Senin, 03 April 2023

Secuil Refleksi Tentang Hari Minggu Palma

 

Sebuah perayaan kemenangan akan dirayakan segenap warga kota. Setidaknya demikianlah yang aku pahami soal kemenangan dalam pandangan di kerajaan zaman dahulu. Hal itu tidak jauh berbeda dengan yang terjadi pada zaman sekarang di mana banyak pesta diselengarakan ketika seseorang telah menyelesaikan studinya di sebuah universitas, menikahi seorang gadis yang diimpi-impikannya, atau pun ketika seseorang telah mencapai usia 50 tahun. Itu semua merupakan pertempuran bagi orang itu. Dalam studi, seseorang bertempur dengan rasa malas dan tugas yang menumpuk. Dalam pernikahan, seseorang berjuang untuk emndapatkan hati gadis impiannya, meyakinkan dia dan keluarganya, dan mempersiapkan segala hal untuk menikah. Dalam pencapaian usia “emas”, seseorang berjuang untuk hidup sehat, bertahan dalam segala bentuk masalah dan menyelesaikannya, serta mendidik keturunannya demi sebuah generasi yang gemilang. Demikianlah banyaknya pertempuran yang dialami manusia sampai pada saat ini. Saya rasa, semuanya itu setimpal dengan perayaan kemenangan yang dirayakan dengan sebuah pesta.

Gereja Katolik memiliki tradisi kemenangan yang dinamakan pesta Paskah. Pesta di mana Tuhan Yesus Kristus menang melawan dosa dan menebus manusia dari dosa itu sendiri. Pesta Paskah dimulai dengan yang namanya pekan suci dan diawali dengan hari minggu Palma. Hari di mana Tuhan Yesus memasuki kota Yerusalem. Hari di mana Yesus dielu-elukan sebagai seorang raja yang agung.

Pada perayaan minggu Palma terdapat banyak peristiwa yang mengagumkan. Yang pertama adalah peristiwa masuknya Yesus ke kota Yerusalem. Yesus memasuki kota Yerusalem dengan cara yang cukup unik, yaitu dengan menunggang seekor keledai. Terdapat banyak makna terhadap seekor keledai yang ditunggangi Yesus ini. Kenapa Dia harus menunggangi seekor keledai? Kenapa bukan seekor kuda yang jelas lebih kuat dan agung? Apakah ada makna yang tersirat di situ? Rupanya ada alasan tersendiri kenapa Yesus menunggangi seekor keledai dan bukannya seekor kuda. Dalam kitab suci terdapat alasan kenapa Yesus menunggangi seekor keledai, yaitu supaya nyata bahwa kedatangan Yesus ke dunia berhubungan dengan nubuat para nabi terdahulu. Dalam Mat 21:1-11 pada peristiwa Yesus yang dielu-elukan di Yerusalem tepatnya pada ayat yang ke-4 dan 5, terdapat ramalan nabi Zakaria tentang sosok raja yang akan datang itu. Dari sini cukup terlihat bahwa Yesus memiliki korelasi dengan sabda Allah yang disampaikan oleh para nabi. Selain itu, terdapat refleksi lain tentang sosok seekor keledai yang menjadi tunggangan Yesus. Seekor keledai dipandang sebagai binatang yang menjadi pembawa barang-barang berat. Hal ini menjadi gambaran Yesus yang memikul dosa-dosa manusia.

Dalam peristiwa masuknya Yesus ke Yerusalem, orang-orang menyoraki Yesus dengan seruan “Hosanna” dan menyebarkan ranting-ranting pohon dan pakaian di sepanjang jalan yang dilalui Yesus. Makna kata Hosanna sendiri sebenarnya bukan bermakna sebagai sebuah pujian melainkan sebuah ungkapan permohonan untuk meinta diselamatkan. Maka cukup jelas bahwa kedatangan Yesus di sini sebagai bentuk kerinduan warga Yahudi terhadap kesalamatan dan kebebasan dari penjajah pada waktu itu. Sosok Yesus masih dipandang sebagai sosok Mesias secara politik yang membebaskan mereka dari bangsa penjajah dan mengembalikan kejayaan kerajaan Israel yang telah hancur. Prosesi penyebaran ranting-ranting dan pakaian dalam peristiwa ini dapat juga menggambarkan harapan orang-orang Yahudi agar Yesus benar-benar membawa kemenangan bagi mereka. Prosesi ini mirip dengan saat para raja dan pasukannya hendak pergi berperang atau ketika mereka telah kembali dari peperangan.

