Makna di Balik Perayaan
Ekaristi
Oleh : Marianus Rago Kristeno
Judul Buku : Memahami Perayaan Ekaristi
Tebal : 127 Hlm
Penerbit : Kanisius
Kota Terbit: Yokyakarta
Tahun Terbit : 1991
Cetakan : Ke-9
Penulis : R.P Andereas Lukasik, SCJ
Perayaan
Ekaristi merupakan puncak iman Gereja Katolik dan menjadi daya hidup menggereja
karena lewat Perayaan Ekaristilah Kristus hadir untuk menyelamatkan manusia.
Selain itu, Perayaan Ekaristi menjadi sangat akrab bagi sebagian orang Katolik
yang memang rajin mengikuti Misa setiap hari baik di gereja maupun di komunitas
lingkungannya. Ekaristi juga menjadi peringatan akan karya keselamatan yang
Allah lakukan untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Bisa
dibilang Perayaan Ekaristi menjadi rangkuman sejarah keselamatan yang Allah
lakukan mulai dari peristiwa penciptaan dan kejatuhan manusia ke dalam dosa
sampai kurban salib yang Kristus lakukan untuk menebus manusia. Oleh karena
itu, Perayaan Ekaristi manjadi titik sentral dalam Gereja Katolik seluruh dunia
mulai dari abad pertama sampai sekarang.
Perayaan
Ekaristi memiliki unsur-unsur yang saling terikat dan utuh mulai dari ritus
pembuka sampai ritus penutup, sehingga dari awal sampai akhir Perayaan Ekaristi
menjadi peristiwa yang sakral. Oleh sebab itu, umat Katolik diajak untuk
memaknai setiap gerakan, perkataan, dan upacara yang dilakkukan selama Perayaan
Ekaristi sebagai tindakan umat di hadapan Tuhan yang hadir dalam Perayaan
tersebut dalam rupa roti dan anggur.
Namun,
tidak bisa dipungkiri bahwa orang Katolik “zaman now” kebanyakan tidak memahami
dengan sungguh setiap unsur dalam Perayaan Ekaristi. Perayaan Ekaristi hanya
dipandang sebagai sebuah kegiatan rutinitas saja dan sering disamakan dengan
bangun pagi hari lalu pergi bekerja. Perayaan Ekaristi seharusnya bisa dimaknai
seperti masa pacaran, di mana setiap pasangan mengenal satu sama lain sebelum
dengan mantap melanjutkan ke jenjang pernikahan. Dengan saling mengenal, setiap
pasangan pasti akan menikmati hidup yang bahagia walaupun masalah selalu datang
dalam hidup pasangan tersebut. Perayaan Ekaristi juga sama, dengan mengenal dan
memahami unsur-unsur yang ada dalam Perayaan Ekaristi umat Katolik bisa
merasakan kasih Allah yang mesra sehingga bisa berbagi kasih dalam kehidupan
sehari-hari kepada orang lain.
Sebenarnya
Perayaan Ekaristi bisa menjadi puncak kehidupan Gereja karena terdapat
unsur-unsur yang menggambarkan pertemuan antara Allah dan manusia dan
peringatan akan karya penyelamatan Allah terhadap manusia. Dalam Perayaan Ekaristi, ada serangkaian gerak dan
dialog antara umat dengan imam yang melambangkan dialog antara manusia dengan
Allah. Dan semuanya itu bertujuan supaya orang Katolik menyadari bahwa manusia
merupakan ciptaan Allah yang mau ditebus langsung oleh Allah demi keselamatan
jiwa manusia sehingga menusia sebenarnya tidak pantas berhadapan dengan Allah
karena sering melalaikan hidupnya dan berbuat dosa.
