Senin, 02 Agustus 2021

MIMPI SEORANG TARZAN

 

Jika ada yang bertanya tentang perasaanku, maka aku akan menjawab dengan mengatakan bahwa perasaanku kali ini seperti gado-gado –campur-campur.

Kenapa?

Pertanyaan yang bagus.

Mungkin karena aku merasakan beberapa perasaan sekaligus.

Sedih, lega, kecewa, kuatir dan takut menjadi apa yang kurasakan sekarang. Semuanya seakan-akan bercampur jadi satu dan membuatku bigung. Aku sendiri tidak tahu mana yang lebih dominan sebab semuanya datang secara bersamaan seakan-akan mau mengeroyokku yang sudah terpojok di ujung gang yang buntu.

 Semuanya berawal dari keputusanku untuk meninggalkan jalan yang dianggap kebanyakan orang sebagai jalan yang paling baik dan menjanjikan. Keputusanku itu mungkin akan membuat beberapa orang dan mungkin semua orang merasa bahwa aku mengambil keputusan yang salah . tapi, masa bodoh dengan apa yang mereka katakana tentang diriku. Toh hidup ini aku yang mejalankannya. Lagi pula, aku lebih mengetahui apa yang aku rasakan.

Lalu aku pulang dengan tujuan untuk memulai kehidupan yang penuh tantangan di tengah perang melawan pandemic Covid-19. Sedikit rasa lega pun mulai kurasakan setelah itu. Namun kemudian muncul pikiran lain yang hinggap di dalam kepalaku, “Lalu setelah ini apa?”

Ya, setelah ini apa?

Aku bingung. Mau kerja. Kerja apa?

Mau kuliah. Kuliah jurusan apa? Uang dari mana?

O iya aku lupa cerita kalau keluargaku bukanlah keluarga yang berlatar belakang sebagai keluarga yang berkelebihan. Kami hanyalah keluarga yang pas-pasan.

Ayahku seorang petani sawah. Sedangkan ibuku juga seorang petani sekaligus merangkap sebagai pengurus sebuah wisma milik kelompok rohaniwan Katolik. Sedangkan aku masih punya dua orang adik yang masih dalam tahap pendidikan. Kadang hasil jerih payah orangtuaku lebih banyak dialokasikan untuk adikku yang sedang kuliah di salah satu Universitas Negeri di Malang. Jangankan untukku kuliah, untuk keperluan lain saja agak sulit.

Bekerja adalah pilihan yang lebih baik untuk saat ini. Namun aku malah bingung mau bekerja apa. Kerja berat aku tidak kuat. Kerja kantoran, aku tidak memenuhi kualifikasi. Aku sih maunya buka usaha sendiri biar agak santai dan tidak terlalu repot dalam megatur waktu, kalau bisa sih kerja santai, tidak banyak menyita waktu tapi penghasilan besar. Tapi, mana bisa dapat pekerjaan yang seperti itu untukku yang baru lulusan SMA.

Dulu aku punya cita-cita ingin menjadi seorang penulis novel. Namun, sayangnya itu hanya menjadi angan- angan karena saat aku menulis  aku malah bingung dan kehilangan ide –lagi pula aku merasa tidak punya bakat menulis seperti Tere Liye, Andrea Hirata, atau bahkan Dee Lestari.

Aku merasa iri dengann teman-teman seangkatanku. Di saat mereka sudah berjuang dengan skripsi, aku malah pusing dengan apa yang akan aku lakukan besok untuk bisa menghasikan sesuatu untuk sekedar membeli pulsa.

Dunia ini sekan-akan sangat kejam. Tapi aku yakin: sekejam-kejamnya dunia, semua itu pasti supaya aku kuat. Seorang atlet saja harus latihan dengan keras dan penuh penderitaan sebelum bisa menyabet gelar sebagai juara dunia.

Aku yakin bisa sukses dan ini adalh permulaan kisahku.