Dalam minggu Palma bukan hanya peristiwa masuknya Yesus ke Yerusalem tetapi juga peristiwa permulaan sengsara Yesus sehingga terdapat Passio atau pembacaan kisah sengsara Yesus. Bagiku, makna dari pembacaan kisah sengsara ini mau mengingatkan umat bahwa Yesus mencapai kemenangan-Nya dengan jalan menderita dan wafat di kayu salib.

Demikian indahnya makna dari hari minggu Palma. Bukan saja peristiwa kemenangan yang dirayakan di situ tetapi juga peristiwa sengsara yang seakan-akan mengatakan bahwa kemenangan tidak akan tercapai tanpa adanya pengorbanan dan kesengsaraan.

Senin, 02 Agustus 2021

MIMPI SEORANG TARZAN

 

Jika ada yang bertanya tentang perasaanku, maka aku akan menjawab dengan mengatakan bahwa perasaanku kali ini seperti gado-gado –campur-campur.

Kenapa?

Pertanyaan yang bagus.

Mungkin karena aku merasakan beberapa perasaan sekaligus.

Sedih, lega, kecewa, kuatir dan takut menjadi apa yang kurasakan sekarang. Semuanya seakan-akan bercampur jadi satu dan membuatku bigung. Aku sendiri tidak tahu mana yang lebih dominan sebab semuanya datang secara bersamaan seakan-akan mau mengeroyokku yang sudah terpojok di ujung gang yang buntu.

 Semuanya berawal dari keputusanku untuk meninggalkan jalan yang dianggap kebanyakan orang sebagai jalan yang paling baik dan menjanjikan. Keputusanku itu mungkin akan membuat beberapa orang dan mungkin semua orang merasa bahwa aku mengambil keputusan yang salah . tapi, masa bodoh dengan apa yang mereka katakana tentang diriku. Toh hidup ini aku yang mejalankannya. Lagi pula, aku lebih mengetahui apa yang aku rasakan.

Lalu aku pulang dengan tujuan untuk memulai kehidupan yang penuh tantangan di tengah perang melawan pandemic Covid-19. Sedikit rasa lega pun mulai kurasakan setelah itu. Namun kemudian muncul pikiran lain yang hinggap di dalam kepalaku, “Lalu setelah ini apa?”

Ya, setelah ini apa?

Aku bingung. Mau kerja. Kerja apa?

Mau kuliah. Kuliah jurusan apa? Uang dari mana?

O iya aku lupa cerita kalau keluargaku bukanlah keluarga yang berlatar belakang sebagai keluarga yang berkelebihan. Kami hanyalah keluarga yang pas-pasan.

Ayahku seorang petani sawah. Sedangkan ibuku juga seorang petani sekaligus merangkap sebagai pengurus sebuah wisma milik kelompok rohaniwan Katolik. Sedangkan aku masih punya dua orang adik yang masih dalam tahap pendidikan. Kadang hasil jerih payah orangtuaku lebih banyak dialokasikan untuk adikku yang sedang kuliah di salah satu Universitas Negeri di Malang. Jangankan untukku kuliah, untuk keperluan lain saja agak sulit.

Bekerja adalah pilihan yang lebih baik untuk saat ini. Namun aku malah bingung mau bekerja apa. Kerja berat aku tidak kuat. Kerja kantoran, aku tidak memenuhi kualifikasi. Aku sih maunya buka usaha sendiri biar agak santai dan tidak terlalu repot dalam megatur waktu, kalau bisa sih kerja santai, tidak banyak menyita waktu tapi penghasilan besar. Tapi, mana bisa dapat pekerjaan yang seperti itu untukku yang baru lulusan SMA.

Dulu aku punya cita-cita ingin menjadi seorang penulis novel. Namun, sayangnya itu hanya menjadi angan- angan karena saat aku menulis  aku malah bingung dan kehilangan ide –lagi pula aku merasa tidak punya bakat menulis seperti Tere Liye, Andrea Hirata, atau bahkan Dee Lestari.

Aku merasa iri dengann teman-teman seangkatanku. Di saat mereka sudah berjuang dengan skripsi, aku malah pusing dengan apa yang akan aku lakukan besok untuk bisa menghasikan sesuatu untuk sekedar membeli pulsa.

