan tulangnya semakin parah dan menusuk daging / kulit hingga menimbulkan luka berdarah.
Langkah – langkah penanganan:
• Tidurkan korban patah tulang dan jangan banyak bergerak yang tidak perlu.
• Pasang penyangga tulang yang patah agar patahan tulangnya tidak semakin patah baik dengan menggunakan spalk / bidai, tongkat, kayu, sapu ijuk, tiang antena, dll yang ringan dan kuat diikat atau dibalut kuat tetapi tidak membuat ikatan atau balutan di bagian yang patah.
2. Patah Tulang Terbuka
Patah tulang terbuka adalah kasus patah tulang di mana patahan tulangnya membuat daging dan kulit yang ada di sekitar patahan tulang menjadi sobek terluka. Patah tulang ini harus benar-benar diwaspadai karena selain mudah infeksi karena luka menganga juga kita bisa tertular penyakit orang yang berdarah tersebut bila tidak berhati-hati.
Langkah – langkah penanganan:
• Tidurkan korban patah tulang dan jangan banyak bergerak yang tidak perlu.
• Jika darah masih mengalir hentikan pendarahan dengan menekan dan mengikat bagian yang terluka dengan kain bersih.
• Pasang penyangga tulang yang patah agar patahan tulangnya tidak semakin patah baik dengan menggunakan spalk / bidai, tongkat, kayu, sapu ijuk, tiang antena, dll yang ringan dan kuat diikat atau dibalut kuat tetapi tidak membuat ikatan atau balutan di bagian yang patah atau terluka.
3. Patah Tulang Belakang / Spinal
Pada kondisi patah tulang punggung atau tulang belakang si penderita akan merasa sakit pada bagian belakang atau bagian leher. Jika demikian maka jangan menimbulkan banyak gerakan pada korban agar tidak merusak sumsum tulang belakang yang bisa mengakibatkan lumpuh permanen. Sebaiknya tunggu ambulan atau petugas medis yang berpengalaman untuk mengurus korban lebih lanjut.
Langkah – langkah penanganan:
• Jangan membuat pasien banyak bergerak baik berpindah tempat, mengangkat kepala, berdiri, duduk, dsb. Jika tidak mendesak jangan korban patah tulang belakang jangan dipindahkan dari tempat semula dan jaga posisi agar tetap dengan kepala lurus ke atas.
• Hangatkan badan penderita patah tulang punggung dengan selimut.
• Gunakan pengangkut dengan alas yang kuat dan keras seperti papan, meja, dll diangkut minimal dua orang agar stabil.
Prosedur Pembalutan :
Perhatikan tempat atau letak bagian tubuh yang akan dibalut dengan menjawab pertanyaan ini:
• Bagian dari tubuh yang mana? (untuk menentukan macam pembalut yang digunakan dan ukuran pembalut bila menggunakan pita)
• Luka terbuka atau tidak? (untuk perawatan luka dan menghentikan perdarahan)
• Bagaimana luas luka? (untuk menentukan macam pembalut)
• Perlu dibatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak? (untuk menentukan perlu dibidai/tidak?)
Pilih jenis pembalut yang akan digunakan. Dapat satu atau kombinasi.
Sebelum dibalut, jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan pembalut yang mengandung desinfektan. Jika terjadi disposisi/dislokasi perlu direposisi. Urut-urutan tindakan desinfeksi luka terbuka:
• Letakkan sepotong kasa steril di tengah luka (tidak usah ditekan) untuk melindungi luka selama didesinfeksi.
• Kulit sekitar luka dibasuh dengan air, disabun dan dicuci dengan zat antiseptik.
• Kasa penutup luka diambil kembali. Luka disiram dengan air steril untuk membasuh bekuan darah dan kotoran yang terdapat di dalamnya.
• Dengan menggunakan pinset steril (dibakar atau direbus lebih dahulu) kotoran yang tidak hanyut ketika disiram dibersihkan.
• Tutup lukanya dengan sehelai sofratulle atau kasa steril biasa. Kemudian di atasnya dilapisi dengan kasa yang agak tebal dan lembut.
• Kemudian berikan balutan yang menekan.
Apabila terjadi pendarahan, tindakan penghentian pendarahan dapat dilakukan dengan cara:
• Pembalut tekan, dipertahankan sampai pendarahan berhenti atau sampai pertolongan yang lebih mantap dapat diberikan.
• Penekanan dengan jari tangan di pangkal arteri yang terluka. Penekanan paling lama 15 menit.
• Pengikatan dengan tourniquet.
o Digunakan bila pendarahan sangat sulit dihentikan dengan cara biasa.
o Lokasi pemasangan: lima jari di bawah ketiak (untuk pendarahan di lengan) dan lima jari di bawah lipat paha (untuk pendarahan di kaki)
o Cara: lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki, sebelumnya dialasi dengan kain atau kasa untuk mencegah lecet di kulit yang terkena torniket. Untuk torniket kain, perlu dikencangkan dengan sepotong kayu. Tanda torniket sudah kencang ialah menghilangnya denyut nadi di distal dan kulit menjadi pucat kekuningan.
o Setiap 10 menit torniket dikendorkan selama 30 detik, sementara luka ditekan dengan kasa steril.
• Elevasi bagian yang terluka
Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan:
• Dapat membatasi pergeseran/gerak bagian tubuh yang memang perlu difiksasi
• Sesedikit mungkin membatasi gerak bgaian tubuh yang lain
• Usahakan posisi balutan paling nyaman untuk kegiatan pokok penderita.
• Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya balutan berlapis, yang paling bawah letaknya di sebelah distal.
• Tidak mudah kendor atau lepas
Prinsip dan Prosedur Pembidaian :
Prinsip
• Lakukan pembidaian di mana anggota badan mengalami cedera (korban jangan dipindahkan sebelum dibidai). Korban dengan dugaan fraktur lebih aman dipindahkan ke tandu medis darurat setelah dilakukan tindakan perawatan luka, pembalutan dan pembidaian.
• Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus selalu dipikirkan setiap terjadi kecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila ada keraguan, perlakukan sebagai fraktur.
• Melewati minimal dua sendi yang berbatasan.
Prosedur Pembidaian
• Siapkan alat-alat selengkapnya
• Apabila penderita mengalami fraktur terbuka, hentikan perdarahan dan rawat lukanya dengan cara menutup dengan kasa steril dan membalutnya.
• Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang, diukur dahulu pada sendi yang sehat.
• Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan. Memakai bantalan di antara bagian yang patah agar tidak terjadi kerusakan jaringan kulit, pembuluh darah, atau penekanan syaraf, terutama pada bagian tubuh yang ada tonjolan tulang.
• Mengikat bidai dengan pengikat kain (dapat kain, baju, kopel, dan sebagainya) dimulai dari sebelah atas dan bawah fraktur. Tiap ikatan tidak boleh menyilang tepat di atas bagian fraktur. Simpul ikatan jatuh pada permukaan bidainya, tidak pada permukaan anggota tubuh yang dibidai.
• Ikatan jangan terlalu keras atau kendor. Ikatan harus cukup jumlahnya agar secara keseluruhan bagian tubuh yang patah tidak bergerak.
• Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai.
• Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas.
Kasus kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama
Luka
Luka yaitu suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan secara tiba-tiba karena kekerasan atau injury.
Gejala
• Terbukanya kulit
• Pendarahan
• Rasa nyeri
Penanganan
1. Bersihkan luka dengan antiseptic (alcohol atau boorwater)
2. Tutup luka dengan kasa steril / plester
3. Balut tekan (jika pendarahannya besar)
4. Jika hanya lecet, biarkan terbuka untuk proses pengeringan luka
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menangani luka:
1. Ketika memeriksa luka: adakah benda asing, bila ada:
• Keluarkan tanpa menyinggung luka
• Kasa/balut steril (jangan dengan kapas atau kain berbulu)
• Evakuasi korban ke pusat kesehatan
2. Bekuan darah: bila sudah ada bekuan darah pada suatu luka ini berarti luka mulai menutup. Bekuan tidak boleh dibuang, jika luka akan berdarah lagi.
Luka dan Pencegahan terhadap kemungkinan Tetanus:
Luka Bakar
Luka Bakar yaitu luka yang terjadi akibat sentuhan tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api, air panas, listrik, atau zat-zat yang bersifat membakar)
Tujuan pertolongan pertama pada korban luka bakar adalah :
• Untuk mengurangi rasa sakit
• Mencegah terjadinya infeksi
• Mencegah dan mengatasi peristiwa shyok yang mungkin dialami korban
Tingkatan Luka Bakar :
Luka Bakar Tingkat I
Luka bakar tingkat satu adalah luka bakar dengan tingkat kerusakan jaringan hanya di bagian luar lapisan kulit, misalnya, kulit terkena sengatan sinar matahari, kontak langsung dengan objek panas seperti air panas atau uap panas.
Gejala :
- kemerahan pada bagian yang terbakar
- bengkak ringan
- nyeri
- kulit tidak terkoyak karena melepuh
Penanganan:
1. Siram dengan air mengalir bagian luka yang terbakar atau kompres dengan air dingin
Pakailah handuk kecil atau sapu tangan yang dicelup air dingin).
2. Lakukan sampai rasa sakit menghilang.
3. Tutup luka bakar dengan kain perban steril untuk mencegah infeksi.
4. Jangan memberi mentega atau minyak pada luka bakar
5. Jangan memberikan obat – obatan lain atau ramuan tanpa persetujuan dokter.
Luka Bakar Tingkat II
Luka bakar tingkat dua adalah luka yang disebabkan oleh kerusakan lapisan bawah kulit misalnya, sengatan matahari yang berlebihan, cairan panas, dan percikan api dari bensin atau substansi lain.
Gejala:
- kemerahan atau bintikn-bntik hitam bergaris
- melepuh
- bengkak yang tidak hilang selama beberapa hari
- kulit terlihat lembab atau becek
Penanganan
1. Siram dengan air dingin / air es bagian luka yang terbakar atau kompres handuk kecil
atau sapu tangan yang dicelup air dingin.
2. Keringkan luka dengan handuk bersih atau bahan lain yang lembut
3. Tutup dengan perban steril untuk menghindari infeksi
4. Angkat bagian tangan ataua kaki yang terluka lebih tinggi dari organ jantung
5. Segera cari pertolongan medis jika korban mengalami luka bakar di sekitar bibir atau
kesulitan bernapas.
Luka Bakar Tingkat III
Luka bakar yang menghancurkan semua lapisan kulit dikategorikan sebagai luka bakar tingkat III misalnya kontak terlalu lama dengan sumber panas dan sengatan listrik
Gejala :
- daerah luka tampak berwarna putih
- kulit hancur
- sedikit nyeri karena ujung saraf telah rusak
Penanganan
1. Jika korban masih dalam keadaan terbakar, padamkan api dengan menggunakan selimut,
karpet, jaket dan bahan lain.
2. Kesulitan bernapas dapat terjadi pada korban khususnya bila luka terdapat pada wajah,
leher dan di sekitar mulut karena korban menghirup asap yang menyertai pembakaran.
Lakukan pemeriksaan untuk memastikan korban bernapas.
3. Tempelkan kain basah atau air ingin, tetapi jangan menggunakan air es untuk luka di bagian
wajah, tangan dan kaki. Tujuannya untuk menurunkan suhu daerah luka
4. Tutup luka bakar dengan perban steril dan tebal, kain bersih, sarung bantal, atau bahan lain
yang anda temukan. Tetapi jangan bahan yang mudah rontok seperti kapas / kapuk.
5. Segera telepon ambulan, penting bagi korban untuk mendapatkan perawatan meski lukanya
tidak terlalu besar.
Bagaimanakah Tata Cara dalam Pertolongan Pertama
Secara umum urutan Pertolongan Pertama pada korban kecelakaan adalah sebagai berikut :
Jangan Panik
Berlakulah cekatan tetapi tetap tenang. Apabila kecelakaan bersifat massal, korban-korban yang mendapat luka ringan dapat dikerahkan untuk membantu dan pertolongan diutamakan diberikan kepada korban yang menderita luka yang paling parah tapi masih mungkin untuk ditolong.
Lakukan Penilaian terhadap penderita yang meliputi :
a) Penilaian keadaan
Penilaian keadaan dilakukan untuk memastikan situasi yang dihadapi dalam suatu upaya pertolongan. Sebagai penolong kita harus memastikan apa yang sebenarnya kita hadapai, apakah ada bahaya susulan atau hal yang dapat membahayakan seorang penolong. Ingatlah selalu bahwa seorang atau lebih sudah menjadi korban, jangan ditambah lagi dengan penolong yang menjadi korban. Keselamatan penolong adalah nomor satu. Saat tiba di lokasi kejadian,sudah dapat dipastikan bahwa keadaan aman maka tindakan selanjutnya adalah :
1. Memastikan keselamatan penolong, penderita, dan orang-orang di sekitar lokasi kejadian.
2. Penolong harus memperkenalkan diri, bila memungkinkan:
• Nama Penolong
• Nama Organisasi
• Permintaan izin untuk menolong dari penderita / orang
3. Menentukan keadaan umum kejadian (mekanisme cedera) dan mulai melakukan penilaian dini dari penderita.
4. Mengenali dan mengatasi gangguan / cedera yang mengancam nyawa.
5. Stabilkan penderita dan teruskan pemantauan.
6. Minta bantuan.
b) Penilaian Dini
• Kesan umum
Seiring mendekati penderita, penolong harus mementukan apakah situasi penderita tergolong kasus trauma atau kasus medis.
jika termasuk kasus trauma maka mempunyai tanda – tanda yang jelas terlihat atau teraba misalnya luka bakar, patah tulang, dll
Jika termasuk kasus medis maka tanpa tanda – tanda yang terlihat atau teraba misalnya sesak napas, pingsan,dll
• Periksa Respon
Cara sederhana untuk mendapatkan gambaran gangguan yang berkaitan dengan otak penderita. Terdapat 4 tingkat Respons penderita yaitu:
A = Awas
Penderita sadar dan mengenali keberadaan dan lingkungannya.
S = Suara
Penderita hanya menjawab/bereaksi bila dipanggil atau mendengar suara.
N = Nyeri
Penderita hanya bereaksi terhadap rangsang nyeri yang diberikan oleh penolong, misalnya dicubit, tekanan pada tulang dada.
T=Tidak respon
Penderita tidak bereaksi terhadap rangsang apapun yang diberikan oleh penolong. Tidak membuka mata, tidak bereaksi terhadap suara atau sama sekali.
Memastikan jalan napas terbuka dengan baik (Airway).
Jalan napas merupakan pintu gerbang masuknya oksigen ke dalam tubuh manusia. Apapaun usaha yang dilakukan, namun bila jalan napas tertutup semuanya akan gagal.
Pasien dengan respon
Cara sederhana untuk menilai adalah dengan memperhatikan peserta saat berbicara. Adanya gangguan jalan napas biasanya akan berakibat pada gangguan bicara.
Pasien yang tidak respon
Pada penderita yang tidak respon, penolonglah yang harus mengambil inisiatif untuk membuka jalan napas. Cara membuka jalan napas yang dianjurkan adalah angkat dagu tekan dahi. Pastikan juga mulut korban bersih, tidak ada sisa makanan atau benda lain yang mungkin menyumbat saluran napas
Pemeriksaan Fisik
Amati dan raba (menggunakan kedua tangan dan dengan tekanan), bandingkan (simetry), cium bau yang tidak biasa dan dengarkan (suara napas atau derit ), dalam urutan berikut:
1. Kepala
• Kulit Kepala dan Tengkorak
• Telinga dan Hidung
• Pupil Mata
• Mulut
2. Leher
3. Dada
• Periksa perubahan bentuk, luka terbuka, atau perubahan kekerasan
• Rasakan perubahan bentuk tulang rusuk sampai ke tulang belakan
• Lakukan perabaan pada tulang
4. Abdomen
• Periksa rigiditas (kekerasan)
• Periksa potensial luka dan infeksi
• Mungkin terjadi cedera tidak terlihat, lakukan perabaan
• Periksa adanya pembengkakan
5. Punggung
• Periksa perubahan bentuk pada tulang rusuk
• Periksa perubahan bentuk sepanjang tulang belakang
6. Pelvis
7. Alat gerak atas
8. Alat gerak bawah
Pemeriksaan tanda vital
1. Frekuensi nadi, termasuk kualitas denyutnya, kuat atau lemah, teratur atau tidak
2. Frekuensi napas, juga apakah proses bernapas terjadi secara mudah, atau ada usaha bernapas, adakah tanda-tanda sesak napas.
3. Tekanan darah, tidak dilakukan pemeriksaan oleh KSR dasar
4. Suhu, diperiksa suhu relatif pada dahi penderita. Periksa juga kondisi kulit: kering, berkeringat, kemerahan, perubahan warna dan lainnya.
Denyut Nadi Normal :
• Bayi : 120 - 150 x /menit
• Anak : 80 - 150 x /menit
• Dewasa : 60 - 90 x /menit
Frekuensi Pernapasan Normal :
• Bayi : 25 - 50 x /menit
• Anak : 15 - 30 x /menit
• Dewasa : 12 - 20 x /menit
Riwayat Penderita
Selain melakukan pemeriksaan, jika memungkinkan dilakukan wawancara untuk mendapatkan data tambahan. Wawancara sangat penting jika menemukan korban dengan penyakit.
Mengingat wawancara yang dilakukan dapat berkembang sangat luas, untuk membantu digunakan akronim : KOMPAK
K = Keluhan Utama (gejala dan tanda)
sesuatu yang sangat dikeluhkan penderita
O = Obat-obatan yang diminum.
Pengobatan yang sedang dijalani penderita atau obat yang baru saja diminum atau obat yang seharusnya diminum namun ternyata belum diminum.
M = Makanan/minuman terakhir
Peristiwa ini mungkin menjadi dasar terjadinya kehilangan respon pada penderita. Selain itu data ini juga penting untuk diketahui bila ternyata penderita harus menjalani pembedahan kemudian di rumah sakit.
P = Penyakit yang diderita
Riwayat penyakit yang diderita atau pernah diderita yang mungkin berhubungan dengan keadaan yang dialami penderita pada saat ini, misalnya keluhan sesak napas dengan riwayat gangguan jantung 3 tahun yang lalu.
A = Alergi yang dialami.
Perlu dicari apakah penyebab kelainan pada pasien ini mungkin merupakan suatu bentuk alergi, biasanya penderita atau keluarganya sudah mengetahuinya
K = Kejadian.
Kejadian yang dialami korban, sebelum kecelakaan atau sebelum timbulnya gejala dan tanda penyakit yang diderita saat ini.
Pemeriksaan Berkala / lanjut
Setelah selesai melakukan pemeriksaan dan tindakan, selanjutnya lakukan pemeriksaan berkala, sesuai dengan berat ringannya kasus yang kita hadapi.
Pada kasus yang dianggap berat, pemeriksaan berkala dilakukan setiap 5 menit, sedangkan pada kasus yang ringan dapat dilakukan setiap 15 menit sekali.
Beberapa hal yang dapat dilakukan pada pemeriksaan berkala adalah :
1. Keadaan respon
2. Nilai kembali jalan napas dan perbaiki bila perlu
3. Nilai kembali pernapasan, frekuensi dan kualitasnya
4. Periksa kembali nadi penderita dan bila perlu lakukan secara rinci bila waktu memang tersedia.
5. Nilai kembali keadaan kulit : suhu, kelembaban dan kondisinya Periksa kembali dari ujung kepala sampai ujung kaki, mungkin ada bagian yang terlewat atau membutuhkan pemeriksaan yang lebih teliti.
6. Periksa kembali secara seksama mungkin ada bagian yang belum diperiksa atau sengaja dilewati karena melakukan pemeriksaan terarah.
7. Nilai kembali penatalaksanaan penderita, apakah sudah baik atau masih perlu ada tindakan lainnya. Periksa kembali semua pembalutan, pembidaian apakah masih cukup kuat, apakah perdarahan sudah dapat di atasi, ada bagian yang belum terawat.
8. Pertahankan komunikasi dengan penderita untuk menjaga rasa aman dan nyaman
Pelaporan
Biasakanlah untuk membuat laporan secara tertulis. Laporan ini berguna sebagai catatan anda, PMI dan bukti medis.