 

Minggu, 18 April 2021

puisi untuk hari guru

 

Curahan Hati Sang Pengajar

Kubangun tembok kesabaran
Di atas laut kesusahanku
Kukorbankan waktu berhargaku
Semua hanya untuk muridku

Namun…
Apakah balasmu bagiku?
Aku kau anggap sampah
Yang tak perlu dihiraukan
Yang kau anggap tak perlu

Aku ini tak lebih dari sebatang lilin
Bercahaya dinaungi lentera super terang
Mungkin aku tak berguna
Tapi engkau dapat belajar banyak dariku

Hati serasa ditusuk
Perih menyeruak dari lubuk
Di kalaeng kau gagal
Batinku teriris sakit

Kuingin engkau sukses
Tak berbalas pun tak apa
Karena itulah angin sejukku
Bagai oase di tengah gurun

Kau mungkin tak rasa
Bagaimana beban ini kupanggul
Tapi aku ingin kau jadi bintang
Yang menyinari semesta
Yang menghiasi gulitanya langit malam


    by: Marianus Rago kristeno

Selasa, 23 Februari 2021

fakta yang benar mengenai nama ibu kota Kalimantan Tengah

 

Palangka Raya atau Palangkaraya?

Kota Palangka Raya merupakan ibukota provinsi Kalimantan Tengah yang dibangun atas dasar pemikiran Tjilik Riwut sebagai gubernur I Kalimantan Tengah. Dalam sejarahnya kota Palangka Raya berawal dari sebuah kampung yang bernama Pahandut yang terletak di pinggiran sungai Kahayan dan kebanyakan masih berupa hutan belantara. Kini kota Palangka Raya digadang-gadang menjadi calon ibukota negara Indonesia sebagai pengganti Jakarta.

Kadang timbul pertanyaan tentang nama Palangka Raya yang sebenarnya. Palangka Raya atau Palangkaraya, mana yang benar? Pertanyaan ini sering jadi pertanyaan yang dilontarkan orang kepada orang Kalimantan Tengah. Bahkan di penanda lokasi di internet, kadang ada yang menggunakan nama “Palangka Raya”, tapi ada juga yang memakai nama “Palangkaraya”.Itulah masalah yang sering muncul ketika menyebut nama ibukota provinsi Kalimatan Tengah ini.

Jika ingin mengetahui tentang nama asli kota Palangka Raya, berarti juga harus mengetahui sejarah berdirinya kota yang dijuluki sebagai “Kota Cantik” ini. Kota Palangka Raya menjadi ibukota Provinsi Kalimantan Tengah berdasarkan ide pemikiran Tjilik Riwut sebagai Gubernur I sekaligus sebagai perintis provinsi Kalimantan Tengah.

Pada awalnya kota Palangka Raya hanyalah sebuah kampung yang terletak di pinggiran sungai Kahayan dan masih dikelilingi hutan belantara dan akses menuju kampung itu pun sangat sulit karena harus menembus hutan atau melalui jalur sungai yang sedikit lebih mudah. Kampung yang bernama desa Pahandut itu kemudian terpilih menjadi sebuah ibukota bagi provinsi baru yaitu Kalimantan Tengah atas dasar pemikiran bapak Tjilik riwut sebagai pencetus berdirinya provinsi ini.

Lama kelamaan, kampung Pahandut yang masih berupa hutan belantara itu disulap menjadi sebuah kota besar berkat perjuangan dan niat yang keras dari berbagai pihak yang bersatu dengan motivasi yang sama, yaitu membangun bumi Kalimantan Tengah. Hutan dibuka dan diubah menjadi sederetan rumah dan jalan dengan mengusung prinsip Huma Betang yang menjadi ikon Kalimantan Tengah.

Nah, yang menjadi masalahnya adalah nama ibukota itu apa?

Gubernur Kalimantan Tengah yang pertama dan sekaligus menjadi bapak Pembangunan Kalimntan Tengah, yaitu Bapak Tjilik Riwut mencetuskan nama Palangka Raya sebagai nama ibukota yang baru. Beliau menghendaki supaya ibukota yang baru menjadi lambang kejayaan Kalimantan Tengah dan menjadi kota yang besar. Bahkan kota itu pernah menjadi calon ibukota Negara RI pada masa presiden Soekarno.

Palangka artinya gandar atau tempat yang suci. Sementara Raya artinya besar. Jadi, Palangka Raya berarti tempat yang suci dan besar dengan maksud supaya tidak dinodai oleh banyak hal yang negatif. Begitulah kira-kira arti nama Palangka Raya yang sebenarnya.

Dari berbagai sumber dapat disimpulkan bahwa nama ibukota Kalimantan Tengah yang benar adalah Palangka Raya dan bukannya Palangkaraya.

 

*mohon maaf jika ada yang salah

**artikel ini berdasarkan buku “Pergulatan Identitas Dayak dan Indonesia; belajar dari Tjilik Riwut.”