Dunia ini sekan-akan sangat kejam. Tapi aku yakin: sekejam-kejamnya dunia, semua itu pasti supaya aku kuat. Seorang atlet saja harus latihan dengan keras dan penuh penderitaan sebelum bisa menyabet gelar sebagai juara dunia.

Aku yakin bisa sukses dan ini adalh permulaan kisahku.

 

Minggu, 18 April 2021

puisi untuk hari guru

 

Curahan Hati Sang Pengajar

Kubangun tembok kesabaran
Di atas laut kesusahanku
Kukorbankan waktu berhargaku
Semua hanya untuk muridku

Namun…
Apakah balasmu bagiku?
Aku kau anggap sampah
Yang tak perlu dihiraukan
Yang kau anggap tak perlu

Aku ini tak lebih dari sebatang lilin
Bercahaya dinaungi lentera super terang
Mungkin aku tak berguna
Tapi engkau dapat belajar banyak dariku

Hati serasa ditusuk
Perih menyeruak dari lubuk
Di kalaeng kau gagal
Batinku teriris sakit

Kuingin engkau sukses
Tak berbalas pun tak apa
Karena itulah angin sejukku
Bagai oase di tengah gurun

Kau mungkin tak rasa
Bagaimana beban ini kupanggul
Tapi aku ingin kau jadi bintang
Yang menyinari semesta
Yang menghiasi gulitanya langit malam


    by: Marianus Rago kristeno

Selasa, 23 Februari 2021

fakta yang benar mengenai nama ibu kota Kalimantan Tengah

 

Palangka Raya atau Palangkaraya?

Kota Palangka Raya merupakan ibukota provinsi Kalimantan Tengah yang dibangun atas dasar pemikiran Tjilik Riwut sebagai gubernur I Kalimantan Tengah. Dalam sejarahnya kota Palangka Raya berawal dari sebuah kampung yang bernama Pahandut yang terletak di pinggiran sungai Kahayan dan kebanyakan masih berupa hutan belantara. Kini kota Palangka Raya digadang-gadang menjadi calon ibukota negara Indonesia sebagai pengganti Jakarta.

Kadang timbul pertanyaan tentang nama Palangka Raya yang sebenarnya. Palangka Raya atau Palangkaraya, mana yang benar? Pertanyaan ini sering jadi pertanyaan yang dilontarkan orang kepada orang Kalimantan Tengah. Bahkan di penanda lokasi di internet, kadang ada yang menggunakan nama “Palangka Raya”, tapi ada juga yang memakai nama “Palangkaraya”.Itulah masalah yang sering muncul ketika menyebut nama ibukota provinsi Kalimatan Tengah ini.

Jika ingin mengetahui tentang nama asli kota Palangka Raya, berarti juga harus mengetahui sejarah berdirinya kota yang dijuluki sebagai “Kota Cantik” ini. Kota Palangka Raya menjadi ibukota Provinsi Kalimantan Tengah berdasarkan ide pemikiran Tjilik Riwut sebagai Gubernur I sekaligus sebagai perintis provinsi Kalimantan Tengah.

Pada awalnya kota Palangka Raya hanyalah sebuah kampung yang terletak di pinggiran sungai Kahayan dan masih dikelilingi hutan belantara dan akses menuju kampung itu pun sangat sulit karena harus menembus hutan atau melalui jalur sungai yang sedikit lebih mudah. Kampung yang bernama desa Pahandut itu kemudian terpilih menjadi sebuah ibukota bagi provinsi baru yaitu Kalimantan Tengah atas dasar pemikiran bapak Tjilik riwut sebagai pencetus berdirinya provinsi ini.

Lama kelamaan, kampung Pahandut yang masih berupa hutan belantara itu disulap menjadi sebuah kota besar berkat perjuangan dan niat yang keras dari berbagai pihak yang bersatu dengan motivasi yang sama, yaitu membangun bumi Kalimantan Tengah. Hutan dibuka dan diubah menjadi sederetan rumah dan jalan dengan mengusung prinsip Huma Betang yang menjadi ikon Kalimantan Tengah.

Nah, yang menjadi masalahnya adalah nama ibukota itu apa?