Hal-hal yang sebaiknya dilaporkan adalah :
• Umur dan jenis kelamin penderita
• Keluhan Utama
• Tingkat respon
• Keadaan jalan napas
• Pernapasan
• Sirkulasi
• Pemeriksaan Fisik yang penting
• KOMPAK yang penting
• Penatalaksanaan
Kasus kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama
Pingsan
Pingsan adalah suatu keadaan tidak sadarkan diri seperti orang tidur pada seseorang akibat sakit, kecelakaan, kekurangan oksigen, kekurangan darah, keracunan, terkejut/kaget, lapar/haus, kondisi fisik lemah, dan lain sebagainya. Pingsan (Syncope/collapse) yaitu hilangnya kesadaran sementara karena otak kekurangan O2, kecelakaan, lapar, terlalu banyak mengeluarkan tenaga, terkejut / kaget, dehidrasi (kekurangan cairan tubuh), anemia, dan lain-lain
Gejala umum :
• Perasaan limbung
• Pandangan berkunang-kunang
• Telinga berdenging
• Nafas tidak teratur
• Muka pucat
• Biji mata melebar • Lemas
• Keringat dingin
• Menguap berlebihan
• Tak respon (beberapa menit)
• Denyut nadi lambat
Penanganan
• Baringkan korban dalam posisi terlentang
• Tinggikan tungkai melebihi tinggi jantung
• Longgarkan pakaian yang mengikat dan hilangkan barang yang menghambat pernafasan
• Beri udara segar
• Periksa kemungkinan cedera lain
• Selimuti korban
• Korban diistirahatkan beberapa saat
• Untuk mengembalikan kesadaran orang yang mengalami kepingsanan dapat menggunakan bau-bauan yang menyengat dan merangsang seperti minyak wangi, minyak nyong-nyong, anomiak, durian dan lain-lain.
• Jika wajah orang pingsan itu pucat pasi maka sebaiknya buat badannya lebih tinggi dari kepala dengan disanggah sesuatu agar darah dapat mengalir ke kepala korban pingsan tersebut.
• Jika muka orang yang pingsan itu merah maka sanggah kepalanya dengan bantal atau sesuatu agar darah di kepalanya bisa mengalir ke tubuhnya secara normal.
• Apabila si korban pingsan tadi muntah, maka sebaiknya miringkan kepalanya agar untah orang itu bisa keluar dengan mudah sehingga jalur penapasan orang itu bisa lancar kembali.
• Jika orang yang pingsan sudah siuman maka bisa diberi minum seperti kopi atau teh hangat. Jika orangnya diabetes jangan diberi gula dan jika orangnya masih belum kuat memegang gelas atau minum sendiri dengan tangannya harap jangan diberi dulu agar tidak tersedak.
• Apabila tidak sadar-sadar dan berangsur-angsur membaik / pulih maka sebaiknya hubungi ambulan atau dibawa ke pusat kesehatan terdekat seperti puskesmas, klinik, dokter, rumahsakit, dsb agar mendapatkan perawatan yang lebih baik.
• Perhatikan orang lain di sekitar korban, jangan sampai harta benda milik orang yang jatuh pingsan tersebut raib digondol maling / copet yang senang beraksi dikala orang lain sengsara. Perhatikan pula ornag lain yang membantu atau menonton korban, jangan sampai mereka kecopetan saat serius membantu korban atau asyik melihat kejadian.
Bagaimanakah Teknik Pertolongan Pertama dalam Kondisi Gawat Darurat
RESUSITASI JANTUNG - PARU
RJP adalah teknik dasar pertolongan pertama yang digunakan pada korban yang tidak bernapas dan kuat dugaan jantungnya berhenti berdenyut . RJP bertujuan untuk merangsang organ jantung dan paru – paru korban berfungsi kembali memompa darah dan mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh. Oleh karena itu diperlukan prosedur RJP yang dikenal dengan tindakan ABC meliputi :
Airway Controlling ( membuka Jalan udara / napas )
Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
• Membaringkan korban telentang di lantai atau di tanah.
• Membersihkan mulut dan jalan udara dari kemungkinan adanya benda – benda asing menggunakan jari penolong.
• Jika tidak ada dugaan terjadi cedera leher, dongakkan kepala korban untuk membuka jalan udara. Dengan cara menempelkan telapak tangan penolong di kening korban dan jari tangan lainnya mengangkat dagu korban yang bertujuan agar lidah korban tertarik dari pangkal tenggorokan.
Breathing Support (bantuan pernapasan / napas buatan )
Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
• Pastikan kepala korban dalam posisi mendongak
• Dengan meletakkan telapak tangan pada dahi, pencetlah hidung korban dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk kemudian ambil napas dalam – dalam. Tempelkan mulut Anda pada mulut korban yang terbuka, tiup dengan cepat 2 kali napas penuh. Lepaskan mulut Anda setiap setelah menghembuskan napas dan ambil napas panjang lagi dan tiup lagi.
• Setelah Anda mengembuskan udara ke dalam mulut dan hidung, dekatkan telinga Anda ke hidung korban untuk mendengarkan hembusan napasnya (LDR)
• Lanjutkan pemberian udara kepada korban melalui mulut,hidung atau keduanya sekitar 12 kali hembusan permenit (1 hembusan per 5 detik) untuk korban dewasa, 15 kali hembusan permenit (1 hembusan tiap 4 detik) untuk korban anak-anak, 20 kali hembusan permenit (1 hembusan tiap 3 detik ) untuk bayi.
• Kemudian perhatikan dada korban apakah ada gerakan naik dan turun pertanda dia bernapas, jika dada sudah mulai mengembang hentikan tiupan
Circulatoring Support (Memulihkan sirkulasi darah)
Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
• Letakkan bagian dalam salah satu tangan anda di atas bagian tengah dada pasien. Taruhlah tangan lainnya di atas tangan yang pertama. Jaga siku anda lurus dan posisi bahu anda tepat di atas tangan anda
• Gunakan berat badan bagian atas (tidak hanya lengan anda) ketika anda mendorong ke bawah (menekan) dada 4 –5,5 cm. Dorong kuat dan cepat-berikan dua tekanan tiap detik atau sekitar 100 tekanan tiap menit
• Setelah 15 tekanan, miringkan kepala ke belakang-angkat dagu
• untuk membuka jalan udara. Bersiaplah untuk memberikan 2 pernapasan penyelamat. Jepit ujung hidung dan berikan napas ke mulut pasien selama 1 detik. Jika dada naik berikan napas kedua. Jika tidak naik, ulangi memiringkan kepala ke belakang-mengangkat dagu dan berikan napas kedua. Itu satu siklus. Jika ada orang lain selain anda, minta orang tersebut berikan dua napas setelah anda melakukan 15 tekanan.
Seperti Apakah Anatomi dan Fisiologi Manusia secara Umum
Anatomi adalah ilmu yang mempelajari susunan tubuh dan bentuk tubuh
Fisiologi (faal tubuh) adalah Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) bagian dari alat atau jaringan tubuh.
Posisi Anatomis
Tubuh manusia diproyeksikan menjadi suatu posisi yang dikenal sebagai posisi anatomis, yaitu berdiri tegak, ke dua lengan di samping tubuh, telapak tangan menghadap ke depan. Kanan dan kiri mengacu pada kanan dan kiri penderita.
Bidang Anatomis
Dalam posisi seperti ini tubuh manusia dibagi menjadi beberapa bagian oleh 3 buah bidang khayal:
• Bidang Medial; yang membagi tubuh menjadi kiri dan kanan
• Bidang Frontal; yang membagi tubuh menjadi depan (anterior) dan bawah (posterior)
• Bidang Transversal; yang membagi tubuh menjadi atas (superior) dan bawah (inferior)
Pembagian tubuh manusia
Tubuh manusia dikelilingi oleh kulit dan diperkuat oleh rangka. Secara garis besar, tubuh manusia dibagi menjadi :
• Kepala : Tengkorak, wajah, dan rahang bawah
• Leher
• Batang tubuh : Dada, perut, punggung, dan panggul
• Anggota gerak atas :
Sendi bahu, lengan atas, lengan bawah, siku, pergelangan tangan, tangan.
• Anggota gerak bawah :
Sendi panggul, tungkai atas, lutut, tungkai bawah, pergelangan kaki, kaki.
Selain pembagian tubuh maka juga perlu dikenali 5 buah rongga yang terdapat di dalam tubuh yaitu :
• Rongga tengkorak : Berisi otak dan bagian-bagiannya
• Rongga tulang belakang : Berisi bumbung saraf atau “spinal cord”
• Rongga dada : Berisi jantung dan paru
• Rongga panggul : Berisi kandung kemih, sebagian usus besar, dan organ reproduksi dalam
• Rongga perut (abdomen)
Berisi berbagai berbagai organ pencernaan Untuk mempermudah perut manusia dibagi menjadi 4 bagian yang dikenal sebagai kwadran sebagai berikut:
i. Kwadran kanan atas (hati, kandung empedu, pankreas dan usus)
ii. Kwadran kiri atas (organ lambung, limpa dan usus)
iii. Kwadran kanan bawah (terutama organ usus termasuk usus buntu)
iv. Kwadran kiri bawah (terutama usus).
Sistem dalam tubuh manusia
Agar dapat hidup tubuh manusia memiliki beberapa sistem:
1. Sistem Rangka (kerangka/skeleton)
a. Menopang bagian tubuh
b. Melindungi organ tubuh
c. Tempat melekat otot dan pergerakan tubuh
d. Memberi bentuk bangunan tubuh
2. Sistem Otot (muskularis)
Memungkinkan tubuh dapat bergerak
3. Sistem pernapasan (respirasi)
Pernapasan bertanggung jawab untuk memasukkan oskigen dari udara bebas kedalam darah dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh.
4. Sistem peredaran darah (sirkulasi)
Sistem ini berfungsi untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh.
5. Sistem saraf (nervus)
Mengatur hampir semua fungsi tubuh manusia. Mulai dari yang disadari sampai yang tidak disadari
6. Sistem pencernaan (digestif)
Berfungsi untuk mencernakan makanan yang masuk dalam tubuh sehingga siap masuk ke dalam darah dan siap untuk dipakai oleh tubuh
7. Sistem Klenjar Buntu (endokrin)
8. Sistem Kemih (urinarius)
9. Kulit
10. Panca Indera
11. Sistem Reproduksi
Perawatan Keluarga
Dasar Perawatan Keluarga
a. Mengapa Diperlukan PK?
1. Pada umumnya mereka yang sakit senang bila ia berada di rumah di tangah keluarga daripada berbaring di RS dan dirawat oleh orang yang belum dikenal.
2. Demi untuk menghemat waktu, tenaga dan biaya transportasi.
3. Dirawat oleh orang lain di sebuah kamar dapat mempengaruhi keadaan si sakit sehingga mempengaruhi penyembuhannya.
4. Untuk meningkatkan kemandirian orang sakit dan keluargnya secara optimal.
b. Siapa Yang Melakukan PK?
1. Pada dasarnya siapa saja dapat melakukan tugas PK asal sebelumnya diberi pengetahuan (berupa pendidikan PK) dan dilatih secukupnya.
2. Sejak tahun 1950 PMI telah menyelenggarakan pendidikan latihan PK.
c. Sifat pribadi yang tepat untuk menerima pendidikan PK adalah:
1. Mempunyai sifat kasih sayang yang tulus.
2. Menaruh minat dan memiliki rasa kemanusiaan yang dalam.
3. Ingin belajar dan berbakat dalam bidang perawatan.
d. Sikap dan Perilaku yang perlu dimiliki oleh pelaku PK
1. Berperikemanusiaan yang jelas tampak dan sikap kesediaan untuk menolong yang akan memberi kesan tetang kepribadiannya.
2. Bertanggungjawab, sifat ini harus tampak dari segala tindakan pelaku pk yang senantiasa berpedoman pada apa yang ia telah pelajari antara lain tidak akan melakukan tindakan yang merugikan si sakit maupun angggota keluraga yang lain.
3. Selalu mengutamakan kebutuhan si sakit.
4. Selalu bersikap terbuka terhadap tindakan yang akan dilakukan terhadap si sakit sera menerangkan/mendidik kelurga lain misalnya bagaimana hidup sehat
d. Prinsip kerja seorang pelaku PK
1. Sikap yang baik seorang pelaku PK penting untuk memberi kesan baik tentang kepribadian.
2. Menunjukkan memampuan kerja denga tenang, cepat dan tanpa ragu-ragu.
3. Mempunyai sikap yang ramah, selalu tersenyum, bersedia untuk mendengar dan mampu untuk menenangkan si sakit.
4. Berpirlah sebelum bertindak/bekerja.
5. Jagalah kebersihan lingkungan dan ruangan si sakit, tetapi perlu juga memperhatikan diri sendiri.
6. Catat selalu hasil pengamatan dan perawatan yang telah diberi secara pendek, lengkap dan jelas.
7. Usahakan agar tidak menambah penderitaan si sakit.
8. Jangan bertindak menyimpang dari peraturan dan perintah dokter/petugas kesehatan dan jangan keliru memberi obat.
9. Jika dianggap perlu untuk merujuk si sakit ke puskesmas/RS diperlukan persiapan antara lain pakaian bersih dan alat toilet si sakit dan kemungkinan harus dihubungi petugas yang mengurus angkutan/ambulans.
10. Bila ada sesuatu yang perlu dirahasiakan janganlah disampaikan langsung si sakit.
e. Peralatan yang diperlukan
1. Perawatan yang dilakukan di rumah membutuhkan peralatan. Kita tidak boleh memaksakan untuk membeli peralatan seperti yang ada di RS. Dengan peralatan yang ada dan sederhana dapatlah kita menolong si sakit dengan cukup memuaskan.
2. Perlengkapan kamar tidur.
3. Tempat penyimpanan obat-obatan.
f. Penerapan
1. Sebagai individu : Perlu mempersiapkan diri agar mampu dan mau melakukan PK untuk siapa saja yang membutuhkan.
2. Sebagai anggota masyarakat : Menjelaskan kepada anggota masyarakat pentingnya PK. Dapat juga mengordinir disediakannya peralatan PK agar masyarakat sekitar dapat menggunakan secara bersama.
3. Di lingkungan organisasi PMI : Turut berpartisipasi pada Tim PK PMI dalam kegiatan pelayanan sosialnya PMI misalnya untuk panti jompo.
4. Pada saat bencana : Turut berpartisipasi pada Tim PK PMI dalam kegiatan di tempat penampungan sementara/pengungsian.
Kesehatan Dasar Keluarga
a. Kebersihan Diri
1. Kebersihan diri merupakan factor penting dalam usaha pemeliharaan kesehatan, agar kita selalu dapat hidup sehat.
2. Menjaga kebersihan diri berarti juga menjaga kesehatan umum.
3. Cara menjaga kebersihan diri :
• Mandi setiap hari secara teratur
• Tangan harus dicuci sebelum menyiapkan makanan dan minuman, sebelum makan, sesudah buang air besar atau buang air kecil.
• Kuku digunting pendek dan bersih.
• Kaki perlu dirawat dengan baik dan teratur.
• Sikat gigi setiap habis makan.
• Pakaian perlu diganti setiap habis mandi dengan pakaian yang sudah dicuci bersih dengan sabun, dijemur dan disetrika.
b. Kebersihan lingkungan
1. Kebersihan lingkungan adalah suatu usaha menjaga lingkungan bersih, dan sehat sehingga dapat mencegah penularan penyakit
2. Penularan penyakit terjadi bila ada hubungan anatara 3 mata rantai, yaitu: sumber penyakit, perantara penyakit dan orang yang lemah/peka terhadap serangan penyakit.
3. Usaha meningkatkan kebersihan lingkungan dapat dilakukan bersama masyarakat dengan mengusahakan untuk memutuskan hubungan mata rantai tersebut agar tidak akan terjadi penularan.
4. Kebersihan lingkungan dapat dicapai dengan:
• Rumah harus sehat dan terpelihara.
• Hewan peliharaan tidak berkeliaran di dalam rumah atau ditempat anak bermain terutama hewan yang berkutu
• Sediakan tempat sampah yang tertutup dan buang sampah ditempatnya
• Jaga kebersihan sumber air, MCK dan lingkungannya
• Hindari genangan air/air hujan di sekitar rumah
• Air limbah usahakan lancer alirannya.
Pelaksanaan Perawatan
Merawat orang sakit di rumah
a. Mencuci Tangan
1. Suatu keharusan bagi setiap perawat termasuk pelaku PK yang dilakukan:
• Sebelum dan sesudah merawat orang sakit
• Sebelum menyiapkan makanan dan minuman
• Sesudah memegang barang-barang kotor dan memegang binatang
• Sesudah buang air besar (b.a.b) atau buang air kecil (b.a.k)
2. Tujuan
• Membersihkan tangan dari segala kotoran
• Menjaga kesehatan pelaku
• Mencegah penularan penyakit
• Melatih suatu kebiasaan yang baik
b. Memakai Celemek
1. Celemek adalah bentuk pakaian untuk menutup pakaian pelaku PK waktu menolong merawat si sakit, tanpa mengganggu gerak si pelaku.
2. Tujuan:
• Melindungi pakaian pelaku dari kotoran
• Mencegah penularan penyakit
Mengukur Auhu
a. Mengukur suhu
Alat untuk mengukur suhu disebut termometer. Menurut skalanya ada 2 macam, yaitu: termometer celcius (lazim dipakai di Indonesia) dan termometer Fahrenheit (lazim dipakai di Amerika)
1. Bagian dari termometer
• Tabung gas panjang, berbentuk persegi gepeng bundar atau persegi
• Pipa gelas tempat turun naik air raksa
• Skala yang menunjukkan derajat suhu
• Reservoir tempat air raksa
2. Tujuan
• Mengetahui suhu badan si sakit
• Mengetahui adanya kelainan pada tubuh
• Mengetahui perkembangan penyakit
• Sebagai salah satu penyokong dalam membantu dokter dalam menentukan diagnosa
3. Tempat dan cara pengukuran suhu
3.1. Ketiak
• Cuci tangan
• Siapkan termometer
• Beritahu si sakit
• Keringkan ketiak dengan handuk/waslap
• Tempatkan pangkal termometer di tengah ketiak di minta si sakit menjepitnya 10-15 menit, tangan yang lain membantu menekan bagian lengan yang menjepit termometer
• Setelah 10-15 menit termometer dikeluarkan, dibaca sampai di mana naiknya air raksa dan dicatat.
• Termometer dibersihkan, lalu disimpan
• Cuci tangan
3.2. Dubur
• Pengukuran suhu di dubur dilakukan:
- Pada bayi, anak, orang sakit parah
- Pada keadaan tertentu, misalnya:patah lengan,bagian ketiak di balut
- Atas petunjuk dokter
• Pengukuran suhu di dibibir tidak boleh dilakukan pada:
- Orang sakit yang luka pada daerah dubur
- Orang sakit yang berpenyakit kelamin
• Pelaksanaan :
1. Cuci tangan
2. Siapkan termometer dan minyak kelapa/vaselin
3. Beritahu si sakit
4. Miringkan si sakit,bebaskan pakaian yang menutupi bokong
5. Kaki yang sebelah atas ditekuk kearah perut
6. Oleskan pangkal termometer dengan minyak kela[a/vaselin untuk memudahkan memasukkan ke dalam anus. Hati-hati bila ada wasir
7. Pisahkan bokong si sakit agar dubur terlihat, lalu pangkal termometer di masukkan
8. Pegang termometer selama berada dalam anus selama 3 menit
9. Keluarka termometer, baca dan catat di buku catatan harian
10. Termometer dibersihkan lalu disimpan
11. Cuci tangan
3.3. Mulut
• Dilakukan pada orang sakit bila pada kedua tempat di atas tidak memungkinkan pemasangan thermometer.