Lewat buku yang berjudul “Memahami Perayaan Ekaristi”,
pastor Lukasik ingin agar semua orang Katolik memahami sungguh Perayaan Ekaristi
dari keseluruhan bagian dan unsur-unsur yang ada di dalamnya. Seperti tubuh
manusia yang memiliki banyak unsur dan bagian yang merupakan satu kesatuan yang
tak terpisahkan, begitu juga dengan Perayaan Ekaristi yang memiliki berbagai
unsur yang harus juga dipahami sebagai satu kesatuan yang utuh.
Perayaan Ekaristi menjadi salah satu hal yang menjadi
amanat perpisahan Yesus yang diucapkan-Nya pada perjamuan malam. Dalam
peristiwa itulah Yesus mau mengajak manusia untuk turut dalam karya
penyelamatan-Nya dengan mengenangkan sengsara, wafat dan kebangkitan Tuhan dan
berkumpul untuk memecahkan roti seperti jemaat perdana. Hal ini juga dipertegas
dalam injil Matius 18: 20 yang berbunyi, “Di mana dua atau tiga orang berkumpul
dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” Hal ini menunjukan
betapa eratnya hubunganantara Perayaan Ekaristi dengan Yesus Kristus. Oleh
karena itu, Perayaan Ekaristi tidak boleh dipandang sebelah mata tetapi harus
dimaknai dengan baik apa itu Perayaan Ekaristi beserta unsur-unsur yang ada di
dalamnya.
Secara umum, ada empat ritus atau upacara dalam
Perayaan Ekaristi yaitu ritus pembuka, liturgi sabda, liturgi Ekaristi, dan
ritus penutup. Secara prinsip, semua ritus tersebut mengandung tujuan yang sama
yaitu menghadirkan Tuhan di tengah-tengah umat yang mau menyelamatkan manusia
dengan mengornakan diri-Nya sendiri dan memberikan tuhuh-Nya unkuk disantap
manusia demi keselamatannya. Peristiwa konsekrasi menjadi salah satu unsur yang
penting dalam Perayaan Ekaristi karena melambangkan pengurbanan Kristus untuk
menebus manusia. Sejak ritus pembuka yang diawali dengan perarakan imam menuju
altar umat sudah diajak untuk mempersiapkan diri untuk menyambut Kristus yang
hadir di tengah-tengah umat yang hadir. Di sini posisi imam yang memimpin
Perayaan Ekaristi mnjadi sentral dan penting karena melambnagkan kehadiran
Kristus dan sekaligus mewakili Kristus yang mempersembahkan diri sebagai kurban
di altar suci demi menebus umat manusia. Hal itu semakin tampak dengan jelas
dengan adanya dialog antara imam dengan umat pada setiap ritus sebagai dialog
yang dilakukan antara manusia dengan Allah secara langsung. Pada ritu ini juga
terjadi pernyataan penyesalan dan tobat dari pihak umat yang menyatakan ketidak
pantasan manusia untuk bertemu dengan Allah.
Ritus yang kedua adalah liturgi sabda. Dalam ritus ini
umat mendengarkan sabda Allah lewat bacaan-bacan dari kitab suci yang dibacakan
oleh lektor atau lektris. Pada ritus ini yang mengambil peranan penting adalah
pembaca sabda atau lektor/lektris karena menjadi wakil Allah dalam menyampaikan
sabda-Nya kepada semua orang yang hadir. Oleh karena itu, seorang lektor atau
lektris seharusnya membacakan sabda itu seperti orang yang benar-benar
menyampaikan pesan dan berbicara kepada umat yang hadir. Pembacaan sabda
tersebut diseling juga dengan mazmur tanggapan dengan tujuan supaya umat yang hadir mendalami sabda yang
telah didengarkan dan meresapinya dalam hati. Sesudah pembacaan sabda, imam
yang memimpin Perayaan Ekaristi menerangkan dan memberi peneguhan kepada umat
yang hadir tentang bacaan-bacaan yang sudah didengarkan bersama.