Gubernur Kalimantan Tengah yang pertama dan sekaligus menjadi bapak Pembangunan Kalimntan Tengah, yaitu Bapak Tjilik Riwut mencetuskan nama Palangka Raya sebagai nama ibukota yang baru. Beliau menghendaki supaya ibukota yang baru menjadi lambang kejayaan Kalimantan Tengah dan menjadi kota yang besar. Bahkan kota itu pernah menjadi calon ibukota Negara RI pada masa presiden Soekarno.

Palangka artinya gandar atau tempat yang suci. Sementara Raya artinya besar. Jadi, Palangka Raya berarti tempat yang suci dan besar dengan maksud supaya tidak dinodai oleh banyak hal yang negatif. Begitulah kira-kira arti nama Palangka Raya yang sebenarnya.

Dari berbagai sumber dapat disimpulkan bahwa nama ibukota Kalimantan Tengah yang benar adalah Palangka Raya dan bukannya Palangkaraya.

 

*mohon maaf jika ada yang salah

**artikel ini berdasarkan buku “Pergulatan Identitas Dayak dan Indonesia; belajar dari Tjilik Riwut.”

Kamis, 06 Desember 2018

resensi buku "Memahami Makna Ekaristi"



Makna di Balik Perayaan Ekaristi
Oleh : Marianus Rago Kristeno
Judul Buku : Memahami Perayaan Ekaristi
Tebal : 127 Hlm
Penerbit : Kanisius
Kota Terbit: Yokyakarta
Tahun Terbit : 1991
Cetakan : Ke-9
Penulis : R.P Andereas Lukasik, SCJ
Perayaan Ekaristi merupakan puncak iman Gereja Katolik dan menjadi daya hidup menggereja karena lewat Perayaan Ekaristilah Kristus hadir untuk menyelamatkan manusia. Selain itu, Perayaan Ekaristi menjadi sangat akrab bagi sebagian orang Katolik yang memang rajin mengikuti Misa setiap hari baik di gereja maupun di komunitas lingkungannya. Ekaristi juga menjadi peringatan akan karya keselamatan yang Allah lakukan untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Bisa dibilang Perayaan Ekaristi menjadi rangkuman sejarah keselamatan yang Allah lakukan mulai dari peristiwa penciptaan dan kejatuhan manusia ke dalam dosa sampai kurban salib yang Kristus lakukan untuk menebus manusia. Oleh karena itu, Perayaan Ekaristi manjadi titik sentral dalam Gereja Katolik seluruh dunia mulai dari abad pertama sampai sekarang.
Perayaan Ekaristi memiliki unsur-unsur yang saling terikat dan utuh mulai dari ritus pembuka sampai ritus penutup, sehingga dari awal sampai akhir Perayaan Ekaristi menjadi peristiwa yang sakral. Oleh sebab itu, umat Katolik diajak untuk memaknai setiap gerakan, perkataan, dan upacara yang dilakkukan selama Perayaan Ekaristi sebagai tindakan umat di hadapan Tuhan yang hadir dalam Perayaan tersebut dalam rupa roti dan anggur.
Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa orang Katolik “zaman now” kebanyakan tidak memahami dengan sungguh setiap unsur dalam Perayaan Ekaristi. Perayaan Ekaristi hanya dipandang sebagai sebuah kegiatan rutinitas saja dan sering disamakan dengan bangun pagi hari lalu pergi bekerja. Perayaan Ekaristi seharusnya bisa dimaknai seperti masa pacaran, di mana setiap pasangan mengenal satu sama lain sebelum dengan mantap melanjutkan ke jenjang pernikahan. Dengan saling mengenal, setiap pasangan pasti akan menikmati hidup yang bahagia walaupun masalah selalu datang dalam hidup pasangan tersebut. Perayaan Ekaristi juga sama, dengan mengenal dan memahami unsur-unsur yang ada dalam Perayaan Ekaristi umat Katolik bisa merasakan kasih Allah yang mesra sehingga bisa berbagi kasih dalam kehidupan sehari-hari kepada orang lain.
Sebenarnya Perayaan Ekaristi bisa menjadi puncak kehidupan Gereja karena terdapat unsur-unsur yang menggambarkan pertemuan antara Allah dan manusia dan peringatan akan karya penyelamatan Allah terhadap manusia. Dalam Perayaan Ekaristi, ada serangkaian gerak dan dialog antara umat dengan imam yang melambangkan dialog antara manusia dengan Allah. Dan semuanya itu bertujuan supaya orang Katolik menyadari bahwa manusia merupakan ciptaan Allah yang mau ditebus langsung oleh Allah demi keselamatan jiwa manusia sehingga menusia sebenarnya tidak pantas berhadapan dengan Allah karena sering melalaikan hidupnya dan berbuat dosa.