• Pengukuran suhu di mulut tidak boleh dilakukan pada:
- Orang sakit yang tidak sadar atau gelisah
- Orang yang berpenyakit milit,batuk pilek atau sesak nafas
- Bayi/anak yang masih kecil
• Pelaksanaan :
1. Cuci tangan
2. Siapkan termometer
3. Beritahu si sakit
4. Si sakit diminta untuk membuka mulut
5. Letakkan pangkal termometer di bawah lidah agak ke samping, di minta si sakit untuk menutup mulut dan bernafas melalui hidung
6. Setelah 3 menit keluarkan termometer, baca dan catat di buku catatan harian
7. Termometer dibersihkan lalu disimpan
8. Cuci tangan
Menghitung Denyut Nadi
Menghitung denyut nadi adalah sama penting dengan mengukur suhu. Denyut nadi menjadi lebih cepat bila berada dalam ketakutan, gelisah, demam dan sesudah gerak badan.
a. Denyut nadi dapat diraba pada :
1. Leher
2. Bagian muka telinga
3. Dekat ujung tulang selangkang
4. Sisi dalam dari lengan atas
5. Lipatan paha
6. Pergelangan tangan
7. Denyut bayi sampai umur 1 tahun dapat diraba di ubun-ubun
b. Tujuan mengukur denyut nadi
1. Mengetahui keadaan umum si sakit
2. Mengetahui keadaan jantung
3. Mengikuti perkembangan jalannya penyakit
4. Membantu menentukan diagnosa
c. Jumlah denyut nadi rata-rata permenit
1. Bayi baru lahir : + 130 - 160
2. Bayi : + 110 - 130
3. Anak umur 4-7 tahun : + 80 - 120
4. Anak umur lebih 7 tahun : + 80 - 90
5. Pria dewasa : + 60 - 80
6. Wanita lebih banyak antara 10-15 denyutan.
Umumnya kecepatan denyut nadi meningkat bila suhu badan meningkat. Tiap kenaikan suhu 1 derajat C, denyut nadi akan bertambah 10-15 denyutan.
d. Pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Beritahu si sakit
3. Si sakit duduk atau berbaring, lengan dikendurkan dengan ibu jari di sebelah atas. Cari nadinya dengan 3 jari si pelaku dipergelangan tangan si sakit kea rah ibu jari si sakit diantara urat-urat
4. Hitung denyut nadi selama ½ menit, hasilnya dikalikan 2 dan dicatat dalam buku catatan harian
Menghitung Pernafasan
Satu kali pernafasan adalah 1 kali menarik nafas dan 1 kali mengeluarkan nafas
a. Tujuan menghitung pernafasan :
1. Membantu menentukan diagnosa
2. Mengetahui keadaan umum si sakit
b. Pelaksanaan
1. Dihitung segera setelah menghitung denyut nadi. Jangan diberitahu si sakit akan dihitung pernafasannya dengan pergelangan si sakit tetap dipegang seolah-olah masih menghitung denyut nadi
2. Diperhatikan apakah kedua sisi dada bergerak seirama, apakah terlihat adanya kesukaran dalam bernafas
3. Hitung pernafasan selama ½ menit dan hasilnya dikali 2, catat dalam buku catatan harian
c. Jumlah pernafasan permenit
1. Bayi baru lahir : 30-60
2. Anak umur 1 tahun : 25-30
3. Anak umur 2 tahun : 20-25
4. Anak umur 15 tahun : 18 -20
5. Pria dewasa : 16-18
6. Wanita dewasa : 18-20
d . Perbandingan jumlah pernafasan dengan denyut nadi adalah 1: 4
7. Penataan Tempat Tidur Orang Sakit
a. Maksud dan tujuan
1. Mempercepat penyembuhan
2. Mencegah penyakit bertambah parah
3. Memperkecil bahaya penularan
b. Syarat tempat tidur si sakit
1. Panjang tempat tidur harus sepadan dengan panjang badan si sakit
2. Ditempatkan pada bagian kamar yang tak banyak kena hembusan angin
3. Terhindar dari cahaya yang menyilaukan, bau yang merangsang dan keributan
4. Barang tenun (seprei,sarung bantal dsab) hendaknya diganti paling sedikit 2 kali seminggu, kecuali bila basah atau kotor maka harus segera diganti.
c. Peralatan
1. Tempat tidur + kasur + bantal
2. Kain seprei + sarung bantal
3. Kain perlak + kain alas perlak
4. Selimut
Perawatan Sehari-hari di Rumah
1. Menolong si sakit B.A.B / B.A.K di atas tempat tidur
Di Indonesia biasanya orang sakit selama masih dapat berjalan akan berusaha untuk pergi ke kamar kecil untuk B.A.B / B.A.K. sebenarnya hal ini tidak dibenarkan karena si sakit membuang tenaga yang ia perlukan untuk melawan penyakitnya. Perlu diketahui, bahwa antara orang sakit pria dan wanita cara menolongnya berbeda.
• Wanita : alat kelamin bagian luar dan dalam dihubungkan oleh sebuah saluran yang sangat pendek jaraknya, sehingga sangat mudah terkena infeksi. Untuk b.a.b dan b.a.k menggunakan sebuah tempat yang disebut pasu najis.
• Pria : untuk b.a.b dan b.a.k dapat hanya menggunakan sebuah labuh kemih, semacam botol.
a. Peralatan
1. Pasu najis beserta tutupnya
2. Labu kemih untuk pria
3. Bamboo/botol berisi air
4. Kertas toilet
5. Alas bokong (perlak beserta alasnya)
6. Bel
7. Bangku kecil untuk pasu najis
8. Handuk, sabun, bedak
9. Air untuk mencuci bokong
2. Menyeka / memandikan si sakit di tempat tidur
a. Tujuan
1. Memberikan perasaan enak dan segar kepada si sakit
2. Membersihkan kotoran yang melekat pada tubuhnya
3. Membantu memperlancar peredaran darah
4. Melatih otot-otot secara aktif dan pasif
5. Mencegah terjadinya lecet
b. Peralatan
1. 2 baskom (untuk menyabun + membilas)
2. Air hangat dalam cerek dan air dingin dalam ember + gayung
3. 2 waslap + 2 handuk besar
4. 1 ember yang agak besar untuk menampung air
5. Sabun mandi dalam tempatnya, talk dan kamfer spiritus,alat bersolek, alat cukur dan sisir
6. Pakaian si sakit yang bersih
7. Tempat/keranjang untuk pakaian kotor
8. Bila perlu disediakan lbu kemih dan pasu najis, botol berisi air untuk cebok
3. Mencuci rambut si sakit di tempat tidur
a. Tujuan
1. Memberikan perasaan segar dan senang kepada si sakit
2. Menghilangkan kotoran yang melekat pada kepala si sakit
3. Agar rambut tetap bersih, rapi dan terpelihara
b. Peralatan :
1. Baki yang berisi sisir, 1 handuk, 1 waslap, shampo, alas(handuk + perlak
2. Talak plastik yang dapat diganti dengan pelepah pisang/sebuah perlak yang digulung
3. Ember berisi air hangat kuku, gayung bermulut lancip/kobokan
4. Ember kosong
5. Kain pel
6. Cadangan air panas dalam cerek dan air dingin dalam ember
7. Alat pengering rambut atau kipas
Merubah Posisi Tidur Orang Sakit
Seorang pelaku PK harus pandai menolong si sakit duduk , berbalik, merubah posisi tidurnya, mengangkatnya, menolong turun / naik tempat tidur dengan cara teratur.
Merubah sikap tidur si sakit adalah hal yang sangat penting, karena dapat menghindari :
1. Bahaya lecet pada tubuh
2. Ketegangan pada sendi-sendi
3. Bahaya timbulnya cacat
4. Memperbaiki peredaran darah
a. Meminggirkan atau menengahkan si sakit
Meminggirkan adalah menggeser si sakit dari tengah ke pinggir tempat tidur, sedangkan menengahkan adalah menggeser si sakit dari pinggir ke tengah tempat tidur.
b. Memiringkan si sakit
Memiringkan adalah membentuk posisi si sakit menjadiposisi miring.
Untuk memiringkan si sakit ke kanan, maka dilakukan dari arah saebaliknya/berlawanan. Begitu juga jika memiringkan posisi si sakit dari arah kiri.
c. Memindahkan si sakit
Bila sakit seorang dewasa yang gemuk, maka untuk mengangkatnya sebaiknya dilakukan berdua atau bertiga. Jangan coba melakukan sendiri, karena akibatnya mungkin si sakit merasa lebih sakit atau mungkn terjatuh.
d. Menolong si sakit turun dari tempat tidur, berjalan ke kursi dan kembali ke tempat tidur. Bila si sakit yang telah berbaring lama di atas tempat tidur mulai sembuh, maka dokter akan memerintahkan agar ia didudukkan. Mula-mula duduk dipinggir tempat tidur dengan kaki yang diayun-ayunkan, kemudia di atas kursi dalam ruangan si sakit. Peristiwa ini merupakan hal yang menggembirakan bagi si sakit, sehingga ia akan memberikan bantuaanya. Tetapi si sakit kecewa bila mulai duduk atau berjalan, merasa psing, kaki berat dan lemas. Oleh sebab itu, hal ini perlu dilakukan secara bertahap.
Peralatan
1. Kursi yang memakai sandaran untuk lengan
2. Bantal untuk menopang punggungnya
3. Selimut
4. Sandal yang ringan
5. Bila perlu dingklik/kursi pendek dan bel
Penyajian Makanan dan Pemberian Obat
a. Penyajian makanan kepada pasien
Makanan berguna untuk memberikan zat-zat makanan yang cukup utnuk memelihara kesehatan, memulihkannya bila sakit, menghasilkan tenaga untuk melaksanakan berbagai kegiatan pertumbuhan dan perkembangan jiwa serta raga.
b. Cara menyajikan makanan
1. Makanan disajikan di atas sebuah baki yang berisi alas supaya rapi. Di atas baki ada piring, sendok dan garpu, gelas yang berisi air minm dengan tatakan dan tutupnya dan serbet/lap.
2. Cocokkan makanan sesuai dengan pantangan, rasa disesuaikan denga selera sejauh tidak bertentangan dengan pantangan.
3. Makanan dijaga agar tidak dihinggapi lalat
4. Piring jangan di isi penuh, karena dapat mengurangi selera makan si sakit.
5. Sayuran dan lauk pauk diletakkan terpisah dalam piring kecil diatur secara baik dengan sedikit variasi.
6. Sedapat mungkin makanan disajikan dalam keadaan hangat.
7. Waktu makan ditentukan
8. Agar menarik diberi jambangan kecil dan diberi bunga, kepada anak-anak diberi mainan.
9. Bila dapat makan sendiri, digunakan meja kecil yang diberi alas
10. Selesai makan, baki dan isinya diangkat dan dibawah keluar kamar.
c Beberapa jenis makanan khusus
1. Makanan lunak untuk orang panas atau sakit mulut/tenggorokan
2. Makanan untuk orang diare
3. Makanan rendah lemak untuk orang sakit kuning
4. Makanan rendah garam untuk orang sakit busung/uderma
5. Makanan tanpa gula untuk orang sakit kencing manis
Pemberian Obat Kepada Orang sakit
a. Tujuan
1. Mempercepat penyembuhan
2. Mengurangi penderitaan
b. Bentuk obat
1. Pil
2. Tablet
3. Kapsul
4. Salep
5. Obat cair
6. Puyer/serbuk
c. Etiket/label
• Biasanya diletakkan pada botol, dus, kantong plastik, dsb yang memberi petunjuk tentang pemakain obat
• Warna etiket :
1) Etiket putih : merupakan obat dalam (untuk diminum)
2) Etiket biru : merupakan obat luar (tidak boleh ditelan)
3) Etiket hitam dan biasanya bergambar tengkorak: merupakan obat berbahaya (obat keras atau racun)
Perawatan Bayi
a. Kondisi bayi
1. Nadi : Kurang lebih 140 denyutan permenit pada waktu lahir
2. Pernafasan : Kurang lebih 33 – 40 gerakan permenit
3. B.a.b : 3 – 4 kali dalam waktu 24 jam pada bulan pertama. Warnanya hitam dan agak lengket, akan berubah menjadi lembek kekuning-kuningan bila si bayi mulai menetek
4. Berat badan : Seorang bayi rata-rata mempunyai berat badan sekitar 3 kg waktu lahir. Dalam waktu beberapa hari ia akan kehilangan berat sampai 300 gram, tapi dalam waktu 2 minggu diharapkan berat badannya akan kembali seperti pada waktu dilahirkan.
5. Kulit : Pada waktu lahir, biasanya kulit bayi diliputi lemak putih kekuning-kuningan, warna kulitnya merah muda
6. Penglihatan : Baru mampu pada awal bulan ke 2
7. Pendengaran : Baru mampu pada awal bulan ke 4
8. Tidur : Pada bulan pertama bayi tidur 18 – 22 jam sehari, kalau basah atau haus/lapar ia akan bangun dan menangis
b. Makanan
Makanan yang terbaik adalah ASI yang akan membuat bayi tumbuh baik dan sehat. Bila ASI kurang, maka dokter akan menambah dengan susu buatan yang cocok
c. Pemeriksaan
Pada usia 2 minggu bayi sebaiknya dibawa ke dokter atau bidan untuk diperiksa berat badannya dan apakah keadaan pusarnya baik. Juga untuk menerima nasihat mengenai pertumbuhan bayi, kekebalan dan makanan tambahan.
d. Memandikan Bayi
• Di daerah panas bayi dimandikan pagi dan sore, di daerah pegunungan cukup sekali sehari misalnya sore saja. Sebaiknya waktu mandi ditentukan, agar tidak seorangpun dapat mengganggu pelaksanaan tugas ini.
• Peralatan
1. Satu buah handuk
2. Dua buah waslap
3. Ember / baskom berisi air hangat kuku
4. Pakaian untuk ganti
5. Sabun
6. Bedak
7. Alkohol, iodinepovidon dan kasa untuk komprse (untuk bayi yang belum lepas tali pusarnya)
KEPALANGMERAHAN
1. Dasar Kepalangmerahan
PRINSIP DASAR GERAKAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH INTERNASIONAL
- KEMANUSIAAN
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (Gerakan) lahir dari keinginan untuk memberikan pertolongan kepada korban yang terluka dalam pertempuran tanpa membeda-bedakan mereka dan untuk mencegah serta mengatasi penderitaan sesama manusia yang terjadi dimanapun.Tujuannya ialah melindungi jiwa dan kesehatan serta menjamin penghormatan terhadap umat manusia. Gerakan menumbuhkan saling pengertian, persahabatan, kerjasama, dan perdamaian abadi antar sesama manusia.
- KESAMAAN
Gerakan memberikan bantuan kepada orang yang menderita tanpa membeda-bedakan mereka berdasarkan kebangsaan, ras, agama, tingkat sosial atau pandangan politik.Tujuannya semata-mata ialah mengurangi penderitaan orang-perorang serta sesuai dengan kebutuhannya dengan mendahulukan keadaan yang paling parah.
- KENETRALAN
Gerakan tidak memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, ras, agama atau ideologi
- KEMANDIRIAN
Gerakan bersifat mandiri. Setiap Perhimpunan Nasional sekalipun merupakan pendukung bagi pemerintah dibidang kemanusiaan dan harus menaati peraturan hukum yang berlaku di negara masing-masing, namun Gerakan bersifat otonom dan harus menjaga tindakannya agar sejalan dengan prinsip dasar Gerakan.
- KESUKARELAAN
Gerakan memberi bantuan atas dasar sukarela atas unsur keinginan untuk mencari keuntungan apapun.
- KESATUAN
Di dalam suatu negar hanya boleh ada satu Perhimpunan Nasional dan hanya boleh memilih salah satu lambang yang digunakan : Palang Merah atau Bulan Sabit Merah.
Gerakan bersifat terbuka dan melaksanakan tugas kemanusiaan diseluruh wilayah negara yang bersangkutan.
- KESEMESTAAN
Gerakan bersifat semesta, artinya Gerakan hadir diseluruh dunia. Setiap Perhimpunan Nasional mempunyai status sederajat serta memiliki hak dan tanggung jawab yang sama dalam membantu satu sama lain.
TRI BAKTI PALANG MERAH REMAJA
1. MENINGKATKAN KETERAMPILAN HIDUP SEHAT
2. BERKARYA DAN BERBAKTI DI MASYARAKAT
3. MEMPERERAT PERSAHABATAN NASIONAL DAN INTERNASIONAL
M A R S P M I
Syair : Djemalul AS
Lagu : Iskandar
Palang Merah Indonesia
Sumber Kasih Umat Manusia
Warisan Luhur Nusa dan Bangsa
Wujud Nyata Pengayom Pancasila
Gerak Juangnya Keseluruh Dunia
Mendarmakan Bakti Bagi Ampera
Tunaikan Tugas Suci, Tujuan PMI
Dipersada Bunda Pertiwi
Untuk Umat Manusia
Diseluruh Dunia
PMI Mengantarkan Jasa
HYMNE PMI
Lagu & Syair : A. Zurith Adjie
Ide dasar : Drs. H. Soetedjo, M.Si
Palang Merah Indonesia, Wujud
kepedulian nyata
Nurani yang suci, untuk mengabdi
Untuk Membantu Menolong Sesama
P … M … I …
Siaga Setiap Waktu
Berbhakti dan Mengabdi
Bagi Umat Manusia
Agar Sehat Sejahtera di Seluruh Dunia
BAKTI REMAJA
Palang Merah Remaja Indonesia
Warga Palang Merah Sedunia
Berjuang Berbakti Penuh Kasih Sayang
Untuk rakyat semua
Bekerja Dengan Rela Tulus Ikhlas
Untuk yang tertimpa sengsara
Puji dan Puja tidak dikejar
Mengabdi tuk sesama
Putra Putri Palang Merah Remaja Indonesia
Abdi rakyat sedunia, luhur budinya
Putra Putri Palang Merah Remaja Indonesia
Abdi rakyat sedunia, mulia citanya
2. Tokoh-Tokoh Palang Merah
Panitia 5 (International red cross founding fathers)
1. Jean Henry Dunant
(8 Mei 1828-30 Oktober 1910)
2. Henry Dufour
3. Gustave Moynier
4. Dr. Theodore Maunoir
5. Dr. Louis Appia
6. Florence Nightingale
o Lahir : Arnostad – Inggris 12 mei 1820
o Julukan yang di berikan : “The Lady With The Lamp “ (Putri yang Membawa lampu)
o Penghargaan :
Tahun 1883 “The Royal Red Cross”
Tahun 1907 “Order Of Merf”
o Mendirikan Sekolah : 1888 “Nightingale found”
o Meninggal : 3 Agustus 1910 – Inggris
3. Lambang Gerakan
Latar Belakang Lambang Palang Merah :
1. Menghormati Pemerintah Negara Swiss
2. Pelopor pendiri Palang Merah adalah warga Negara Swiss
3. Agar Palang Merah benar-benar netral karena Swiss adalah
Negara netral.
Sejarah terbentuknya lambang
1. Lambang Palang Merah
Tahun 1863, konferensi Internasional diselenggarakan di Jenewa dan mengadopsi Lambang Palang Merah di atas dasar putih sebagai tanda pengenal Perhimpunan Nasional Palang Merah yang merupakan kebalikan dari bendera nasional Swiss.
Tahun 1864, Konvensi Jenewa yang pertama menyatakan bahwa lambang Palang Merah diatas dasar putih secara resmi diakui sebagai tanda pengenal pelayanan medis angkatan bersenjata. Pada Konvensi Jenewa tahun 1906, waktu peninjauan kembali terhadap Konvensi Jenewa Tahun 1864, barulah ditetapkan lambang Palang Merah tersebut sebagai penghormatan terhadap Negara Swiss.
Pada Konferensi Internasional 1949 masalah lambang akhirnya diputuskan hanya 3 (tiga) macam lambang saja yang digunakan bagi perhimpunan nasional yaitu; PALANG MERAH, BULAN SABIT MERAH, dan SINGA MATAHARI MERAH.
Fungsi Lambang
1.Sebagai tanda Perlindungan (di waktu perang )
2.Sebagai tanda Pengenal (diwaktu perang dan di waktu damai)
2. Lambang Bulan Sabit Merah
Tahun 1876 saat Balkan dilanda perang, sejumlah pekerja sosial yang tertangkap oleh Ottoman dibunuh semata-mata karena mereka memakai ban lengan dengan gambar palang merah. Ketika pemerintah Turki diminta penjelasan mengenai hal ini, mereka menekankan kepekaan tentara muslim terhadap bentuk palang/salib dan mengajukan agar perhimpunan nasional serta
pelayanan medis militer mereka, diperbolehkan untuk menggunakan lambang yang berbeda yaitu Bulan Sabit Merah.