Setelah liturgi sabda, Perayaan Ekaristi dilanjutkan
dengan liturgi Ekaristi yang dimulai dengan persiapan persembahan sebagai
lambing keikutsertaan umat dalam karya keselamatan-Nya dengan mengolah hasil
bumi. Semua rangkuman karya keselamatan Allah melalui Yesus Kristus ada di
dalam Doa Syukur Agung. Dalam Doa Syukur Agung, terdapat kata-kata yang diambil
dari kata-kata Yesus pada perjamuan malam terakhir. Hal ini bertujuan untuk
melaksanakan amanat Yesus untuk mengenangkan peristiwa sengsara, wafat dan
bangkitnya Tuhan Yesus. Pada ritus ini juga terjadi peristiwa konsekrasi atau
perubahan roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Tuhan untuk disantap manusia
sesuai deng sabda-Nya, “Barang siapa yang makan tubuh-Ku dan minum darah-Ku
akan memperoleh hidup yang kekal.” Dalam rupa hosti yang disantap itulah
Kristus hadir untuk menjadi santapan yang menyelamatkan jiwa manusia dan
menjadi bekal hidup yang kekal. Walaupun hanya menyambut hosti saja atau bahkan
menerima pecahan hosti kudus, umat tidak perlu takut karena Tuhan hadir secara
penuh walaupun diterima dalam rupa hosti saja atau potongan hosti kecil saja.
Ritus yang terakhira adalah ritus penutup. Ritus
penutup ini menutup seluruh rangkaian Perayaan Ekaristi. Ritus penutup
mengandung perutusan untuk menyebarkan kabar baik dalam hidup sehari-hari. Sama seperti para murid yang menerima tugas perutusan
dari Yesus begitu juga umat yang hadir pada Perayaan Ekaristi juga menerima
tugas perutusan yang sama. Ungkapan imam yang mengatakan, ”pergilah kita
diutus” menjadi perintah langsung dari Tuhan untuk seluruh umat yang hadir.
Oleh karena itu, Perayaan Ekaristi tidak berakhir hanya di gereja saja tetapi
hendaknya diteruskan ke luar gereja dengan cara mencerminkan hidup Kristus pada
diri sendiri di tengah-tengah masyarakat.
Dalam buku ini, Pastor Lukasik mengulas secara jelas
tentang makna Perayaan Ekaristi. Semua unsur-unsur dalam Perayaan Ekaristi
dijelaskan secara detail apalagi yang menyangkut teologi, liturgi, dan katekese
dalam Ekaristi. Bahkan ditambah lagi dengan dasar-dasar biblis unsur yang
bersangkutan dalam Perayaan Ekaristi. Penjelasan
dalam buku ini cukup baik karena diatur secara berurutan sesuai dengan urutan
Perayaan Ekaristi yang ada. Hanya saja yang menjadi kekurangan dalam buku ini
adalah adanya kalimat-kalimat yang bernada teologi yang biasanya bisa dipahami
oleh orang-orang tertentu saja, selain itu sumber penulisan yang kurang jelas
dalam buku ini menjadikannya seperti seakan-akan hanya opini pribadi. Memang
dalam buku ini, terdapat dasar-dasar dokumen yang menjadi acuan penulisan, itu
hanya menjadi dasar diadakannya unsur-unsur Perayaan Ekaristi tersebut dan
tidak menjadi dasar pemaknaan unsur yang ada. Namun, yang menjadi nilai
plusnya, buku ini sudah cukup membuat umat Katolik menyadari sungguh akan makna
yang terkandung dalam Perayaan Ekaristi karena sudah diuraikan dengan jelas.
Buku ini patut menjadi salah satu daftar bacaan wajib
umat Katolik untuk menguatkan iman dan penghayatan akan Perayaan Ekaristi.
Tetapi harus juga dicatat bahwa dalam penggunaannya harus dengan bimbingan
pastor setempat untuk menjadi penjelas hal-hal yang agak sulit dimengerti oleh
awam. Selamat
membaca.