Lewat buku yang berjudul “Memahami Perayaan Ekaristi”, pastor Lukasik ingin agar semua orang Katolik memahami sungguh Perayaan Ekaristi dari keseluruhan bagian dan unsur-unsur yang ada di dalamnya. Seperti tubuh manusia yang memiliki banyak unsur dan bagian yang merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan, begitu juga dengan Perayaan Ekaristi yang memiliki berbagai unsur yang harus juga dipahami sebagai satu kesatuan yang utuh.
Perayaan Ekaristi menjadi salah satu hal yang menjadi amanat perpisahan Yesus yang diucapkan-Nya pada perjamuan malam. Dalam peristiwa itulah Yesus mau mengajak manusia untuk turut dalam karya penyelamatan-Nya dengan mengenangkan sengsara, wafat dan kebangkitan Tuhan dan berkumpul untuk memecahkan roti seperti jemaat perdana. Hal ini juga dipertegas dalam injil Matius 18: 20 yang berbunyi, “Di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” Hal ini menunjukan betapa eratnya hubunganantara Perayaan Ekaristi dengan Yesus Kristus. Oleh karena itu, Perayaan Ekaristi tidak boleh dipandang sebelah mata tetapi harus dimaknai dengan baik apa itu Perayaan Ekaristi beserta unsur-unsur yang ada di dalamnya.
Secara umum, ada empat ritus atau upacara dalam Perayaan Ekaristi yaitu ritus pembuka, liturgi sabda, liturgi Ekaristi, dan ritus penutup. Secara prinsip, semua ritus tersebut mengandung tujuan yang sama yaitu menghadirkan Tuhan di tengah-tengah umat yang mau menyelamatkan manusia dengan mengornakan diri-Nya sendiri dan memberikan tuhuh-Nya unkuk disantap manusia demi keselamatannya. Peristiwa konsekrasi menjadi salah satu unsur yang penting dalam Perayaan Ekaristi karena melambangkan pengurbanan Kristus untuk menebus manusia. Sejak ritus pembuka yang diawali dengan perarakan imam menuju altar umat sudah diajak untuk mempersiapkan diri untuk menyambut Kristus yang hadir di tengah-tengah umat yang hadir. Di sini posisi imam yang memimpin Perayaan Ekaristi mnjadi sentral dan penting karena melambnagkan kehadiran Kristus dan sekaligus mewakili Kristus yang mempersembahkan diri sebagai kurban di altar suci demi menebus umat manusia. Hal itu semakin tampak dengan jelas dengan adanya dialog antara imam dengan umat pada setiap ritus sebagai dialog yang dilakukan antara manusia dengan Allah secara langsung. Pada ritu ini juga terjadi pernyataan penyesalan dan tobat dari pihak umat yang menyatakan ketidak pantasan manusia untuk bertemu dengan Allah.
Ritus yang kedua adalah liturgi sabda. Dalam ritus ini umat mendengarkan sabda Allah lewat bacaan-bacan dari kitab suci yang dibacakan oleh lektor atau lektris. Pada ritus ini yang mengambil peranan penting adalah pembaca sabda atau lektor/lektris karena menjadi wakil Allah dalam menyampaikan sabda-Nya kepada semua orang yang hadir. Oleh karena itu, seorang lektor atau lektris seharusnya membacakan sabda itu seperti orang yang benar-benar menyampaikan pesan dan berbicara kepada umat yang hadir. Pembacaan sabda tersebut diseling juga dengan mazmur tanggapan dengan tujuan  supaya umat yang hadir mendalami sabda yang telah didengarkan dan meresapinya dalam hati. Sesudah pembacaan sabda, imam yang memimpin Perayaan Ekaristi menerangkan dan memberi peneguhan kepada umat yang hadir tentang bacaan-bacaan yang sudah didengarkan bersama.