Gagasan ini perlahan-pelahan mulai diterima, memperoleh semacam pengesahan dalam bentuk 'reservasi' dan diadopsi sebagai lambang yang sederajat dengan lambang palang merah dalam konvensi tahun 1929. Lambang Bulan Sabit Merah di atas dasar putih yang saat itu dipilih oleh Persia (sekarang Iran) diakui sebagai lambang pembeda dengan fungsi dan tujuan yang sama
dengan lambang palang merah, dan singa dan matahari merah sebagaimana tercantum pada Konvensi-konvensi Jenewa 1949 dan protokol tambahan I dan II 1977.
3. Lambang Kristal Merah
Tahun 2005 Kristal Merah diatas dasar putih diadopsi menjadi lambang alternatif apabila di suatu negara terjadi konflik bersenjata/perang atau bencana, maka negara yang menggunakan Lambang Palang Merah atau Bulan Sabit Merah, ICRC dan IFRC dapat menggunakannya secara khusus untuk kegiatan kepalangmerahan yang dilaksanakan di daerah tersebut.
4. Sejarah Gerakan
- 24 Juni 1859 di kota Solferino, Italia Utara, pasukan Perancis dan Italia bertempur melawan pasukan Austria. Pada hari yang sama, seorang pemuda warga negara Swiss, Henry Dunant, berada di sana dalam rangka perjalanannya untuk menjumpai Kaisar Perancis, Napoleon III. Puluhan ribu tentara terluka, sementara bantuan medis militer tidak cukup untuk merawat 40.000 orang yang menjadi korban pertempuran tersebut. Tergetar oleh penderitaan tentara yang terluka, Henry Dunant bekerjasama dengan penduduk setempat, segera bertindak mengerahkan bantuan untuk menolong mereka. Beberapa waktu kemudian, setelah kembali ke Swiss, dia menuangkan kesan dan pengalaman tersebut kedalam sebuah buku berjudul "Un Souvenir de Solferino (Kenangan dari Solferino)", yang menggemparkan seluruh Eropa. Dalam bukunya, Henry Dunant mengajukan dua gagasan;
* Pertama, membentuk organisasi kemanusiaan internasional , yang dapat dipersiapkan pendiriannya pada masa damai untuk menolong para prajurit yang cedera di medan perang.
* Kedua, mengadakan perjanjian internasional guna melindungi prajurit yang cedera di medan perang serta perlindungan sukarelawan dan organisasi tersebut pada waktu memberikan pertolongan pada saat perang.
- Pada tahun 1863, empat orang warga kota Jenewa bergabung dengan Henry Dunant untuk mengembangkan gagasan pertama tersebut. Mereka bersama-sama membentuk "Komite Internasional untuk bantuan para tentara yang cedera", yang sekarang disebut Komite Internasional Palang Merah atau International Committee of the Red Cross (ICRC).
- Dalam perkembangannya, kelak untuk melaksanakan kegiatan kemanusiaan di setiap negara maka didirikanlah organisasi sukarelawan yang bertugas untuk membantu bagian medis angkatan darat pada waktu perang. Organisasi tersebut yang sekarang disebut Perhimpunan Nasional Palang Merah atau Bulan Sabit Merah. Berdasarkan gagasan kedua, pada tahun 1864, atas prakarsa pemerintah federal Swiss diadakan Konferensi Internasional yang dihadiri beberapa negara untuk menyetujui adanya "Konvensi perbaikan kondisi prajurit yang cedera di medan perang". Konvensi ini kemudian disempurnakan dan dikembangkan menjadi Konvensi Jenewa I, II, III dan IV tahun 1949 atau juga dikenal sebagai Konvensi Palang Merah . Konvensi ini merupakan salah satu komponen dari Hukum Perikemanusiaan Internasional (HPI) suatu ketentuan internasional yang mengatur perlindungan dan bantuan korban perang.
5. Organisasi-organisasi Kemanusiaan
A. PMI (Indonesian Red Cross)
a. Masa Penjajahan Belanda
- 21 Oktober 1873 Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Palang Merah di Indonesia dengan nama Nederlandsch Roode Kruis Afdeling Indie (NERKAI) yang dipimpin oleh orang Belanda.
- 1939, Dr. RCL SENDUK dan BAHDER DHOHAN berkeinginan untuk mendirikan PMI, namun usaha tersebut mendapat penolakan dari pemerintah Belanda.
- 1940 cita-cita tersebut dikemukakan kembali dalam Konferensi NERKAI, namun ditolak kembali sampai akhirnya terjadi perang dunia 2, cita-cita mendirikan PMI belum terlaksana.
b. Masa Penjajahan Jepang
- 1942-1944 Pada penjajahan Jepang, gagasan ini dirintis kembali oleh kedua tokoh tersebut
- Namun rencana tersebut masih belum juga terlaksana karena mendapat penolakan dari DAI NIPON
c. Setelah Prokamasi Kemerdekaan RI
- 3 September 1945 dikeluarkan perintah Presiden RI Soekarno kepada Dr. Boentaran Martoatmodjo (Menkes RI) untuk membentuk PMI
- 5 September 1945 Dr. Boentaran membentuk
Panitia 5 Indonesia : Ketua : dr. R. Mochtar
Penulis : dr. Bahder Djohan
Anggota : dr. Djuhana
dr. Mardjoeki
dr. Sitanala
- 17 September 1945 PMI berdiri, Panitia 5 berhasil menyusun Pengurus Besar PMI. Mereka dilantik oleh Wakil Presiden Drs. Moh. Hatta atas nama Pemerintah bertempat di Jl. Surya No. 1 Jakarta
Kepengurusan PMI periode awal
Ketua : Drs. Moh Hatta
Wakil Ketua : dr. R. Boentaran Martoatmodjo
Badan Penulis : dr. R. Mochtar
dr. Bahder Djohan
Mr. Santoso
Bendahara : Mr. Saubari
Penasehat : K. H Rd. Adenan
Kantor pertama bertempat di Departemen Kesehatan (sekarang Kementerian Dalam Negeri), hanya dengan satu kamar, satu mesin tik, dan satu kursi.
- 25 September 1945
Atas ijin tuan A.S Alatas, kantor pindah ke Jl. Ryswijk 27(kemudian menjadi Hotel Du Pavillon, lalu menjadi Hotel Mojopahit, sekarang Komplek Perkantoran Sekretariat Negara Bagian Barat) Jakarta
- 16 Januari 1950
Keppres RI No. 25/1950 tentang pengesahan PMI
- 20 Mei 1950
Nerkai menyerahkan RS Kedung Halang ke-PMI yang sekarang dikenal dengan nama RSU PMI Bogor.
- 15 Juni 1950
PMI diakui ICRC dengan Surat Keputusan No.392
- 16 Oktober 1950
PMI menjadi anggota anggota federasi internasional Palang Merah dan bulan sabit merah. No keanggotaan 68.
B. PMR (Youth Red Cross)
PMR MULA
PMR MADYA
PMR WIRA
Terbentuknya Palang Merah Remaja dilatar belakangi oleh Perang Dunia I (1914-1918) pada waktu itu Australia sedang mengalami peperangan. Karena Palang Merah Australia kekurangan tenaga untuk memberikan bantuan, akhirnya mengerahkan anak-anak sekolah untuk membantu sesuai dengan kemampuannya. Mereka diberikan tugas-tugas ringan seperti mengumpulkan pakaian-pakaian bekas dan majalah-majalah serta Koran bekas. Anak-anak tersebut terhimpun dalam suatu badan yang disebut Palang Merah Remaja (Youth Red Cross).
Tahun 1919 di Wina Swiss dalam sidang Liga diputuskan bahwa Palang Merah Remaja menjadi satu bagian dari perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Kemudian usaha tersebut diikuti oleh Negara-negara lain. Dan tahun 1960, dari 145 Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah sebagian besar sudah memiliki Palang Merah Remaja.
Di Indonesia pada Kongres PMI ke-IV tepatnya bulan Januari 1950 di Jakarta, PMI membentuk Palang Merah Remaja yang dipimpin oleh Ny. Siti Dasimah dan Paramita Abdurrahman. Pada tanggal 1 Maret 1950 berdirilah Palang Merah Remaja secara resmi di Indonesia. Sebelumnya pada awal pendirian bernama Palang Merah Pemuda (PMP) kemudian menjadi Palang Merah Remaja (PMR).
C. ICRC (International Committee of the Red Cross)
Tahun berdiri : 1863
Markas : Geneva (Swiss)
Mandat :
- Memelihara dan menyebarluaskan Prinsip Dasar.
- Memberikan pengakuan terhadap setiap Perhimpunan Nasional.
- Melaksanakan tugas yang dibebankan oleh Konvensi-konvensi Jenewa.
- Setiap saat berupaya sebagai suatu lembaga netral yang melaksanakan kegiatan kemanusiaan.
- Menjamin bekerjanya Kantor Pusat Pelacakan (The Central Tracing Agency) yang diitetapkandalam Konvensi Jenewa.
- Membantu melatih petugas kesehatan dan menyediakan alat-alat kesehatan.
- Menyebarluaskan pengertian dan diseminasi HPI yang berlaku pada saat terjadi konflik bersenjata.
- Menjalankan mandat yang dipercayakan oleh Konferensi Internasional.
ICRC mempunyai slogan yaitu:” Inter Arma Caritas” (latin) = Bantuan diantara pertikaian atau “Amid Conflict Charity” (Inggris)
D. IFRC (International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies)
Tahun berdiri : 1919
Pemrakarsa : Henry Davidson (Warga Negara Amerika)
Markas : Geneva (Swiss)
Mandat : Fungsi dan Tugas Federasi
- Sebagai badan penghubung, koordinator, dan pendidik diantara perhimpunan-perhimpunan nasional dan memberikan bantuan yang mungkin dibutuhkan mereka.
- Mendorong dan memajukan berdirinya suatu perhimpunan nasional dari setiap negara.
- Memberikan bantuan dengan segala cara yang dapat dilakukan kepada para korban bencana.
- Membantu perhimpunan nasional dalam kesiagaan pertolongan terhadap korban bencana alam termasuk pengaturannya.
- Mengatur dan mengoordinasikan bantuan internasional secara langsung dan sesuai denganketentuan serta prinsip-prinsip internasional.
- Mendorong dan mengkoordinasikan keikutsertaan perhimpunan nasional dalam kegiatanpemeliharaan kesehatan dan memajukan kesejahteraan sosial masyarakat dengan carakerjasama dengan pejabat-pejabat yang berwenang setempat.
- Mendorong dan mengkoordinasikan pertukaran gagasan di antara perhimpunan nasional untukmendidik anak-anak dan remaja demi tercapainya cita-cita kemanusiaan dan perkembanganpersahabatan di antara mereka di semua negara.
- Membantu perhimpunan nasional dalam menanamkan prinsip-prinsip serta cita-cita dari GerakanPalang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional.
- Memberikan pertolongan kepada para korban pertikaian bersenjata sesuai dengan persetujuanyang ditandatangani dengan Komite Internasional Palang Merah.
- Membantu komite internasional dalam memajukan dan mengembangkan Hukum Perikemanusiaan Internasional dan bekerjasama dengannya dalam menyebarluaskan HPI danPrinsip-prinsip Dasar Gerakan pada Perhimpunan Nasional.
- Menjadi wakil resmi dari anggota perhimpunan nasional di kawasan internasional, antara lainmengambil keputusan dan rekomendasi yang telah disetujui dalam musyawarah dan menjagakeutuhan perhimpunan nasional serta melindungi kepentingannya.
- Menjalankan mandat yang dipercayakan padanya oleh Konferensi internasional.
Slogan :
Federasi mempunyai slogan yaitu ;”Per Humanitatem Ad Pacem”
(latin)=Perdamaian melalui kemanusiaan “Trough Humanity To
Peace” (inggris)
E. Perhimpunan Nasional
Markas : Perhimpunan Nasional Palang Merah atau Bulan Sabit Merah, yang didirikan hampir di setiap negara di seluruh dunia, yang kini berjumlah 176 Perhimpunan Nasional, termasuk Palang Merah Indonesia.
Tahun Berdiri : 1864
Mandat : Kegiatan perhimpunan nasional beragam seperti bantuan darurat pada bencana, pelayanan kesehatan, bantuan sosial, pelatihan P3K dan pelayanan transfusi darah.
Persyaratan pendirian :
* mendapat pengakuan dari pemerintah negara yang sudah menjadi peserta Konvensi Jenewa
* menjalankan Prinsip Dasar Gerakan
Bila demikian ICRC akan memberi pengakuan keberadaan perhimpunan tersebut sebelum menjadi anggota Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.
6. THE LAW OF HUMANITER
A. Hukum Perikemanusiaan Internasional (HPI)
Hukum Perikemanusiaan Internasional adalah seperangkat aturan yang karena alasan kemanusiaan dibuat untuk membatasi akibat-akibat dari pertikaian bersenjata. Hukum ini melindungi mereka yang tidak atau tidak lagi terlibat dalam pertikaian dan membatasi cara-cara dan metode peperangan. Hukum Perikemanusiaan Internasional adalah istilah yang digunakan oleh Palang Merah Indonesia untuk Hukum Humaniter Internasional (International Humanitarian Law). Istilah lain dari Hukum Humaniter Internasional ini adalah "Hukum Perang" (Law of War) dan "Hukum Konflik Bersenjata" (Law of Armed Conflict).
B. Konvensi-konvensi Jenewa yang merupakan International Humanitarian Law terdiri dari berbagai aturan yang berlaku pada masa konflik bersenjata, dengan tujuan melindungi orang yang tidak, atau sudah tidak lagi ikut serta dalam permusuhan, antara lain:
1. kombatan yang terluka atau sakit
2. tawanan perang
3. orang sipil
4. personel dinas medis dan dinas keagamaan
C. Konvensi Geneva 1949
1. Konvensi Jenewa Pertama, mengenai Perbaikan Keadaan Anggota Angkatan Bersenjata yang Terluka dan Sakit di Darat, 1864
2. Konvensi Jenewa Kedua, mengenai Perbaikan Keadaan Anggota Angkatan Bersenjata yang Terluka, Sakit, dan Karam di Laut, 1906
3. Konvensi Jenewa Ketiga, mengenai PerlakuanTawanan Perang, 1929
4. Konvensi Jenewa Keempat, mengenai Perlindungan Orang Sipil di Masa Perang, 1949
D. Protokol Tambahan Konvensi Geneva 1977
1. Protokol I (1977), mengenai Perlindungan Korban Konflik Bersenjata Internasional
2. Protokol II (1977), mengenai Perlindungan Konflik Bersenjata Non-internasional
3. Protokol III (2005), mengenai Adopsi Lambang Pembeda Tambahan
*)Konvensi Geneva dan Protokol Tambahan memiliki 600 pasal.
PERTOLONGAN PERTAMA
Pertolongan Pertama
Pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau korban kecelakaan yang memerlukan penanganan medis dasar untuk mencegah cacat atau maut.
Tujuan Pertolongan Pertama
1. Menyelamatkan jiwa penderita
2. Mencegah cacat
3. Memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan
Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu
Dalam perkembangannya tindakan pertolongan pertama diharapkan menjadi bagian dari suatu sistem yang dikenal dengan istilah Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu, yaitu sistem pelayanan kedaruratan bagi masyarakat yang membutuhkan, khususnya di bidang kesehatan.
Komponen Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu:
1. Akses dan Komunikasi
Masyarakat harus mengetahui kemana mereka harus meminta bantuan, baik yang umum maupun yang khusus.
1. Pelayanan Pra Rumah Sakit
Secara umum semua orang boleh memberikan pertolongan.
Klasifikasi Penolong:
a. Orang Awam
Tidak terlatih atau memiliki sedikit pengetahuan pertolongan pertama
b. Penolong pertama
Kualifikasi ini yang dicapai oleh KSR PMI
c. Tenaga Khusus/Terlatih
Tenaga yang dilatih secara khusus untuk menanggulangi kedaruratan di Lapangan
1. Transportasi
Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi
Dasar Hukum
Di dalam undang-undang ditemukan beberapa pasal yang mengatur mengenai Pertolongan Pertama, namun belum dikuatkan dengan peraturan lain untuk melengkapinya. Beberapa pasal yang berhubungan dengan Pertolongan Pertama antara lain :
Persetujuan Pertolongan
Saat memberikan pertolongan sangat penting untuk meminta izin kepada korban terlebih dahulu atau kepada keluarga, orang disekitar bila korban tidak sadar. Ada 2 macam izin yang dikenal dalam pertolongan pertama :
1. Persetujuan yang dianggap diberikan atau tersirat (Implied Consent)
Persetujuan yang diberikan pendarita sadar dengan cara memberikan isyarat, atau penderita tidak sadar, atau pada anak kecil yang tidak mampu atau dianggap tidak mampu memberikan persetujuan
2. Pesetujuan yang dinyatakan (Expressed Consent)
Persetujuan yang dinyatakan secara lisan maupun tulisan oleh penderita.
Alat Perlindungan Diri
Keamanan penolong merupakan hal yang sangat penting, sebaiknya dilengkapi dengan peralatan yang dikenal sebagai Alat Perlindungan Diri antara lain :
a. Sarung tangan lateks
b. Kaca mata pelindung
Mata juga termasuk pintu gerbang masuknya penyakit kedalam tubuh manusia
c. Baju pelindung
Mengamankan tubuh penolong dari merembesnya carian tubuh melalui pakaian.
d. Masker penolong
Mencegah penularan penyakit melalui udara
e. Masker Resusitasi Jantung Paru
Masker yang dipergunakan untuk memberikan bantuan napas
f. Helm
Mencegah benturan di kepala ketika melakukan pertolongan.
FUNGSI ALAT PELINDUNG DIRI
Untuk mencegah penularan penyakit melalui cairan tubuh:
1. Mmencuci Tangan
2. Mmembersihkan peralatan
v Mmencuci
Membersihkan perlatan dengan sabun dan air
v Deinfeksi
Menggunakan bahan kimia seperti alkohol untuk membunuh bakteri patogen
v Stssterilisasi
Proses menggunakan bahan kimia atau pemanasan untuk membunuh semua mikroorganisme.
3. Mmenggunakan APD
Kewajiban Pelaku Pertolongan Pertama
Dalam menjalankan tugasnya ada beberapa kewajiban yang harus dilakukan :
a. Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita dan orang sekitarnya.
b. Dapat menjangkau penderita.
c. Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa.
d. Meminta bantuan/rujukan.
e. Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan keadaan korban
f. Membantu pelaku pertolongan pertama lainnya.
g. Ikut menjaga kerahasiaan medis penderita.
h. Melakukan komunikasi dengan petugas lain yang terlibat.
i. Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi.
Kualifikasi Pelaku Pertolongan Pertama
Agar dapat menjalankan tugas seorang petugas penolong harus memiliki kualifikasi sebagai berikut :
a. Jujur dan bertanggungjawab.
b. Memiliki sikap profesional.
c. Kematangan emosi.
d. Kemampuan bersosialisasi.
e. Kemampuannya nyata terukur sesuai sertifikasi PMI. Secara berkesinambungan mengikuti kursus penyegaran.
f. Selalu dalam keadaan siap, khususnya secara fisik
g. Mempunyai rasa bangga.
Peralatan Pertolongan Pertama
- Alat pelindung diri
• Helm pelindung
• Kaca mata pelindung
• Kaus tangan lateks
• Baju pelindung
• Masker penolong
• Masker resusitasi
- Isi tas pertolongan pertama
Pinset 2 buah
Gunting 1 buah
Kasa gulung / kasa steril standard 1 pack
Kapas 1 pack
Plaster gulung 1 roll
Plaster standard 3 buah
Stetoskop 1 buah
Spigmomanometer 1 buah
Senter 1 buah
Selimut 1 buah
Mitela 12 buah
Pembalut cincin 1 buah
Pembalut gulung 3 buah
Kartu penderita + bolpoint 1 buah
Alkohol / revanol 1 botol
Betadine 1 botol
Bantalan kasa 2 buah
Peniti 1 lusin
Plastik tempat sampah 2 buah
Air bersih (sterilisasi manual dan alternatif) 1 botol
Cotton bud 1 pack
Alas peralatan 1 buah
Jam tangan 1 buah
Lembar list peralatan pp 1 lembar
- Tandu 1 set
- Bidai 1 set
- Bendera PMI ( 40 x 60 cm ) 1 buah
- Tongkat caraka 1 buah
catatan : jumlah dan kebutuhan menyesuaikan
contoh laporan penata laksanaan korban
LAPORAN PENATALAKSANAAN KORBAN
1. Nama : Jeniskelamin: P/L
2. Umur :
3. Alamat :
4. Kesan umum : (Kasus Trauma / KasusMedis / Kasus Trauma Medis)
5. Penyebab :
6. Penilaian dini
a. Tingkat respon : ( Awas/Suara/Nyeri/TidakRespon )
b. Keadaan jalur nafas : ( Terbuka/ Tertutup )
c. Keadaan pernafasan : ( Ada / Tidak Ada )
d. Keadaan sirkulasi : ( Ada / Tidak Ada )
7. Penatalaksanaan BHD :
8. Hasil pemeriksaan fisik :
a. …………………………………………………………………………………
b. ………………………………………………………………………………...
c. ……………………………………………………………………...…………
d. ………………………………………………………………………....……..
e. ………………………………………………………………………………..
f. ……………………………………………………………………...………..
g. …………………………………………………………………...…………..
9. Penatalaksanaan
a. ………………………………………………………………………………
b. …………………………………………………………………………….....
c. ……………………………………………………………………………....
d. ……………………………………………………………………………....
e. ………………………………………………………………………....……
f. ………………………………………………………………………...……
g. …………………………………………………………………………...…
10. Tanda Vital
a. Frekwensi Nafas :
b. Frekwensi Nadi :
c. Suhu :
d. Tekanan Darah :
e. Keadaan kulit :
11. Riwayat Penderita
a. Keluhan utama :
b. Obat Yang Diminum :
c. Makanan/Minuman Terakhir :
d. Penyakit Yang Diderita :
e. Alergi Yang Dialami :
f. Kejadian :
12. Hasil Pemeriksaan Berkala
KEADAAN TAHAP 1 TAHAP 2 TAHAP 3 TAHAP 4
Jam: ……….. Jam: ……….. Jam: ……….. Jam: ……….
a. Respon
b. Frekwensi nafas
c. Frekwensi nadi
d. Tekanan Darah
e. Suhu
f. Keadaan Kulit
13. Korban di rujuk ke :
Pacitan,……………………………
Penolong
(……………………………………….)
________________________________________________________________________
ANATOMI
Pengertian – pengertian
Anatomi (susunan Tubuh)
Anatomi adalah ilmu yang mempelajari susunan tubuh dan bentuk tubuh
Fisiologi (faal tubuh)
Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) bagian dari alat atau jaringan tubuh.
Posisi Anatomis
Tubuh manusia diproyeksikan menjadi suatu posisi yang dikenal sebagai posisi anatomis, yaitu berdiri tegak, ke dua lengan di samping tubuh, telapak tangan menghadap ke depan. Kanan dan kiri mengacu pada kanan dan kiri penderita.
BIDANG ANATOMIS
Dalam posisi seperti ini tubuh manusia dibagi menjadi beberapa bagian oleh 3 buah bidang khayal:
1. Bidang Medial; yang membagi tubuh menjadi kiri dan kanan
2. Bidang Frontal; yang membagi tubuh menjadi depan (anterior) dan bawah (posterior)
3. Bidang Transversal; yang membagi tubuh menjadi atas (superior) dan bawah (inferior)
Istilah lain yang juga dipergunakan adalah untuk menentukan suatu titik lebih dekat ke titik referensi (proximal) dan lebih jauh ke titik referensi (distal).
Pembagian tubuh manusia
Tubuh manusia dikelilingi oleh kulit dan diperkuat oleh rangka. Secara garis besar, tubuh manusia dibagi menjadi :
a. Kepala
Tengkorak, wajah, dan rahang bawah
b. Leher
c. Batang tubuh
Dada, perut, punggung, dan panggul
d. Anggota gerak atas
Sendi bahu, lengan atas, lengan bawah, siku, pergelangan tangan, tangan.
e. Anggota gerak bawah
Sendi panggul, tungkai atas, lutut, tungkai bawah, pergelangan kaki, kaki.
Rongga dalam tubuh manusia
Selain pembagian tubuh maka juga perlu dikenali 5 buah rongga yang terdapat di dalam tubuh yaitu :
a. Rongga tengkorak
Berisi otak dan bagian-bagiannya
b. Rongga tulang belakang
Berisi bumbung saraf atau “spinal cord”
c. Rongga dada
Berisi jantung dan paru
d. Rongga perut (abdomen)
Berisi berbagai berbagai organ pencernaan
Untuk mempermudah perut manusia dibagi menjadi 4 bagian yang dikenal sebagai kwadran sebagai berikut:
i. Kwadran kanan atas (hati, kandung empedu, pankreas dan usus)
ii. Kwadran kiri atas (organ lambung, limpa dan usus)
iii. Kwadran kanan bawah (terutama organ usus termasuk usus buntu)
iv. Kwadran kiri bawah (terutama usus).
e. Rongga panggul
Berisi kandung kemih, sebagian usus besar, dan organ reproduksi dalam
Sistem dalam tubuh manusia
Agar dapat hidup tubuh manusia memiliki beberapa sistem:
1. Sistem Rangka (kerangka/skeleton)
a. Menopang bagian tubuh
b. Melindungi organ tubuh
c. Tempat melekat otot dan pergerakan tubuh
d. Memberi bentuk bangunan tubuh
2. Sistem Otot (muskularis)
Memungkinkan tubuh dapat bergerak
3. Sistem pernapasan (respirasi)
Pernapasan bertanggung jawab untuk memasukkan oskigen dari udara bebas ke dalam darah dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh.
4. Sistem peredaran darah (sirkulasi)
Sistem ini berfungsi untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh.
5. Sistem saraf (nervus)
Mengatur hampir semua fungsi tubuh manusia. Mulai dari yang disadari sampai yang tidak disadari
6. Sistem pencernaan (digestif)
Berfungsi untuk mencernakan makanan yang masuk dalam tubuh sehingga siap masuk ke dalam darah dan siap untuk dipakai oleh tubuh
7. Sistem Klenjar Buntu (endokrin)
8. Sistem Kemih (urinarius)
9. Kulit
10. Panca Indera
11. Sistem Reproduksi
TINDAKAN PERTOLONGAN PERTAMA
Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya.
Langkah – langkah penilaian pada penderita
a. Penilaian Keadaan
b. Penilaian Dini
c. Pemeriksaan Fisik
d. Riwayat Penderita
e. Pemeriksaan Berkala atau Lanjut
f. Serah terima dan pelaporan
Penilaian keadaan
Penilaian keadaan dilakukan untuk memastikan situasi yang dihadapi dalam suatu upaya pertolongan. Sebagai penolong kita harus memastikan apa yang sebenarnya kita hadapai, apakah ada bahaya susulan atau hal yang dapat membahayakan seorang penolong. Ingatlah selalu bahwa seorang atau lebih sudah menjadi korban, jangan ditambah lagi dengan penolong yang menjadi korban. Keselamatan penolong adalah nomor satu.
Keamanan lokasi
Pelaku pertolongan pertama saat mencapai lokasi kejadian, haruslah tanggap dan dengan serta merta melakukan penilaian keadaan dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan seperti dibawah.
a. Bagaimana kondisi saat itu
b. Kemungkinan apa saja yang akan terjadi
c. Bagaimana mengatasinya
Setelah keadaan di atasi barulah kita mendekati dan menolong korban. Adakalanya kedua ini berjalan bersamaan.
Tindakan saat tiba di lokasi
Bila anda sudah memastikan bahwa keadaan aman maka tindakan selanjutnya adalah :
1. Memastikan keselamatan penolong, penderita, dan orang-orang di sekitar lokasi kejadian.
2. Penolong harus memperkenalkan diri, bila memungkinkan:
• Nama Penolong
• Nama Organisasi
• Permintaan izin untuk menolong dari penderita / orang
3. Menentukan keadaan umum kejadian (mekanisme cedera) dan mulai melakukan penilaian dini dari penderita.
4. Mengenali dan mengatasi gangguan / cedera yang mengancam nyawa.
5. Stabilkan penderita dan teruskan pemantauan.
6. Minta bantuan.
Sumber Informasi
Informasi tambahan mengenai kasus yang kita hadapi dapat diperoleh dari :
• Kejadian itu sendiri.
• Penderita (bila sadar).
• Keluarga atau saksi.
• Mekanisme kejadian.
• Perubahan bentuk yang nyata atau cedera yang jelas.
• Gejala atau tanda khas suatu cedera atau penyakit.
Melakukan Penilaian Dini
Penolong harus mampu segera mampu untuk mengenali dan mengatasi keadaan yang mengancam nyawa korban.
Langkah-langkah penilaian dini
a. Kesan umum
Seiring mendekati penderita, penolong harus mementukan apakah situasi penderita tergolong kasus trauma atau kasus medis.
Kasus Trauma – Mempunyai tanda – tanda yang jelas terlihat atau teraba.
Kasus Medis – Tanpa tanda – tanda yang terlihat atau teraba
b. Periksa Respon
Cara sederhana untuk mendapatkan gambaran gangguan yang berkaitan dengan otak penderitaTerdapat 4 tingkat Respons penderita
A = Awas
Penderita sadar dan mengenali keberadaan dan lingkungannya.
S = Suara
Penderita hanya menjawab/bereaksi bila dipanggil atau mendengar suara.
N = Nyeri
Penderita hanya bereaksi terhadap rangsang nyeri yang diberikan oleh penolong, misalnya dicubit, tekanan pada tulang dada.
T = Tidak respon
Penderita tidak bereaksi terhadap rangsang apapun yang diberikan oleh penolong. Tidak membuka mata, tidak bereaksi terhadap suara atau sama sekali tidak bereaksi pada rangsang nyeri.
c. Memastikan jalan napas terbuka dengan baik (Airway).
Jalan napas merupakan pintu gerbang masuknya oksigen ke dalam tubuh manusia. Apapaun usaha yang dilakukan, namun bila jalan napas tertutup semuanya akan gagal.
atau
- Pasien dengan respon
Cara sederhana untuk menilai adalah dengan memperhatikan peserta saat berbicara. Adanya gangguan jalan napas biasanya akan berakibat pada gangguan bicara.
- Pasien yang tidak respon
Pada penderita yang tidak respon, penolonglah yang harus mengambil inisiatif untuk membuka jalan napas. Cara membuka jalan napas yang dianjurkan adalah angkat dagu tekan dahi. Pastikan juga mulut korban bersih, tidak ada sisa makanan atau benda lain yang mungkin menyumbat saluran napas
d. Menilai pernapasan (Breathing)
Periksa ada tidaknya napas dengan jalan lihat, dengar dan rasakan, nilai selama 3 – 5 detik.
Pernapasan yang cukup baik
i. Dada naik dan turun secara penuh
ii. Bernapas mudah dan lancar
iii. Kualitas pernapasan normal
(<8 x/menit dewasa, <10 x/menit anak – anak, 20 x/menit bayi)
Pernapasan yang kurang baik
i. Dada tidak naik atau turun secara penuh
ii. Terdapat kesulitan bernapas
iii. Cyanosis (warna biru/abu – abu pada kulit, bibir, atau kuku)
iv. Kualitas pernapasan tidak normal
e. Menilai sirkulasi dan menghentikan perdarahan berat
Pastikan denyut jantung cukup baik Pastikan bahwa tidak ada perdarahan yang dapat mengancam nyawa yang tidak terlihat. Pakaian tebal dapat mengumpulkan darah dalam jumlah yang cukup banyak.
f. Hubungi bantuan
Mekanisme Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan rinci dan sistematis mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Tiga metode pemeriksaan fisik:
1. Penglihatan (Inspection)
2. Perabaan (Palpation)
3. Pendengaran (Auscultation)
Beberapa hal yang dapat dicari pada saat memeriksa korban :
P erubahan bentuk - (Deformities) bandingkan sisi sakit dengan yang sehat
L uka Terbuka - (Open Ijuries) biasanya terlihat adanya darah
N yeri - (Tenderness) daerah yang cedera lunak bila ditekan
B engkak - (Swelling) daerah yang cedera mengalami pembengkakan
Pemeriksaan fisik (Head to Toe)
Amati dan raba (menggunakan kedua tangan dan dengan tekanan), bandingkan (simetry), cium bau yang tidak biasa dan dengarkan (suara napas atau derit anggota tubuh), dalam urutan berikut:
1. Kepala
Ø Kulit Kepala dan Tengkorak
Ø Telinga dan Hidung
Ø Pupil Mata
Ø Mulut
2. Leher
3. Dada
Ø Periksa perubahan bentuk, luka terbuka, atau perubahan kekerasan
Ø Rasakan perubahan bentuk tulang rusuk sampai ke tulang belakang
Ø Lakukan perabaan pada tulang
4. Abdomen
Ø Periksa rigiditas (kekerasan)
Ø Periksa potensial luka dan infeksi
Ø Mungkin terjadi cedera tidak terlihat, lakukan perabaan
Ø Periksa adanya pembengkakan
5. Punggung
Ø Periksa perubahan bentuk pada tulang rusuk
Ø Periksa perubahan bentuk sepanjang tulang belakang
6. Pelvis
7. Alat gerak atas
8. Alat gerak bawah
Pemeriksaan tanda vital
1. Frekuensi nadi, termasuk kualitas denyutnya, kuat atau lemah, teratur atau tida
2. Frekuensi napas, juga apakah proses bernapas terjadi secara mudah, atau ada usaha bernapas, adakah tanda-tanda sesak napas.
3. Tekanan darah
Sistolik : 100 – 140 mmHg
Diastolik : 60 – 90 mmHg
4. Suhu, diperiksa suhu relatif pada dahi penderita. Periksa juga kondisi kulit: kering, berkeringat, kemerahan, perubahan warna dan lainnya. (suhu normal : 37 derajat Celcius)
Denyut Nadi Normal :
Bayi : 120 – 150 x/menit
Anak : 80 – 150 x/menit
Dewasa : 60 – 90 x/menit
Frekuensi Pernapasan Normal:
Bayi : 25 – 50 x/ menit
Anak : 15 – 30 x/ menit
Dewasa : 12 – 20 x/ menit
Riwayat Penderita
Mengingat wawancara yang dilakukan dapat berkembang sangat luas, untuk membantu digunakan akronim : KOMPAK
K = Keluhan Utama (gejala dan tanda)
sesuatu yang sangat dikeluhkan penderita
O = Obat-obatan yang diminum.
Pengobatan yang sedang dijalani penderita atau obat yang baru saja diminum atau obat yang seharusnya diminum namun ternyata belum diminum.
M = Makanan/minuman terakhir
Peristiwa ini mungkin menjadi dasar terjadinya kehilangan respon pada penderita. Selain itu data ini juga penting untuk diketahui bila ternyata penderita harus menjalani pembedahan kemudian di rumah sakit.
P = Penyakit yang diderita
Riwayat penyakit yang diderita atau pernah diderita yang mungkin berhubungan dengan keadaan yang dialami penderita pada saat ini, misalnya keluhan sesak napas dengan riwayat gangguan jantung 3 tahun yang lalu.
A = Alergi yang dialami.
Perlu dicari apakah penyebab kelainan pada pasien ini mungkin merupakan suatu bentuk alergi, biasanya penderita atau keluarganya sudah mengetahuinya
K = Kejadian.
Kejadian yang dialami korban, sebelum kecelakaan atau sebelum timbulnya gejala dan tanda penyakit yang diderita saat ini.
Wawancara ini dapat dilakukan sambil memeriksa korban, tidak perlu menunggu sampai pemeriksaan selesai dilakukan.
Pemeriksaan Berkelanjutan
Setelah selesai melakukan pemeriksaan dan tindakan, selanjutnya lakukan pemeriksaan berkala, sesuai dengan berat ringannya kasus yang kita hadapi.
Pada kasus yang dianggap berat, pemeriksaan berkala dilakukan setiap 5 menit, sedangkan pada kasus yang ringan dapat dilakukan setiap 15 menit sekali.
Beberapa hal yang dapat dilakukan pada pemeriksaan berkala adalah :
1. Keadaan respon
2. Nilai kembali jalan napas dan perbaiki bila perlu
3. Nilai kembali pernapasan, frekuensi dan kualitasnya
4. Periksa kembali nadi penderita dan bila perlu lakukan secara rinci bila waktu memang tersedia.
5. Nilai kembali keadaan kulit : suhu, kelembaban dan kondisinya Periksa kembali dari ujung kepala sampai ujung kaki, mungkin ada bagian yang terlewat atau membutuhkan pemeriksaan yang lebih teliti.
6. Periksa kembali secara seksama mungkin ada bagian yang belum diperiksa atau sengaja dilewati karena melakukan pemeriksaan terarah.
7. Nilai kembali penatalaksanaan penderita, apakah sudah baik atau masih perlu ada tindakan lainnya. Periksa kembali semua pembalutan, pembidaian apakah masih cukup kuat, apakah perdarahan sudah dapat di atasi, ada bagian yang belum terawat.
8. Pertahankan komunikasi dengan penderita untuk menjaga rasa aman dan nyaman
Pelaporan dan Serah terima
Biasakanlah untuk membuat laporan secara tertulis. Laporan ini berguna sebagai catatan anda, PMI dan bukti medis.
Hal-hal yang sebaiknya dilaporkan adalah :
• Umur dan jenis kelamin penderita
• Keluhan Utama
• Tingkat respon
• Keadaan jalan napas
• Pernapasan
• Sirkulasi
• Pemeriksaan Fisik yang penting
• KOMPAK yang penting
• Penatalaksanaan
• Perkembangan lainnya yang dianggap penting
Bila ada formulirnya sertakan form laporan ini kepada petugas yang mengambil alih korban dari tangan anda.
Serah terima dapat dilakukan di lokasi, yaitu saat tim bantuan datang ke tempat anda, atau anda yang mendatangi fasilitas kesehatan.
BANTUAN HIDUP DASAR
Sistem pernapasan dan sirkulasi
a. Sistem pernapasan, fungsi :
Ø Mengambil oksigen
Ø Mengeluarkan CO2
Ø Menghangatkan dan melembabkan udara ( hidung )
Susunan saluran napas :
i. Mulut/hidung
ii. Faring
iii. Larings
iv. Trakea
v. Bronkus
vi. Bronkiolus
vii. Alveolus (tempat pertukaran O2 dan CO2 di paru-paru).
b. Sistem sirkulasi, fungsi :
Ø Alat angkut : O2, CO2, zat nutrisi, zat sampah.
Ø Pertahanan tubuh terhadap penyakit dan racun
Ø Mengedarkan panas ke seluruh tubuh
Ø Membantu membekukan darah bila terjadi luka
Sistem sirkulasi, terdiri dari :
i. Jantung
ii. Pembuluh darah ( arteri, vena, kapiler )
iii. Darah dan komponennya ( sel darah merah, sel darah putih, keping darah, plasma )
iv. Saluran limfe
Pengertian mati klinis dan mati biologis
Mati klinis :
Tidak ditemukan adanya pernapasan dan denyut nadi, bersifat reversibel, penderita punya kesempatan waktu 4-6 menit untuk dilakukan resusitasi tanpa kerusakan otak.
Mati biologis :
Biasanya terjadi dalam waktu 8-10 menit dari henti jantung, dimulai dengan kematian sel otak, bersifat irreversibel. (kecuali berada di suhu yang ekstrim dingin, pernah dilaporkan melakukan resusitasi selama 1 jam/ lebih dan berhasil).
Tanda-tanda pasti mati :
a. Lebam mayat
b. Kaku mayat
c. Pembusukan
d. Tanda lainnya : cedera mematikan.
4 komponen rantai survival
a. Kecepatan dalam permintaan bantuan
b. Resusitasi jantung paru ( RJP )
c. Defibrilasi
d. Pertolongan hidup lanjut
3 komponen Bantuan Hidup Dasar
a. A (Airway Control) : penguasan jalan napas
b. B (Breathing Support) : bantuan pernapasan
c. C (Circulatory Suport) : bantuan sirkulasi (pijatan jantung luar) dan menghentikan perdarahan besar.