Setelah liturgi sabda, Perayaan Ekaristi dilanjutkan dengan liturgi Ekaristi yang dimulai dengan persiapan persembahan sebagai lambing keikutsertaan umat dalam karya keselamatan-Nya dengan mengolah hasil bumi. Semua rangkuman karya keselamatan Allah melalui Yesus Kristus ada di dalam Doa Syukur Agung. Dalam Doa Syukur Agung, terdapat kata-kata yang diambil dari kata-kata Yesus pada perjamuan malam terakhir. Hal ini bertujuan untuk melaksanakan amanat Yesus untuk mengenangkan peristiwa sengsara, wafat dan bangkitnya Tuhan Yesus. Pada ritus ini juga terjadi peristiwa konsekrasi atau perubahan roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Tuhan untuk disantap manusia sesuai deng sabda-Nya, “Barang siapa yang makan tubuh-Ku dan minum darah-Ku akan memperoleh hidup yang kekal.” Dalam rupa hosti yang disantap itulah Kristus hadir untuk menjadi santapan yang menyelamatkan jiwa manusia dan menjadi bekal hidup yang kekal. Walaupun hanya menyambut hosti saja atau bahkan menerima pecahan hosti kudus, umat tidak perlu takut karena Tuhan hadir secara penuh walaupun diterima dalam rupa hosti saja atau potongan hosti kecil saja.
Ritus yang terakhira adalah ritus penutup. Ritus penutup ini menutup seluruh rangkaian Perayaan Ekaristi. Ritus penutup mengandung perutusan untuk menyebarkan kabar baik dalam hidup sehari-hari. Sama seperti para murid yang menerima tugas perutusan dari Yesus begitu juga umat yang hadir pada Perayaan Ekaristi juga menerima tugas perutusan yang sama. Ungkapan imam yang mengatakan, ”pergilah kita diutus” menjadi perintah langsung dari Tuhan untuk seluruh umat yang hadir. Oleh karena itu, Perayaan Ekaristi tidak berakhir hanya di gereja saja tetapi hendaknya diteruskan ke luar gereja dengan cara mencerminkan hidup Kristus pada diri sendiri di tengah-tengah masyarakat.
Dalam buku ini, Pastor Lukasik mengulas secara jelas tentang makna Perayaan Ekaristi. Semua unsur-unsur dalam Perayaan Ekaristi dijelaskan secara detail apalagi yang menyangkut teologi, liturgi, dan katekese dalam Ekaristi. Bahkan ditambah lagi dengan dasar-dasar biblis unsur yang bersangkutan dalam Perayaan Ekaristi.  Penjelasan dalam buku ini cukup baik karena diatur secara berurutan sesuai dengan urutan Perayaan Ekaristi yang ada. Hanya saja yang menjadi kekurangan dalam buku ini adalah adanya kalimat-kalimat yang bernada teologi yang biasanya bisa dipahami oleh orang-orang tertentu saja, selain itu sumber penulisan yang kurang jelas dalam buku ini menjadikannya seperti seakan-akan hanya opini pribadi. Memang dalam buku ini, terdapat dasar-dasar dokumen yang menjadi acuan penulisan, itu hanya menjadi dasar diadakannya unsur-unsur Perayaan Ekaristi tersebut dan tidak menjadi dasar pemaknaan unsur yang ada. Namun, yang menjadi nilai plusnya, buku ini sudah cukup membuat umat Katolik menyadari sungguh akan makna yang terkandung dalam Perayaan Ekaristi karena sudah diuraikan dengan jelas.
Buku ini patut menjadi salah satu daftar bacaan wajib umat Katolik untuk menguatkan iman dan penghayatan akan Perayaan Ekaristi. Tetapi harus juga dicatat bahwa dalam penggunaannya harus dengan bimbingan pastor setempat untuk menjadi penjelas hal-hal yang agak sulit dimengerti oleh awam. Selamat membaca.

Senin, 05 Desember 2016

puisi natal



KELAHIRAN SANG JURU S’LAMAT
                        Di malam yang sunyi sepi
                        Di malam yang dingin
                        Di malam yang gelap
                        Lahirlah sang Juru S’lamat
                                   Tiga Raja dari Timur
                                   Datang untuk menyembah
                                  Mereka datang membawa persembahan
                                  Mur, Kemenyan, dan Emas dibawa
                                               Terdengar suara dari Surga
                                               Para Malaikat memuliakan Allah
                                               Bunyi Sangkakala menggema
                                               Yesus Kristus sudah datang