2 macam penyebab utama sumbatan jalan napas
Ø Lidah (pada orang dewasa yang tidak ada respon)
Ø Benda asing (pada bayi dan anak kecil )
2 macam cara membuka jalan napas
Ø Teknik angkat dagu-tekan dahi (bila tidak ada trauma kepala,leher, tulang belakang).
Ø Perasat pendorongan rahang bawah (jaw thrust maneuver)
Cara memeriksa napas
Dengan cara LDR (lihat, dengar, rasakan) selama 3-5 detik.
2 teknik untuk membersihkan jalan napas
Ø Menempatkan posisi pemulihan
Ø Sapuan jari
Mengenali sumbatan jalan napas
Ø Sumbatan parsial : penderita berupaya untuk bernapas, mungkin disertai bunyi napas tambahan seperti mengirik, mengorok, kumur, dll.
Ø Sumbatan total : penderita sulit bernapas dan akhirnya akan kehilangan kesadaran
Cara mengatasi sumbatan jalan napas pada berbagai penderita
Sumbatan jalan napas total dapat diatasi dengan Perasat Heimlich (Heimlich Manuveur), yaitu :
Ø Hentakan perut : letak kompresi pada pertengahan antara pertemuan iga kanan/kiri dengan pusar.
Ø Hentakan dada : letak kompresi pada pertengahan tulang dada
Prinsip dasar bantuan pernapasan
2 Teknik bantuan pernapasan :
i. Menggunakan mulut penolong:
Ø mulut ke masker RJP
Ø mulut ke APD
Ø mulut ke mulut/ hidung
ii. Menggunakan alat bantu: kantung masker berkatup (BVM/Bag Valve Mask)
Bahaya bagi penolong dalam pemberian napas dari mulut ke mulut ;
Ø penyebaran penyakit
Ø kontaminasi bahan kimia
Ø muntahan penderita
Frekwensi pemberian napas buatan untuk masing-masing kelompok umur penderita.
Ø Dewasa : 10-12 x pernapasan/ menit, masing-masing 1,5-2 detik
Ø Anak(1-8 th) : 20 x pernapasan/ menit, masing-masing 1-1,5 detik
Ø Bayi (0-1 th) : lebih dari 20 x pernapasan/ menit, masing-masing 1-1,5 detik
Ø Bayi baru lahir : 40 x pernapasan/ menit, masing-masing 1-1,5 detik
Tanda pernapasan adekuat, kurang adekuat dan tidak bernapas
i. Tanda pernapasan adekuat :
Ø Dada dan perut naik turun sirama dengan pernapasan
Ø Penderita tampak nyaman
Ø Frekuensi cukup ( 12-20x/menit )
ii. Tanda pernapasan kurang adekuat :
Ø Gerakan dada kurang baik
Ø Ada suara napas tambahan
Ø Kerja oto bantu napas
Ø Sianosis ( kulit kebiruan )
Ø Frekuensi napas kurang/ berlebih
Ø Perubahan status mental
iii. Tanda tidak bernapas :
Ø Tidak ada gerakan dada/ perut
Ø Tidak terdengar aliran udara melalui mulut/ hidung
Ø Tidak terasa hembusan napas dari mulut/ hidung.
Prinsip dasar Bantuan Sirkulasi
Bantuan sirkulasi dilakukan dengan pijatan jantung luar, kedalaman PJL :
Ø Dewasa : 4 – 5 cm
Ø Anak dan bayi : 3 – 4 cm
Ø Bayi : 1,5 – 2,5 cm
Prinsip Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Tindakan RJP merupakan gabungan dari ketiga komponen A, B, dan C.
Sebelum melakukan RJP, penolong harus memastikan :
Ø Tidak ada respon
Ø Tidak ada napas
Ø Tidak ada nadi
Ø Alas RJP harus keras dan datar
a. 2 macam rasio pada RJP
i. Dewasa dikenal 2 rasio :
Ø 2 penolong : 15:2 (15 kali PJL, 2 kali tiupan) per siklus
Ø 1 penolong : 5:1 (5 kali PJL, 1 kali tiupan) per silkus
ii. Anak dan bayi hanya dikenal 1 rasio : 5:1 ( 5 kali PJL, 1 kali tiupan ) per silkus
b. Prinsip penekanan pada Pijatan Jantung Luar
Pijatan jantung luar bisa dilakukan karena jantung terletak diantara tulang dada dan tulang punggung.
Letak titik pijatan pada PJL :
i. Dewasa : 2 jari diatas pertemuan iga terbawah kanan/kiri, menggunakan 2 tangan.
ii. Anak : 2 jari diatas pertemuan iga terbawah kanan/kiri, menggunakan 1 tangan.
iii. Bayi : 1 jari dibawah garis imajiner antara kedua puting susu bayi, menggunakan 2 jari ( jari tengah dan jari manis)
c. 6 tanda RJP dilakukan dengan baik
i. Saat melakukan PJL, suruh seseorang menilai nadi karotis, bila ada denyut maka berarti tekanan kita cukup baik.
ii. Gerakan dada naik/turun dengan baik saat memberikan bantuan napas.
iii. Reaksi pupil mata mungkin kembali normal
iv. Warna kulit penderita berangsu-angsur kembali membaik
v. Mungkin ada reflek menelan dan bergerak
vi. Nadi akan berdenyut kembali
d. 5 macam komplikasi yang dapat terjadi pada RJP
i. Patah tulang dada/ iga
ii. Bocornya paru-paru ( pneumothorak)
iii. Perdarahan dalam paru-paru/ rongga dada ( hemothorak )
iv. Luka dan memar pada paru-paru
v. Robekan pada hati
e. 4 keadaan dimana tindakan RJP di hentikan
i. penderita pulih kembali
ii. penolong kelelahan
iii. diambil alih oleh tenaga yang sama atau yang lebih terlatih
iv. jika ada tanda pasti mati
f. Kesalahan pada RJP dan akibatnya
KESALAHAN AKIBAT
Penderita tdk berbaring pd bidang keras PJL kurang efektif
Penderita tidak horisontal Bila kepala lbh tinggi, darah yg ke otak berkurang
Tekan dahi angkat dagu, kurang baik Jalan napas terganggu
Kebocoran saat melakukan napas buatan Napas buatan tidak efektif
Lubang hidung kurang tertutup rapat dan mulut penderita kurang terbuka saat pernapasan buatan Napas buatan tidak efektif
Tekanan terlalu dalam/ terlalu cepat Patah tulang, luka dalam paru-paru
Rasio PJL dan napas buatan tidak baik Oksigenasi darah kurang
PERDARAHAN
Pengertian Perdarahan
Sistem peredaran darah yang terdiri dari 3 komponen utama yaitu jantung, pembuluh darah dan darah. Dalam tubuh manusia darah relatif selalu berada dalam pembuluh darah kecuali pada saat masuk dalam jaringan untuk melakukan pertukaran bahan makanan dan oksigen dengan zat sisa pembakaran tubuh dan karbondioksida.
Jantung
Bagian sebelah kiri menerima darah yang kaya dengan oksigen setelah diproses dari paru – paru untuk selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh.
Bagian sebelah kanan menerima darah dari tubuh dan meneruskan ke paru – paru untuk kembali diperkaya dengan oksigen.
Arteri/Pembuluh Nadi
Adalah pembuluh darah yang mengangkut darah yang kaya dengan oksigen ke seluruh tubuh. Darah yang keluar berwarna merah segar dan memancar
Vena/Pembuluh Balik
Adalah pembuluh darah yang mengangkut darah dari seluruh tubuh kembali ke jantung. Darah yang keluar mengalir dan berwarna merah gelap
Kapiler/Pembuluh Rambut
Arteri akan terbagi – bagi menjadi pembuluh yang lebih kecil sehingga dapat mencapai hingga lebih dekat dengan kulit. Darah yang keluar sangat sedikit dan kadang hanya berupa titik-titik perdarahan
Denyut
Dapat dirasakan dengan mudah pada daerah dimana Arteri/Pembuluh Nadi berada dekat dengan kulit.
Lokasi pengecekan denyut yang paling mudah:
1. Radial – Berada di pergelangan tangan
2. Carotid – Berada di leher
3. Femoral – Berada di lipatan paha
4. Bracial – Berada di lipatan ketiak / lengan atas
Setiap kali jantung berdetak, anda dapat merasakan denyutnya pada sistem arteri.
Sumber Perdarahan
Perdarahan terjadi apabila darah keluar dari pembuluh darah oleh berbagai sebab seperti cedera atau penyakit.
Berdasarkan sumber perdarahan:
a. Perdarahan nadi
b. Perdarahan pembuluh balik
c. Perdarahan pembuluh rambut
Jenis Perdarahan
Perdarahan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
Perdarahan luar (terbuka), bila kulit juga cedera sehingga darah bisa keluar dari tubuh dan terlihat ada di luar tubuh.
Perdarahan dalam (tertutup), jika kulit tidak rusak sehingga darah tidak bisa mengalir langsung keluar tubuh.
Perdarahan yang harus segera ditangani adalah perdarahan yang dapat mengancam nyawa.
Perdarahan luar
Untuk membantu memperkirakan berapa banyak darah yang telah keluar dari tubuh penderita, hal yang dipakai adalah keluhan korban dan tanda vital. Bila keluhan korban sudah mengarah ke gejala dan tanda syok seperti yang dibahas dalam topik ini maka penolong wajib mencurigai bahwa kehilangan darah terjadi dalam jumlah yang cukup banyak.
Perawatan untuk Perdarahan luar
a. Tekanan Langsung
b. Elevasi
c. Titik Tekan
d. Immobilisasi
Menggunakan Torniket
Torniket hanya digunakan dalam keadaan gawat darurat dimana tidak ada cara lain utnuk menghentikan perdarahan. Torniket diaplikasikan sedekat mungkin dengan titik perdarahan.
Perdarahan dalam
Perdarahan dalam dapat berkisar dari skala kecil hingga yang mengancam jiwa penderita. Kehilangan darah tidak dapat diamati pada perdarahan dalam.
Gejala dan Tanda Perdarahan Dalam
Beberapa tanda perdarahan dalam dapat diidentifikasi. Beberapa adalah sbb.:
a. Batuk darah berwarna merah muda
b. Memuntahkan darah berwarna gelap (seperti ampas kopi)
c. Terdapat memar
d. Bagian Abdomen terasa lunak
Perawatan untuk Perdarahan dalam
Ingatlah untuk menggunakan standard universal, amankan lokasi kejadian dan hubungi tenaga terlatih.
a. Jaga jalan napas tetap terbuka dan berikan oksigen sesuai peraturan
b. Pertahankan panas tubuh penderita, tapi jangan sampai kepanasan
c. Atasi Syok
d. Pindahkan penderita secepatnya
Laporkan kemungkinan adanya perdarahan dalam kepada tenaga terlatih segera setelah mereka tiba di lokasi.
Bahaya lain pada perdarahan adalah kemungkinan terjadinya penularan penyakit. Banyak kuman penyakit bertahan hidup di dalam darah manusia, sehingga bila darah korban ini bisa masuk kedalam tubuh penolong maka ada kemungkinan penolong dapat tertular penyakit.
Perdarahan dalam harus dicurigai pada beberapa keadaan seperti :
1. Riwayat benturan benda tumpul yang kuat
2. Memar
3. Batuk darah
4. Muntah darah
5. Buang air besar atau air kecil berdarah
6. Luka tusuk
7. Patah tulang tertutup
8. Nyeri tekan, kaku atau kejang dinding perut
Perawatan Perdarahan
1. Perlindungan terhadap infeksi pada penanganan perdarahan
a. Pakai APD agar tidak terkena darah atau cairan tubuh korban.
b. Jangan menyentuh mulut, hidung, mata, makanan sewaktu memberi perawatan
c. Cucilah tangan segera setelah selesai merawat
d. Dekontaminasi atau buang bahan yang sudah ternoda dengan darah atau cairan tubuh korban.
1. Pada perdarahan besar:
a. Jangan buang waktu mencari penutup luka
b. Tekan langsung dengan tangan (sebaiknya menggunakan sarung tangan) atau dengan bahan lain.
c. Bila tidak berhenti maka tinggikan bagian tersebut lebih tinggi dari jantung (hanya pada alat gerak), bila masih belum berhenti maka lakukan penekanan pada titik-titik tekan.
d. Pertahankan dan tekan cukup kuat.
e. Pasang pembalutan penekan
1. Pada perdarahan ringan atau terkendali :
a. Gunakan tekanan langsung dengan penutup luka
b. Tekan sampai perdarahan terkendali
c. Pertahankan penutup luka dan balut
d. Sebaiknya jangan melepas penutup luka atau balutan pertama
1. Perdarahan dalam atau curiga ada perdarahan dalam
a. Baringkan dan istirahatkan penderita
b. Buka jalan napas dan pertahankan
c. Periksa berkala pernapasan dan denyut nadi
d. Perawatan syok bila terjadi syok atau diduga akan menjadi syok
e. Jangan beri makan dan minum
f. Rawatlah cedera berat lainnya bila ada
g. Rujuk ke fasilitas kesehatan
SYOK
Syok terjadi bila sistem peredaran darah (sirkulasi) gagal mengirimkan darah yang mengandung oksigen dan bahan nutrisi ke alat tubuh yang penting (terutama otak, jantung dan paru-paru).
Penyebab
Ø Kegagalan jantung memompa darah
Ø Kehilangan darah dalam jumlah besar
Ø Pelebaran ( dilatasi ) pembuluh darah yang luas, sehingga darah tidak dapat mengisinya dengan baik
Ø Kekurangan cairan tubuh yang banyak misalnya diare.
Gejala dan tanda syok
Ø Nadi cepat dan lemah
Ø Napas cepat dan dangkal
Ø Kulit pucat,dingin dan lembab
Ø Sering kebiruan pada bibir dan cuping telinga
Ø Haus
Ø Mual dan muntah
Ø Lemah dan pusing
Ø Merasa seperti mau kiamat, gelisah
Penanganan syok
Ø Bawa penderita ke tempat teduh dan aman
Ø Tidurkan telentang, tungkai ditinggikan 20 – 30 cm bila tidak ada kecurigaan patah tulang belakang atau patah tungkai. Bila menggunakan papan spinal atau tandu maka angkat bagian kaki.
Ø Pakaian penderita dilonggarkan
Ø Cegah kehilangan panas tubuh dengan beri selimut penutup
Ø Tenangkan penderita
Ø Pastikan jalan napas dan pernapasan baik.
Ø Kontrol perdarahan dan rawat cedera lainnya bila ada
Ø Jangan beri makan dan minum.
Ø Periksa berkala tanda vital secara berkala
Ø Rujuk ke fasilitas kesehatan
CEDERA JARINGAN LUNAK
Pengertian
Cedera jaringan lunak adalah cedera yang melibatkan jaringan kulit, otot, saraf atau pembuluh darah akibat suatu ruda paksa. Keadaan ini umumnya dikenal dengan istilah luka. Beberapa penyulit yang dapat terjadi adalah perdarahan, kelumpuhan serta berbagai gangguan lainnya sesuai dengan penyebab dan beratnya cedera yang terjadi.
Klasifikasi Luka
Luka secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Luka terbuka
Cedera jaringan lunak disertai kerusakan / terputusnya jaringan kulit yaitu rusaknya kulit dan bisa disertai jaringan di bawah kulit.
b. Luka tertutup
Cedera jaringan lunak tanpa kerusakan/terputusnya jaringan kulit, yang rusak hanya jaringan di bawah kulit.
Pembagian ini tidak menjadi penentu berat ringannya suatu cedera.
Luka Terbuka
Luka terbuka dapat ditemukan dalam berbagai bentuk diantaranya :
a. Luka lecet
Terjadi biasanya akibat gesekan dengan permukaan yang tidak rata
b. Luka robek
Luka ini memiliki ciri tepi yang tidak beraturan, biasanya terjadi akibat tumbukan dengan benda yang relatif tumpul. Merupakan luka yang paling banyak ditemukan.
c. Luka sayat
Diakibatkan oleh benda tajam yang mengenai tubuh manusia. Bentuk lukanya biasanya rapi. Sering merupakan kasus kriminal
d. Luka tusuk
Terjadi bila benda yang melukai bisa masuk jauh ke dalam tubuh, biasanya kedalaman luka jauh dibandingkan lebar luka. Bahayanya alat dalam tubuh mungkin terkena.
e. Luka avulsi
Luka ini ditandai dengan bagian tubuh yang terlepas, namun masih ada bagian yang menempel.
f. Luka amputasi
Bagian tubuh tertentu putus.
Luka Tertutup
Luka tertutup yang sering ditemukan adalah :
a. Luka memar
Terjadi akibat benturan dengan benda tumpul, biasanya terjadi di daerah permukaan tubuh, darah keluar dari pembuluh dan terkumpul di bawah hulit sehingga bisa terlihat dari luar berupa warna merah kebiruan
b. Hematoma (darah yang terkumpul di jaringan)
Prinsipnya sama dengan luka memar tetapi pembuluh darah yang rusak berada jauh di bawah permukaan kulit dan biasanya besar, sehingga yang terlihat adalah bengkak, biasanya besar yang kemerahan.
c. Luka remuk
Terjadi akibat himpitan gaya yang sangat besar. Dapat juga menjadi luka terbuka. Biasanya tulang menajadi patah di beberapa tempat.
Penutup dan Pembalut Luka
Penutup luka
1. Membantu mengendalikan perdarahan
2. Mencegah kontaminasi lebih lanjut
3. Mempercepat penyembuhan
4. Mengurangi nyeri
Mekanisme Penutupan luka
Ø Penutup luka harus meliputi seluruh permukaan luka.
Ø Upayakan permukaan luka sebersih mungkin sebelum menutup luka, kecuali bila luka disertai perdarahan, maka prioritasnya adalah menghentikan perdarahan tersebut.
Ø Pemasangan penutup luka harus dilakukan sedemikian rupa sehingga permukaan penutup yang menempel pada bagian luka tidak terkontaminasi
Pembalut
Pembalut adalah bahan yang digunakan untuk mempertahankan penutup luka. Bahan pembalut dibuat dari bermacam materi kain.
Fungsi pembalut
1. Penekanan untuk membantu menghentikan perdarahan.
2. Mempertahankan penutup luka pada tempatnya.
3. Menjadi penopang untuk bagian tubuh yang cedera.
Pemasangan yang baik akan membantu proses penyembuhan.
Beberapa jenis pembalut
Ø Pembalut pita/gulung.
Ø Pembalut segitiga (mitela), Funda
Ø Pembalut penekan.
Pembalutan
Ø Jangan memasang pembalut sampai perdarahan terhenti, kecuali pembalutan penekanan untuk menghentikan perdarahan.
Ø Jangan membalut terlalu kencang atau terlalu longgar.
Ø Jangan biarkan ujung bahan terurai, karena dapat tersangkut pada saat memindahkan korban
Ø Bila membalut luka yang kecil sebaiknya daerah yang dibalut lebih lebar untuk menambah luasnya permukaan yang mengalami tekanan diperluas sehingga mencegah terjadinya kerusakan jaringan.
Ø Jangan menutupi ujung jari, bagian ini dapat menjadi petunjuk apabila pembalutan kita terlalu kuat yaitu dengan mengamati ujung jari. Bila pucat artinya pembalutan terlalu kuat dan harus diperbaiki.
Ø Khusus pada anggota gerak pembalutan dilakukan dari bagian yang jauh lebih dahulu lalu mendekati tubuh.
Ø Lakukan pembalutan dalam posisi yang diinginkan, misalnya untuk pembalutan sendi jangan berusaha menekuk sendi bila dibalut dalam keadaan lurus.
Penggunaan penutup luka penekan dan pembalut
Kombinasi penutup luka dan pembalut dapat juga dipakai untuk membantu melakukan tekanan langsung pada kasus perdarahan. Langkah-langkahnya :
1. Tempatkan beberapa penutup luka kasa steril langsung atas luka dan tekan.
2. Beri bantalan penutup luka.
3. Gunakan pembalut rekat, menahan penutup luka.
4. Balut.
5. Periksa denyut nadi ujung bawah daerah luka (distal).
Perawatan luka Terbuka
1. Pastikan daerah luka terlihat
2. Bersihkan daerah sekitar luka
3. Kontrol perdarahan bila ada
4. Cegah kontaminasi lanjut
5. Beri penutup luka dan balut
6. Baringkan penderita bila kehilangan banyak darah dan lukanya cukup parah
7. Tenangkan penderita
8. Atasi syok bila ada, bila perlu rawat pada posisi syok walau syok belum terjadi
9. Rujuk ke fasilitas kesehatan
Perawatan Luka Tertutup
Lakukan perawatan seperti halnya terjadi perdarahan dalam
Khusus untuk luka memar dapat dilakukan pertolongan sebagai berikut :
Ø Berikan kompres dingin (misalnya kantung es)
Ø Balut tekan
Ø Istirahatkan anggota gerak tersebut
Ø Tinggikan anggota gerak tersebut
Bila ada kecurigaan perdarahan besar maka sebaiknya pederita dirawat seperti syok.
Perawatan luka dengan benda asing menancap
Langkah-langkah perawatan luka yang disertai dengan menancapnya benda asing adalah sebagai berikut:
1. Stabilkan benda yang menancap secara manual.
2. Jangan dicabut. Benda asing yang menancap tidak pernah boleh dicabut
3. Bagian yang luka dibuka sehingga terlihat dengan jelas.
4. Kendalikan perdarahan, hati-hati jangan sampai menekan benda yang menancap
5. Stabilkan benda asing tersebut dengan menggunakan penutup luka tebal, atau berbagai variasi misalnya pembalut donat, pembalut gulung dan lain-lainnya.
6. Rawat syok bila ada
7. Jaga pasien tetap istirahat dan tenang.
8. Rujuk ke fasilitas kesehatan.
CEDERA SISTEM OTOT RANGKA
Cedera Otot Rangka
Alat gerak yang terdiri dari tulang, sendi, jaringan ikat dan otot pada manusia sangat penting. Setiap cedera atau gangguan yang terjadi pada sistem ini akan mengakibatkan terganggunya pergerakan seseorang untuk sementara atau selamanya.
Gangguan yang paling sering dialami pada cedera otot rangka adalah Patah tulang. Pengertian patah tulang ialah terputusnya jaringan tulang, baik seluruhnya atau hanya sebagian saja.
Penyebab
Pada dasarnya tulang itu merupakan benda padat, namun masih sedikit memiliki kelenturan. Bila teregang melampau batas kelenturannya maka tulang tersebut akan patah.
Cedera dapat terjadi sebagai akibat :
1. Gaya langsung.
Tulang langsung menerima gaya yang besar sehingga patah.
2. Gaya tidak langsung.
Gaya yang terjadi pada satu bagian tubuh diteruskan ke bagian tubuh lainnya yang relatif lemah, sehingga akhirnya bagian lain iilah yang patah. Bagian yang menerima benturan langsung tidak mengalami cedera berarti
3. Gaya puntir.
Selain gaya langsung, juga tulang dapat menerima puntiran atau terputar sampai patah. Ini sering terjadi pada lengan.
Mekanisme terjadinya cedera harus diperhatikan pada kasus-kasus yang berhubungan dengan patah tulang. Ini dapat memberikan gambaran kasar kepada kita seberapa berat cedera yang kita hadapi.
Gejala dan tanda patah tulang
Mengingat besarnya gaya yang diterima maka kadang kasus patah tulang gejalanya dapat tidak jelas. Beberapa gejala dan tanda yang mungkin dijumpai pada patah tulang :
1. Perubahan bentuk pada anggota badan yang patah. Seing merupakan satu-satunya tanda yang terlihat. Cara yang paling baik untuk menentukannya adalah dengan membandingkannya dengan sisi yang sehat.
2. Nyeri di daerah yang patah dan kaku pada saat ditekan atau bila digerakkan.
3. Bengkak, disertai memar / perubahan warna di daerah yang cedera.
4. Terdengar suara berderak pada daerah yang patah (suara ini tidak perlu dibuktikan dengan menggerakkan bagian cedera tersebut).
5. Mungkin terlihat bagian tulang yang patah pada luka.
Pembagian Patah Tulang
Berdasarkan kedaruratannya patah tulang dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Patah tulang terbuka
2. Patah tulang tertutup
Yang membedakannya adalah lapisan kulit di atas bagian yang patah. Pada patah tulang terbuka, kulit di permukaan daerah yang patah terluka. Pada kasus yang berat bagian tulang yang patah terlihat dari luar. Perbedaannya adalah jika ada luka maka kuman akan dengan mudah sampai ke tulang, sehingga dapat terjadi infeksi tulang. Patah tulang terbuka termasuk kedaruratan segera.
Pembidaian
Penanganan patah tulang yang paling utama adalah dengan melakukan pembidaian. Pembidaian adalah berbagai tindakan dan upaya untuk mengistirahatkan bagian yang patah.
Tujuan pembidaian
1. Mencegah pergerakan/pergeseran dari ujung tulang yang patah.
2. Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah.
3. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah.
4. Mengurangi rasa nyeri.
5. Mempercepat penyembuhan
Beberapa macam jenis bidai :
1. Bidai keras.
Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di lapangan.
Contoh : bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.
2. Bidai traksi.
Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha.
Contoh : bidai traksi tulang paha
3. Bidai improvisasi.
Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang. Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan improvisasi si penolong.
Contoh : majalah, koran, karton dan lain-lain.
4. Gendongan/Belat dan bebat.
Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitela (kain segitiga) dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cedera.
Contoh : gendongan lengan.
Pedoman umum pembidaian
Membidai dengan bidai jadi ataupun improvisasi, haruslah tetap mengikuti pedoman umum.
1. Sedapat mungkin beritahukan rencana tindakan kepada penderita.
2. Sebelum membidai paparkan seluruh bagian yang cedera dan rawat perdarahan bila ada.
3. Selalu buka atau bebaskan pakaian pada daerah sendi sebelum membidai, buka perhiasan di daerah patah atau di bagian distalnya.
4. Nilai gerakan-sensasi-sirkulasi (GSS) pada bagian distal cedera sebelum melakukan pembidaian.
5. Siapkan alat-alat selengkapnya.
6. Jangan berupaya merubah posisi bagian yang cedera. Upayakan membidai dalam posisi ketika ditemukan.
7. Jangan berusaha memasukkan bagian tulang yang patah.
8. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang diukur lebih dulu pada anggota badan penderita yang sehat.
9. Bila cedera terjadi pada sendi, bidai kedua tulang yang mengapit sendi tersebut. Upayakan juga membidai sendi distalnya.
10. Lapisi bidai dengan bahan yang lunak, bila memungkinkan.
11. Isilah bagian yang kosong antara tubuh dengan bidai dengan bahan pelapis.
12. Ikatan jangan terlalu keras dan jangan longgar.
13. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sendi yang banyak bergerak, kemudian sendi atas dari tulang yang patah.
14. Selesai dilakukan pembidaian, dilakukan pemeriksaan GSS kembali, bandingkan dengan pemeriksaan GSS yang pertama.
15. Jangan membidai berlebihan.
LUKA BAKAR
Sebab :
v Panas
v Kimia
v Listrik
v Radiasi
PENGGOLONGAN
Berdasarkan dalamnya luka bakar dibagi menjadi :
1. Luka bakar superfisial (derajat satu)
Hanya meliputi lapisan kulit yang paling atas saja (epidermis).
Ditandai dengan kemerahan, nyeri dan kadang-kadang bengkak
2. Luka bakar derajat dua (sedikit lebih dalam)
Meliputi lapisan paling luar kulit yang rusak dan lapisan dibawahnya terganggu. Luka bakar jenis ini paling sakit , ditandai dengan gelembung-gelembung pada kulit berisi cairan, bengkak, kulti kemerahan atau putih, lembab dan rusak.
3. Luka bakar derajat tiga
Lapisan yang terkena tidak terbatas, bahkan dapat sampai ke tulang dan organ dalam. Luka bakar ini paling berat dan ditandai dengan kulit biasanya kering, pucat atau putih, namun dapat juga gosong dan hitam.Dapat diikuti dengan mati rasa karena kerusakan saraf. Daerah disekitarnya nyeri. Berbeda dengan derajat satu dan dua luka bakar derajat tiga tidak menimbulkan nyeri
Luas luka bakar
Cara lain untuk menghitung luas luka bakar adalah membandingkannya dengan luas telapak tangan korban. Telapak tangan korban dianggap memiliki luas 1% luas permukaan tubuh.
Perlu diingat bahwa perhitungan luas luka bakar dihitung berdasarkan masing-masing derajat luka bakar.
DERAJAT BERAT LUKA BAKAR
Derajat berat luka bakar ditentukan oleh dua faktor utama yaitu luasnya permukaan tubuh yang mengalami luka bakar dan lokasinya.
Luka bakar ringan
• Luka bakar derajat tiga kurang dari 2% luas, kecuali pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas
• Luka bakar derajat dua kurang dari 15%
• Luka bakar derajat satu kurang dari 50%
Luka bakar sedang
• Luka bakar derajat tiga antara 2% sampai 10%, kecuali pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas
• Luka bakar derajat dua antara 15% sampai 30%
• Luka bakar derajat satu lebih dari 50%
Luka bakar berat
• Semua luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas, cedera jaringan lunak dan cedera tulang
• Luka bakar derajat dua atau tiga pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas
• Luka bakar derajat tiga di atas 10%
• Luka bakar derajat dua lebih dari 30%
• Luka bakar yang disertai cedera alat gerak
• Luka bakar mengelilingi alat gerak
Beberapa penyulit pada luka bakar adalah :
1. Usia penderita, biasanya mereka dengan usia kurang dari 5 tahun atau lebih dari 55 tahun. Penanganan kelompok usia ini biasanya lebih sulit.
2. Adanya penyakit penyerta. Proses penatalaksanaan sering menjadi sukar dan berkepanjangan.
Penatalaksanaan Penanganana luka bakar
• Keamanan keadaan
• Keamanan penolong dan orang lain
1. Hentikan proses luka bakarnya. Alirkan air dingin pada bagian yang terkena. Bila ada bahan kimia alirkan air terus menerus sekurang-kurangnya selama 20 menit
2. Buka pakaian dan perhiasan
3. Lakukan penilaian dini
4. Berikan pernapasan buatan bila perlu
5. Tentukan derajat berat dan luas luka bakar
6. Tutup luka bakar dengan penutup luka dan pembalut longgar, jangan memecahkan gelembungnya. Bila yang terbakar adalah jari-jari maka balut masing-masing jari tersendiri
7. Upayakan penderita senyaman mungkin
EVAKUASI
MEKANIKA TUBUH
Penggunaan tubuh dengan baik untuk memfasilitasi pengangkatan dan pemindahan korban untuk mencegah cedera pada penolong.
Cara yang salah dapat menimbulkan cedera. Saat mengangkat ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
• Rencanakan pergerakan sebelum mengangkat
• Gunakan tungkai jangan punggung
• Upayakan untuk memindahkan beban serapat mungkin dengan tubuh
• Lakukan gerakan secara menyeluruh dan upayakan agar bagian tubuh saling menopang
• Bila dapat kurangi jarak atau ketinggian yang harus dilalui korban
• Perbaiki posisi dan angkatlah secara bertahap
Hal-hal tersebut di atas harus selalu dilakukan bila akan memindahkan atau mengangkat korban. Kunci yang paling utama adalah menjaga kelurusan tulang belakang. Upayakan kerja berkelompok, terus berkomunikasi dan lakukan koordinasi.
Mekanika tubuh yang baik tidak akan membantu mereka yang tidak siap secara fisik.
MEMINDAHKAN KORBAN
Kapan penolong harus memindahkan korban sangat tergantung dari keadaan. Secara umum, bila tidak ada bahaya maka jangan memindahkan korban. Lebih baik tangani di tempat.
Pemindahan korban ada 2 macam yaitu darurat dan tidak darurat
Pemindahan Darurat
(Pemindahan ini hanya dilakukan bila ada bahaya langsung terhadap korban)
Contoh situasi yang membutuhkan pemindahan segera:
• Kebakaran atau bahaya kebakaran
• Ledakan atau bahaya ledakan
• Sukar untuk mengamankan korban dari bahaya di lingkungannya :
– Bangunan yang tidak stabil
– Mobil terbalik
– Kerumunan masa yang resah
– Material berbahaya
– Tumpahan minyak
– Cuaca ekstrim
• Memperoleh akses menuju korban lainnya
• Bila tindakan penyelamatan nyawa tidak dapat dilakukan karena posisi korban, misalnya melakukan RJP
Bahaya terbesar pada pemindahan darurat adalah memicu terjadinya cedera spinal. Ini dapat dikurangi dengan melakukan gerakan searah dengan sumbu panjang badan dan menjaga kepala dan leher semaksimal mungkin
Beberapa macam pemindahan darurat
• Tarikan baju
• Tarikan selimut atau kain
• Tarikan bahu/lengan
• Menggendong
• Memapah
• Membopong
• Angkatan pemadam
Pemindahan Biasa
Bila tidak ada bahaya langsung terhadap korban, maka korban hanya dipindahkan bila semuanya telah siap dan korban selesai ditangani.
Contohnya :
• Angkatan langsung
• Angkatan ekstremitas (alat gerak)
Posisi Korban
Bagaimana meletakkan penderita tergantung dari keadaannya.
• Korban dengan syok
• Tungkai ditinggikan
• Korban dengan gangguan pernapasan
• Biasanya posisi setengah duduk
• Korban dengan nyeri perut
• Biasanya posisi meringkuk seperti bayi
• Posisi pemulihan
• Untuk korban yang tidak sadar atau muntah
Tidak mungkin untuk membahas semua keadaan. Situasi di lapangan dan keadaan korban akan memberikan petunjuk bagaimana posisi yang terbaik.
Peralatan Evakuasi
• Tandu beroda
• Tandu lipat
• Tandu skop / tandu ortopedi/ tandu trauma
• Vest type extrication device (KED)
• Tandu kursi
• Tandu basket
• Tandu fleksibel
• Kain evakuasi
• Papan spinal
KEDARURATAN MEDIS
Semua yang dialami korban yang tidak tergolong dalam kecelakaan dimasukan dalam kelompok kedaruratan medis. Seseorang yang mengalami kasus medis mungkin juga dapat mengalami cedera sebagai akibat dari gejala gangguan fungsi tubuh yang terjadi misalnya kehilangan kesadaran lalu terjatuh sehingga terjadi suatu luka.
Dalam penatalaksanaan Pertolongan Pertama kasus medis tidak banyak berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Hal yang paling penting adalah mengenali kedaruratannya, terutama secara dini. Kesimpulan mengenai keadaan yang dihadapi hampir 80% diperoleh berdasarkan wawancara dengan penderita bila sadar, keluarganya atau saksi mata dan sumber informasi lainnya. Dalam penatalaksanaan penderita yang paling penting adalah menjaga jalan napas dan memantau tanda vital penderita secara teratur.
Gejala dan tanda pada kedaruratan medis.
Gejala dan tanda pada kedaruratan medis sangat beragam, khas maupun tidak khas. Perubahan yang tidak normal dari tanda vital penderita sudah mengarah pada kedaruratan medis. Beberapa hal yang dapat diamati pada penderita yang mengarahkan kecurigaan kita pada adanya masalah medis adalah :
Gejala :
1. Demam
2. Nyeri
3. Mual, muntah
4. Buang air kecil berlebihan atau tidak sama sekali
5. Pusing, perasaan mau pingsan, merasa akan kiamat
6. Sesak atau merasa sukar bernapas
7. Rasa haus atau lapar berlebihan, rasa aneh pada mulut
Tanda :
1. Perubahan status mental (tidak sadar, bingung)
2. Perubahan irama jantung : nadi cepat atau sangat lambat, tidak teratur, lemah atau sangat kuat.
3. Perubahan pernapasan: irama dan kualitas warna pada selaput lendir (pucat, kebiruan, terlalu merah)
4. Perubahan keadaan kulit : suhu, kelembaban, keringat berlebihan, sangat kering, termasuk perubahan warna pada selaput lendir (pucat, kebiruan, terlalu merah)
5. Manik mata : sangat lebar, atau sangat kecil
6. Bau khas dari mulut atau hidung
7. Aktivitas otot misalnya kejang atau kelumpuhan
8. Gangguan saluran cerna : mual, muntah atau diare
9. Tanda-tanda lainnya yang seharusnya tidak ada.
Anggap semua keluhan penderita adalah benar. Bila penderita merasa tidak enak atau nyaman maka perlakukan sebagai kasus medis
Beberapa gangguan medis yang umum ditemukan adalah :
1. Pingsan (Syncope/collapse) :
Terjadi karena peredaran darah yang ke organ otak berkurang, yang dapat terjadi akibat emosi yang hebat, berada dalam ruangan yang penuh orang tanpa udara segar yang cukup, letih dan lapar, terlalu banyak mengeluarkan tenaga.
Gejala dan tanda:
1. Perasaan limbung.
2. Pandangan berkunang-kunang dan telinga berdenging.
3. Lemas, keluar keringat dingin.
4. Menguap.
5. Dapat menjadi tidak ada respon, yang biasanya berlangsung hanya beberapa menit.
6. Denyut nadi lambat.
Penatalaksanaan :
1. Baringkan penderita dengan tungkai ditinggikan.
2. Longgarkan pakaian.
3. Usahakan penderita menghirup udara segar.
4. Periksa cedera lainnya.
5. Beri selimut, agar badannya hangat.
6. Bila pulih, usahakan istirahatkan beberapa menit.
7. Bila tidak cepat pulih, maka:
- periksa napas dan nadi.
- posisikan stabil.
- bawa ke fasilitas kesehatan
2. Paparan panas
Panas dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh. Umumnya ada 3 macam gangguan yang terjadi:
A. Kram panas
Terjadi akibat kehilangan garam tubuh yang berlebihan melalui keringat.
Gejala dan Tanda:
1. Kejang pada otot yang disertai nyeri
2. Tungkai dan perut.
3. Kelelahan.
4. Mual
5. Mungkin pingsan
Penatalaksanaan :
1. Baringkan penderita di tempat teduh.
2. Beri minum kepada penderita, bila perlu campur sedikit garam.
3. Rujuk ke fasilitas kesehatan.
B. Kelelahan Panas
Terjadi akibat kondisi yang tidak fit pada saat melakukan aktivitas di lingkungan yang suhu udaranya relatif tinggi, yang mengakibatkan terganggunya aliran darah.
Gejala dan tanda :
1. Pernapasan cepat dan dangkal.
2. Nadi lemah.
3. Kulit teraba dingin, keriput, lembab dan selaput lendir pucat
4. Pucat, keringat berlebihan.
5. Lemah, Pusing, kadang tidak repon.
Penatalaksanaan :
1. Baringkan penderita di tempat yang teduh.
2. Kendorkan pakaian yang mengikat.
3. Tinggikan tungkai penderita sekitar 20 – 30 cm.
4. Berikan oksigen bila ada.
5. Beri minum bila penderita sadar.
6. Rujuk ke fasilitas kesehatan.
C. Sengatan Panas
Merupakan keadaan yang mengancam nyawa. Suhu tubuh menjadi terlalu tinggi dan pada banyak kasus penderita tidak lagi berkeringat. Bila tidak diatasi dengan segera, maka sel otak akan segera mati.
Gejala dan tanda:
1. Pernapasan cepat dan dalam.
2. Nadi cepat dan kuat diikuti nadi cepat tetapi lemah.
3. Kulit teraba kering, panas kadang kemerahan
4. Manik mata melebar.
5. Kehilangan kesadaran.
6. Kejang umum atau gemetar pada otot.
Penatalaksanaan :
1. Turunkan suhu tubuh penderita secepat mungkin.
2. Letakkan kantung es pada ketiak, lipat paha, dibelakang lutut dan sekitar mata kaki serta di samping leher.
3. Bila memungkinkan, masukkan penderita ke dalam bak berisi air dingin dan tambahkan es ke dalamnya.
4. Rujuk ke fasilitas kesehatan.
3. Paparan dingin (Hipotermia)
Udara dingin dapat menyebabkan suhu tubuh menurun. Suhu lingkungan tidak perlu sampai beku untuk mencetuskan hipotermia. Ada beberapa keadaan yang memperburuk hipotermia yaitu faktor angin dan kekurangan makanan.
Gejala dan tanda
Hipotermia sedang :
1. Menggigil.
2. Terasa melayang.
3. Pernapasan cepat, nadi lambat.
4. Gangguan penglihatan.
5. Reaksi mata lambat.
6. Gemetar.
Hipotermia berat :
1. Pernapasan sangat lambat.
2. Denyut nadi sangat lambat.
3. Tidak ada respon.
4. Manik mata melebar dan tidak bereaksi.
5. Alat gerak kaku.
6. Tidak menggigil.
Penanganan hipotermia:
Rawat penderita dengan hati hati, berikan rasa nyaman.
1. Penilaian dini dan pemeriksaan penderita.
2. Pindahkan penderita dari lingkungan dingin.
3. Jaga jalan napas dan berikan oksigen bila ada.
4. Ganti pakaian yang basah, selimuti penderita, upayakan agar tetap kering.
5. Bila penderita sadar dapat diberikan minuman hangat secara pelan pelan.
6. Pantau tanda vital secara berkala.
7. Rujuk ke fasilitas kesehatan.
4. Keracunan
Pengertian:
Racun adalah suatu zat yang bila masuk dalam tubuh dalam jumlah tertentu dapat menyebabkan reaksi tubuh yang tidak diinginkan bahkan dapat menimbulkan kematian.
Dalam keadaan sehari-hari ada beberapa zat yang sering digolongkan sebagai racun namun sebenarnya bahan ini adalah korosif, yaitu dapat menyebabkan luka bakar pada bagian tubuh dalam bila masuk ke dalam tubuh. Penatalaksanaan penderita pada kasus ini biasanya disamakan dengan keracunan.
Jalur masuknya racun dalam tubuh manusia
1. Melalui mulut/alat pencernaan.
2. Melalui pernapasan.
3. Melalui kulit atau absorbsi (kontak)
4. Melalui suntikan atau gigitan
Gejala dan tanda keracunan secara umum
a. Riwayat yang berhubungan dengan proses keracunan
b. Penurunan respon
c. Gangguan pernapasan
d. Nyeri kepala, pusing, gangguan penglihatan
e. Mual, muntah, diare
f. Lemas, lumpuh, kesemutan
g. Pucat atau sianosis
h. Kejang-kejang
i. Gangguan pada kulit
j. Bekas suntikan, gigitan, tusukan
k. Syok
l. Gangguan irama jantung dan peredaran darah pada zat tertentu.
Penatalaksanaan keracunan secara umum :
1. Pengamanan sekitar, terutama bila berhubungan dengan gigitan binatang.
2. Pengamanan penderita dan penolong terutama bila berada di daerah dengan gas beracun.
3. Keluarkan penderita dari daerah berbahaya bila memungkinkan.
4. Penilaian dini, bila perlu lakukan RJP.
5. Bila racun masuk melalui jalur kontak, maka buka baju penderita dan bersihkan sisa bahan beracun bila ada
6. Bila racun masuk melalui saluran cerna, uapayakan mengencerkan racun.
7. Awasi jalan napas, terutama bila respon menurun atau penderita muntah.
8. Bila keracunan terjadi secara kontak maka bilaslah daerah yang terkena dengan air.
9. Bila ada petunjuk seperti pembungkus, sisa muntahan dan sebagainya sebaiknya diamankan untuk identifikasi.
10. Penatalaksanaan syok bila terjadi
11. Pantaulah tanda vital secara berkala.
12. Bawa ke fasilitas kesehatan
SIAGA BENCANA
1.Pengertian Bencana
Adalah kejadian akibat fenomena alam yang luar biasa dan / atau yang disebabkan ulah manusia yang menimbulkan krban jiwa, kerugian material dan kerusakan lingkungan, dimana masyarakat setempat tidak dapat mengatasinya, sehingga membutuhkan bantuan dari luar.
2. Pengertian Ancaman
Adalah fenomena alam yang berpotensi merusak atau mengancam kehidupan manusia.
Bencana terjadi ketika manusia tidak mampu lagi mengatasi ancaman.
3. Hal-hal yang mempengaruhi Kapasitas
a. Kondisi fisik
b. Keadaan social budaya
c. Kelembagaan sosial
d. Kemampuan ekonomi
e. Pengetahuan
f. Sikap dan perilaku
4. Jenis Bencana berdasarkan Waktunya
a. Bencana yang terjadi secara tiba-tiba
Contoh : Gempa bumi, Tsunami, Angin topan/Badai, Letusan gunung berapi, dan tnh longsor
b. Bencana yang terjadi secara perlahan
Contohnya : Kekeringan, Rawan pangan, kerusakan lingkungan, dll.
5. Jenis Bencana Berdasarkan Penyebabnya
a. Fenomena Alam
Fenomena ALam
Penyebab Akibat
Pergeseran lapisan bumi •Gempa bumi
•Tsunami
Aktifitas Gunung Api •Gempa Vulkanik
•Semburan Awan Panas
•Hujan Abu
•Erupsi / Letusan
Perubahan Iklim / Musim •Hujan Musiman
•Angin rebut
•Angin Topan
Kemarau berkepanjangan •Kekeringan
•Kebakaran Hutan
b. Ulah Manusia
1)Berhubungan dengan lingkungan
Contohnya : Penebangan hutan tak terkendali, Perusakan area penyanggah daratan dan
laut, Polusi (air, udara & Tanah)
2)Berhubungan dengan kecelakaan / kelalaian
Contohnya : Kebakaran kilang minyak, Kebocoran reactor nuklir, Kebocoran gas
industri, dll
3)Berhubungan dengan pertentangan antar manusia
Contohnya : Perang, Konflik sosial, dll.
c. Kombinasi
Contohnya : Banjir, Tanah longsor, kebakaran perumahana atau Perkotaan,
Kebakaran di pedesaan, lahan atau hutan, dll.
6. Siklus Bencana
a. Pra Bencana
1) Kesiapsiagaan
Adalah upayaupaya mpenggunaan kemampuan untuk secara tepat dan cepat merespon bencana.
Meliputi :
• Penyusunan rencana tanggap darurat bencana
• Pengembangan sistem peringatan dini
• Peningkatan kemampuan diri, dll
2) Mitigasi
Adalah upaya-upaya untuk mengurangi akibat ancaman bencana.
Contohnya : Pengelolaan air bersih, pembangunan tanggul banjir dan tempat evakuasi, penghijauan lereng yang rawan longsor, dll
b. Saat Bencana
1) Bantuan
2) Rehabilitasi
c. Setelah Bencana
• Rekonstruksi
7. Isi Tas Siaga Bencana
a. Obat-obatan ringan
b. Perlengkapan PP
c. Persediaan air minum dan makanan kering
d. Senter
e. Peluit
f. Korek api
g. Selimut
h. Pakaian
i. Perlengkapan mandi
j. Alas kaki
k. Kantong plastic besar
l. Foto keluarga
Hal ini berguna pada saat terpisah dari keluarga
m. Buku cerita
Akan membantu menghibur di tempat pengungsian
n. Buku catatan
Mencatat nomor telepon dan alamat keluarga serta nomor telepon penting atau kantor atau organisasi yang dapat dihubungi apabila membutuhkan bantuan
o. Alat tulis
p. Radio transistor
Selain sebagai hiburan, juga dapat membantu mengetahui perkebangan pada saat bencana terjadi
8. Jenis Gempa Bumi
a. Gempa Tektonik
Gempa yang disebabka oleh pergeseran lempengan tektonik
b. Gempa Vulkanik
Gempa yang disebabkan aktifitas gunung api
c. Gempa Induksi
Gempa yang disebabkan oleh pelepasan energi akibat sumber-sumber lainnya, misalnya : runtuhnya tanah dan bebatuan akibat bahan peledak.
9. Akibat Gempa
a. Hancurnya bangunan
b. Kerugian harta maupun nyawa
10. Titik Pusat Gempa
a. Hiposentrum
Adalah pusat gempa jauh di bawah permukaan bumi, tepat di tempat batuan yang pecah dan bergeser untuk pertama kali
b. Episentrum
Adalah titik di permukaan bumi , tepat diatas pusat gempa
11. Gelombang Seismik
Adalah gerakan batuan yang menyebabkan getaran pada gempa
12. Seismograf / Seismometer
Adalah alat pengukur getaran gempa
13. Charles F. Richer
Adalah seorang ahli seismologi Amerika yang mengembangkan system pengukuran kekuatan gempa.
Setiap angka pada skala richer (SR) menggambarak 10 kali peningkatan gerakan tanah yang tercatat oleh seismograf
14. Yang Dilakukan bila terjadi Gempa
a. Sebelum Gempa terjadi
• Kenalilah daerah sekiar tempat tinggalmu
• Ketika masuk ke sebuah gedung atau bangunan, perhatikan dimana letak pintu keluar, tangga darurat atau cara-cara keluar jika sewaktu-waktu harus menyelamatkan diri
• Perhatikan tempat-tempat yang aman untuk berlindung ketika gempa
• Perhatikan juga tempat-tempat berbahaya pada saat gempa terjadi. Contohnya : di dekat atau di bawah candela kaca, di dekat pilar atau tiang
• Catat dan simpan nomor-nomor telepon penting yang harus dihubungi pada saat gempa terjadi
• Matikan kran air, kompor, gas dan listrik setelah selesai digunakan
b. Ketika Gempa Terjadi
1) Di rumah
• Berusahalah menyelamatkan diri dan keluarga
• Berlindung di bawah meja
Agar tidak terkena benda yang jatuh
• Lindungi kepala dengan apa saja
Misalnya : papan, bantal atau kedua tangan dengan posisi telungkup
2) Di luar rumah
• Merunduk dan lindungi kepala
• Bergeraklah menjauh dari gedung dan tiang
• Menuju daerah terbuka
• Jangan lakukan apapun sampai keadaan menjadi tenang
3) Di mal atau tempat umum
• Tetap tenang
• Ikuti petunjuk dari satpam atau petugas penyeamat
• Jangan menggunakan lift
• Gunakan tangga darurat
• Bergeraklah ke tempat terbuka
4) Di dalam kendaraan
• Berpeganglah dengan erat pada tiang atau apapun yang dekat
• Tetap tenang
• Ikuti perintah atau petunjuk petugas
• Minta pngemudi untuk mngehentikan kendaraan
• Bergeraklah ke tempat terbuka
5) Di gunung atau pantai
• Jika di gunung, bergeraklah ke daerah yang aman yaitu lapangan terbuka yang jauh dari daerah lereng
• Jika di pantai, bergeraklah ke daerah yang lebih tinggi atau perbukitan
c. Setelah Gempa Terjadi
• Bila masih berada di dalam gedung ata ruangan, segeralah keluar
• Periksa keadaan diri sendiri, apakah ada bagian tubuh yang terluka atau tertimpa benda-benda
• Mintalah orang dewasa untuk mematikan listrik dan gas
• Jangan menyalakan api
• Beri pertolongan pertama kepada orang lain bila mampu
• Dengarkan informasi dari sumber-sumber yang terpercaya dan bertindaklah sesuai himbauan
15. Banjir
Adalah merupakan peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan tanah, yang ketinggiannya melebihi batas normal.
16. Yang dilakukan bila Banjir terjadi
a. Sebelum Banjir
• Buatlah denah dan peta lingkungan sekitarmu
• Beri tanda tempat-tempat yang biasanya terendam genangan air banjir
• Tandai tempat-tempat yang aman dari banjir
• Tandai tempat-tempat yang berbahaya dari banjir
• Ketahui sistem peringatan dini di lingkunganmu
• Pahami tanda-tanda terjadinya banjir dan waspadai jika itu terjadi
• Kalau tidak hujan, perhatikan kondisi air sungai terdekat, apakah lebih keruh dari biasanya.
• Simpan surat-surat penting di dalam plastik atau bahan kedap air
b. Saat Banjir
• Pantau informasi penting yang disampaikan melalui radio atau TV
• Pindahkan barang-barang atau perabotan rumah ke tempat yang lebih tinggi dan tidak terjangkau oleh genangan air
• Segera padamkan aliran listrik dan gas di rumah
• Bersiaplah untuk kemungkinan mengungsi
• Perhatikan kecenderungan air, apakah meningkat atau berkurang
• Jika hujan tidak berhenti dan air tidak surut atau bahkan meningkat, segera mengungsi ke tempat yang aman atau tempat yang telah ditentukan oleh pemerintah setempat
• Jika ada himbauan mengungsi, segera lakukan dengan tenang dan tertip
• Jika terjebak dalam rumah, tetap tenang dan berusaha mencari pertolongan dengan menghubungi kerabat, PMI Cabang, Kantor Pemerintahan, atau kantor Polisi
• Tetap menjaga perilaku hidup sehat dan bersih
• Usahakan untuk tidak tidur di tempat terbuka
c. Setelah Banjir
• Jika mengungsi, pulanglah ke rumah jika keadaan sudah benar-benar aman
• Jangan langsung masuk kerumah, tetapi lihat situasi terlebih dahulu dengan seksama
• Periksa lingkungan sekita rumah kalau-kalau ada bahaya yang tersembunyi
• Gunakan selalu alas kaki
• Mulailah membersihkan sekitar rumah dan lingkungan
• Cuci perlengkapan makan dan barang lainnya dengan sabun anti kuman
• Perhatikan kebersihan dan kesehatan diri serta lingkungan agar terhindar dari berbagai penyakit
17. Tsunami
• Berasal dari bahasa Jepang, Tsu yang berarti pelabuhan dan Nami yang berarti pelabuhan
• Gelombang tsunami mempunyai pola ketika mendekati pantai gelombang meningkat ketinggian namun kelajuannya menurun
• Di tengah laut, Tsunami bergerak sangat cepat, dan ketika mendekati pantai dan mencapai daratan akan menimbulkan gelmbang dengan ketinggian 4 – 24 meter dan jangkauan jangkauan ke daratan 50 – 200 meter dari garis pantai
• Tinggi dan besarnya gelombang tsunami dipengaruhi oleh besar kecilnya pergeseran tanah dan bentuk garis pantai
18. Dampak Tsunami
a. Banjir dan genangan air di daratan
Misalnya di Banda Aceh, tsunami menimbulkan genangan air laut sekitar 20 – 60 cm, dan meninggalkan endapan Lumpur setebal 10 – 20 cm
b. Kerusakan sarana dan pra-sarana
Misalnya di Banda Aceh, pada tahun 2005, sedikitnya 120 hektar lahan pertanian rusak atau tergenang air laut
c. Pencemaran lingkungan
Tsunami menghanyutkan benda-benda sejak lautan hingga daratan yang terdampar dan tak berguna sehingga menjadi sampah. Sumber air bersihpun tercemar digenangi air laut
d. Korban jiwa dan harta
No Kedalaman (meter) Kecepatan (Km/ Jam) Panjang Gelombang (Km
1 7000 943 282
2 4000 713 213
3 2000 504 151
4 200 159 48
5 50 79 23
6 10 36 10,6
19. Yang Harus dilakukan bila ada Tsunami
a. Sebelum Tsunami
• Kenali tanda-tanda tsunami
• Tsunami biasanya didahului gempa besar yaitu gempa yang berpusat di laut dangkal (0 – 30 Km) dan memiliki kekuatan 6,5 SR atau gempa yang berpola sesar naik atau sesar turun
• Tanda-tanda sebelum Tsunami diantaranya air laut surut melewati garis pantai sehingga bisa terlihat binatang laut, dan tercium bau garam yang menyengat
• Jika tinggal di tepi pantai atau sedang berada di pantai, ketahuilah jalur evakuasi yang aman jika Tsunami terjadi
• Jika tidak terdapat dataran tinggi, pilihlah gedung yang tinggi (minimal 3 lantai dan memiliki konstruksi yang kuat)
b. Saat Tsunami
• Jangan panic
• Bertindak cepat dan tepat
• Bergeraklah sesuai jalur evakuasi tsunami
• Jika jalur evakuasi belum ada atau tidak diketahui, bergeraklah ke tempat yang lebih tinggi
• Jika tanda-tanda Tsunami ada, peringatkan orang lain dan ajaklah keluarga dan orang-orang di sekiatrmu menyelamatkan diri
• Jika hanyut, carilah benda-benda terapung yang dapat dijadikan rakit. Berpegang eratlah dan usahakan tidak meminum air laut dan tetap di permukaan air untuk dapat bernapas
• Jika terbawa ke tempat yang lebih tinggi, tetaplah bertahan disitu sampai air surut dan keadaan menjadi tenang
• Tetap berdoa untuk keselamatan
c. Sesudah Tsunami
• Jangan larut dalam suasana kepanikan, tetapi tetap tenang
• Kuatkan hati untuk menghadapi kenyataan
• Setelah surut, berhati-hatikah. Jangan melewati jalan-jalan atau daerah yang rusak
• Ikuti himabuan dari pemerintah atau regu penyelamat
• Jika sampai di rumah, jangan langsung masuk, tetapi waspadai ada bagian rumah yang roboh atau lantai licin
• Jangan lupa mengecek anggota keluarga satu persatu
• Hindari instalasi listrik
• Bantulah teman-temanmu terutama yang banyak mengalami penderitaan, pengalaman mengerikan dan kehilangan
• Untuk mendapatkan bantuan dan informasi datanglah ke Posko bencana
• Jalin komunikasi dengan warga sekitar
• Bantulah keluarga dan tetangga yang lebih lemah
• Bersiaplah kembali ke kehidupan normal.
20. Longsor
a. Penyebab Longsor
Penyebab utamanya adalah grafitasi, tetapi volumenya yang besar dipengaruhi oleh :
1) Faktor Alam
Meliputi :
• Kondisi geologi : batuan lapuk, kemiringan tanah, unsur / jenis lapisan tanah, gempa bumi, gunung api, dll
• Kondisi iklim : curah hujan yang tinggi
• Kondisi topografi : kemiringan permukaan tanah, seperti : lembah, lereng, dan bukit
• Kondisi tata air : akumulasi volume atau massa air, pelarutan dan tekanan hidrostatitika, dll
2) Faktor Manusia
• Pemotongan tebing pada penambangan di lereng yang terjal
• Penimunan tanah urugan di daerah lereng
• Kegagalan struktur dinding penahan tanah
• Penggundulan hutan
• Budidaya ikan di atas lereng
• Sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman
• Pengembangan wilayah melanggar aturan tata ruang
• Sistem drainase yang buruk, dll
b. Jenis-jenis tanah longsor
Sangat dipengaruhi oleh kemiringan lereng, bidang gelincir dan kondisi lokasinya.
1) Longsoran Translasi
Terjadi jika tanah dan batuan bergerak pada permukaan landai yang rata atau bergelombang. Bidang bergeraknya tanah atau batuan disebut bidang gelincir.
2) Longsoran Rotasi
Terjadi jika tanah dan batuan bergerak pada bidang gelincir berbentuk cekung.
3) Longsoran Translasi Batu (Pergerakan blok)
Terjadi jika batuan berpindah pada bidang gelincir yang landai.
4) Longsoran Rayapan Tanah
Terjadi jika butiran tanah kasar dan halus yang bergerak lambat atau merayap. Longsor rayapan ini ditandai dengan rumah, pohon, atau tiang yang miring ke bawah. Kadang rayapan bergerak cepat bahkan tidak terkendali.
5) Longsoran Runtuhan
Terjadi jika batuan, tanah atau material lainnya jatuh bebas ke bawah. Biasanya terjadi di lereng yang terjal dan menggantung di daerah pantai.
6) Longsoran Aliran
Terjadi jika tanah terdorong oleh air, sehingga material yang ada diatasnya bergerak di sepanjang lereng dan meluas pada daerah yang landai.
c. Yang Harus Dilakukan
1) Sebelum terjadi longsor
• Petakan daerah yang rawan longsor
• Tandai lokasi yang berpotensi longsor dan jalur longsorannya
• Gerakan penanaman pohon di lereng yang rawan longsor
• Pelajari tanda-tanda longsor
• Waspadai warna air sungai yang berubah keruh
• Waspadai bila tiba-tiba muncul mata air, rembesan atau retakan yang memanjang d tanah
• Lakukan patroli secara bergantian